Jealous, J

4.4K 409 117
                                    

Note: Jangan berprasangka buruk gitu dong🤣












"Jen! Jennie!"

Rosie masih saja berteriak di belakang sana, tapi aku tidak menggubrisnya sedikit pun. Malah, aku terus melangkahkan kakiku menuju lift yang berada di ujung lorong, berniat pergi saja dari sini setelah melihat Rosie hanya berduaan saja dengan artis lainnya! Huh!

Dia masih terus memanggil-ku, menyuruhku untuk berhenti.

"Tunggu!" Ucapnya ketika pintu lift hampir menutup tapi Rosie menyangganya dengan tangan. Otomatis, pintu lift itu terbuka lagi dan Rosie berhasil masuk.

Aku memutar bola mataku malas, menyilangkan tanganku dan tidak ingin menatapnya. Begitu lift mulai menuruni lantai demi lantai, Rosie mengeluarkan suaranya.

"Kau marah?" Tanyanya padaku.

Tentu saja, aku tidak menjawab. Lebih memilih diam.

"Maaf, aku juga tidak tahu kenapa Hyeri unnie berada di sana. Tapi aku berani bersumpah! Aku tidak melakukan apapun dengannya, hanya makan!"

Ya, itu artinya kau melakukan sesuatu dan sesuatu itu adalah makan, kan? Bukannya tidak melakukan apapun.

Aku terus merutuk di dalam hatiku, tidak mengeluarkan suara apapun ketika Rosie menjelaskan semuanya. Ya, sangat jelas. Jelas, aku cemburu. Melihat Rosie hanya berdua di dalam ruangan itu membuatku marah dan kesal. Apalagi, sempat kulihat Hyeri-Hyeri itu menatap Rosie dengan genit!

Hingga pintu lift terbuka, aku tidak mengatakan apapun dan memilih untuk keluar lebih dulu. Berjalan ke arah mobilku, tidak peduli dengan Rosie yang masih terus mengikutiku. Hingga sampai di mobil, barulah Rosie menarik tanganku. Aku tahu, sejak tadi dia menahan diri untuk tidak menahan tanganku karena masih berada di dalam gedung agensi, jelas dia tidak berani macam-macam.

Tubuhku membalik, menghadap ke arahnya karena memang aku tidak menahan diriku sendiri. Alhasil, kami saling berhadapan dengan wajah Rosie yang terlihat panik. Dan sampai beberapa menit kemudian, dia tidak berkata apapun. Hanya menunduk dan diam.

Kuhela nafasku kasar sebelum bicara. "Jika tidak ada yang ingin kau bicarakan, let me go."

Dia menggeleng dengan keras, lalu semakin mengeratkan genggamannya di tanganku.

"Rose—"

"Aku sudah menjelaskan apa yang terjadi, apa yang perlu kukatakan lagi?"

"Lalu kenapa kau menahanku?"

Setelah itu Rosie menegak-kan kembali kepalanya, menatap lurus ke arah mataku. "Kau tidak boleh pergi jika masih marah!" Katanya.

Kuhela nafasku kasar.

"Lepaskan," kataku.

Rosie kembali menggeleng, dia masih menggenggam kuat tanganku. Sebenarnya, aku tidak marah, aku hanya sedih. Aku akan memeluk Rosie dengan posesif atau bertingkah berlebihan di depannya ketika sedang cemburu dulu, tapi jelas berbeda dengan sekarang. Aku tidak memiliki hak.

"Aku tidak marah Rosie," kataku dengan nada yang lesu. Ya, aku jadi tidak bersemangat.

"Benarkah?"

Aku mengangguk, kemudian merasakan Rosie tidak menggenggamku seerat tadi.

"Lagipula aku tidak memiliki hak untuk marah. Aku bukan siapa-siapamu kan? Aku tahu, aku tidak berhak."

~•~

Setelah pergi dari gedung agensi yang menaungi Rosie, aku kembali ke kantorku, melewatkan jam makan siang yang tadinya aku ingin melakukannya dengan Rosie.

OUR LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang