Return

1.8K 203 29
                                    

"Tuan, Kim doyoung sudah datang,  dia menunggu di ruangan anda. "

Sehun hanya mengangguk kecil, Pria itu mulai berjalan memasuki ruangannya dan menemukan
Doyoung benar - benar sudah ada di dalam sana.

Mereka memang sudah memiliki janji bertemu siang itu—lebih tepatnya Doyoung yang bersikeras ingin menemui Sehun hingga laki - laki bermarga Kim itu mau repot - repot mendatangi gedung Oh Corp yang terletak cukup jauh dari perusahaan tempatnya bekerja.

"Doyoung - ah ka—"

Bugh!

Sebelum Sehun sempat menyelesaikan kalimatnya, Doyoung sudah lebih dulu maju dan  memberikan satu pukulan tepat di pelipisnya.

"Oh Sehun apa kau bercanda?! Bisa - bisanya kau membohongi Sejeong, bahkan setelah semua yang dia lakukan untukmu? Dia adalah orang yang menyelamatkan nyawa ibumu! Wah aku benar - benar tidak bisa percaya ini."

Doyoung rasanya benar - benar marah. Karena kebohongan Sehun,  persahabatannya dengan Sejeong ikut terkena imbasnya. Gadis itu tidak pernah lagi mengangkat telepon atau membalas pesan darinya. Mungkin karena Sejeong mengira kalau ia bersekongkol dengan Sehun, padahal Doyoung jelas tidak tahu apa-apa tentang hal ini.

"Sekarang lihat, apa Sejeong mencoba mengusik keluargamu setelah tahu semuanya? Tidak. Sejeong diam saja ketika dia jelas - jelas punya kesempatan untuk menegakkan keadilan bagi ibunya atau memeras uangmu dan menjadi kaya raya. Kenapa kau bisa begitu tega melakukan semua ini padanya?! "

"Doyoung-ah, aku bisa jelaska—"

"Dia sudah terlalu banyak menderita, Sehun-ah... dan sekarang dia mungkin tidak ingin bicara padaku lagi. " Ujar Doyoung, "Seharusnya waktu itu aku tidak  pernah mempertemukan kalian." Ungkapnya penuh penyesalan.

.


.

.

Malam itu Sehun baru saja tiba di unit apartemennya ketika handphone di sakunya berdering. Sejeong? Kim Sejeong menghubunginya?

Pria itu terlihat membeku sebentar sebelum dengan terburu - buru mengangkat panggilan itu. 

"Halo? Kim Sejeong?"

Tidak ada jawaban, hanya terdengar gumaman tak jelas dari seberang sana. Apa mungkin, "Harin? Harin -
ah? Ada apa?  Apa terjadi sesuatu?"

Sehun berdecak,  ia lupa kalau kemampuan berkomunikasi Harin terbatas,  jadi anak itu pun pasti akan kesulitan menjawab pertanyaanya melalui sambungan telefon.

Yang Sehun tahu pasti adalah nada suara gadis kecil itu yang terdengar panik,  jadi mungkin saja ada sesuatu yang terjadi pada mereka. Sehun hanya harus segera sampai  ke sana untuk memastikan.

"Harin - ah tenanglah. Dengar, paman akan segera pergi kesana. Kalian berdua sedang berada di rumah, kan?  Tetap disitu, jangan kemana - mana.Paman janji hanya sebentar. "

Dengan tergesa - gesa, Sehun segera pergi menuju Rumah Sejeong dengan mengendarai mobilnya. Pria itu bahkan terlihat tak peduli dengan setelan kantor yang masih melekat pada tubuhnya dan belum sempat diganti,  yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Sejeong dan Harin.

Sekitar dua puluh menit kemudian,  Sehun akhirnya tiba di depan Rumah Sejeong.  Ia langsung saja keluar dari  mobilnya dan berlari masuk ke Rumah itu.

"Sejeong-ah? Harin-ah? "

Sehun terkejut saat melihat tubuh Sejeong yang tergeletak di lantai dan Harin yang menangis disampingnya.

Agreement | Sehun & SejeongWhere stories live. Discover now