Goodbye

1.9K 71 77
                                    

Tunggu aku pukul 14.00, di tempat Biasa

Love, Dania

Aradea menoleh ketika mendengar notifikasi pesan  masuk di telepon genggamnya berbunyi untuk melihat nama pengirim pesan tersebut. Dengan senyum berkembang dia segera menggeser layar telepon genggamnya.

"Akhirnya kamu merindukan aku juga, sweety." Gumam Aradea didalam hati. Hari itu raut wajahnya berubah menjadi ceria. Senyumnya terus berkembang, sehingga membuat para pegawainya heran. Pagi tadi bos mereka datang dengan bibir terkatup rapat, hanya menyapa alakadarnya, kemudian masuk kedalam ruang kerja tanpa senyuman.

Beberapa pegawai  yang sudah datang saling melirik, seakan memberi kode jika hari ini mereka harus perfect jika tidak ingin mendapat semprotan dari Pak Bos.

"Novi, tolong buatkan kopi ya." Dia melongokan kepalanya dari balik pintu, dengan senyum yang lebih lebar dari biasanya.

"Siap, Pak." Jawab Novi sambil berdiri, dan melangkah menuju pantry.

"Look happy Bapak lo, tadi pagi kaya jamu brotowali." Salah seorang pegawai menegur Novi yang sedang mengaduk kopi.

"Hehehehe, you know my Boss." Ujar Novi sambil tertawa dan berjalan menuju ruangan Aradea.

Aradea tengah menekuni deretan laporan di laptopnya ketika Novi masuk mengantarkan kopi. Wajahnya begitu ceria, senyum lebar masih tersungging di bibirnya.

"Nov, bisa minta tolong?" Tanya Aradea ketika Novi sudah meletakan cangkir di atas meja.

"Iya Pak?" Jawab Novi sambil berdiri di depan meja atasannya.

"Cariin kemeja warna kuning muda dong, sekarang ya." Ujar Aradea dengan wajah bersemu merah.

"Siap, Pak." Novi tersenyum geli melihat wajah atasannya tersipu-sipu.

"Ini kartunya." Aradea menyerahkan kartu debit kepada Novi.

"Langsung di laundry ya, suruh Pak Salim taruh di apartemen. Saya mau pakai besok siang." Lanjut Aradea memberi pengarahan.

"Ok, Pak." Kemudian Novi berjalan keluar untuk melaksanakan tugas dari Aradea.

Sambil bersiul-siul Aradea meneruskan pekerjaannya. Semua penatnya terasa hilang hanya karena satu buah pesan masuk dari Dania. Dasyatnya cinta dapat membuat perasaan seperti switch lampu. Yang hanya dengan sekali tekan dapat mati atau menyala.

"Sepertinya aku harus facial." Gumamnya sambil melihat bayangan wajahnya melalui layar telepon genggamnya. Bulu-bulu halus yang menutupi sebagian pipi dan dagu nya sepertinya memang sudah harus di rapihkan. Dia ingin besok Dania melihatnya seperti Aradea yang dia inginkan.

"Sini aku bersihin komedo kamu." Dania menarik tangan Aradea ketika mereka sedang berdua di dalam kamar.

"Apaan sih?" Aradea memandang Dania dengan tatapan aneh. Apalagi ketika melihat Dania mengeluarkan tas kosmetiknya.

Dania tidak menjawab. Dibersihkannya wajah Aradea. "Aduuuh!, sakiiit." Aradea menjerit ketika Dania membersihkan pinggir hidungnya.

"Diem!, cowok itu harus bersih. Apalagi kamu sering di wawancara dan bertemu dengan banyak orang, supaya kalau di foto gak buluk." Ujar Dania sambil terus membersihkan komedo di hidung Aradea

Selama duapuluh menit Aradea berteriak, Dania tertawa terbahak-bahak melihat airmata mengalir di wajah Aradea.

"Tuh lihat, ganteng kan kalo bersih." Dania menyorongkan cermin didepan wajah Aradea.

Ruang Rindu  { Sekuel "It's a Life }        T A M A T       Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang