09 : Problem (2)

195 57 409
                                    

Happy Reading
.
.

Akibat kegaduhan yang di sebabkan oleh Jinyoung, Jeno selaku ketua kelas menjadi sedikit panik. Dengan segara ia menyuruh anak kelasnya yang berada di dekat pintu untuk langsung menutup pintu dan gorden yang tadinya terbuka lebar.

Jeno hanya tak ingin banyak murid yang mengetahui ini, apalagi jika sampai terdengar ke telinga wali kelasnya, bu Yoona. Ia mengidik ngeri ketika kembali mengingat hari dimana walasnya itu marah besar karena ada perkelahian antara anak kelas lain dengan anak kelas mereka.

 “bangsat lo! Enteng banget tu mulut ngomong gue sama Yuna putus” protes Jinyoung dengan suara yang terbalut emosi.

Renjun yang tengah menyeka sedikit darah yang keluar dari sudut bibirnya itu tertawa sarkas. “kenapa? ngak terima? Lo ngak se-bodoh itu ‘kan, ngira Yuna bakal tetap mau lanjut setelah kejadian kemarin?”

Jinyoung tertawa remeh merespon perkataan Renjun barusan, “Jangan sok tau isi hati Yuna, lo bukan siapa-siapanya. Dia ngak bakal putusin gue Cuma karena masalah kecil itu”

Renjun sempat terdiam karena kalimat ‘lo bukan siapa-siapa’. Yah, meskipun yang dikatakan Jinyoung itu memang benar adanya, tapi entah kenapa itu sedikit menganggunya.

“gue emang bukan siapa-siapa buat Yuna selain teman sekelas, tapi perbuatan lo ke Yuna kemarin bukan sesuatu yang bisa dikatakan sebagai masalah kecil!” ujar Renjun dengan pelan, tapi dengan intonasi yang tinggi dan keras.

Jinyoung kembali tertawa remeh, “terserah gue mau nganggap itu masalah kecil atau ngak, bukan urusan lo” acuhnya, di akhiri tawa sarkas, “tapi, baguslah kalau lo ngaku bukan siapa-siapa. Jadi, lo cukup tau diri kan, buat ngak ikut campur” lanjutnya.

Renjun bungkam setelah mendengar perkataan Jinyoung barusan. Dari awal Renjun memang sudah cukup tau diri untuk tidak mencampuri urusan Yuna dengan oknum di depannya itu. Tapi ada satu hal –yang bahkan ia belum yakin akan hal itu— yang menyeretnya untuk ikut campur.

Sebelum menjawab perkataan Jinyoung yang sebelumnya, Renjun berseringai, “lo juga harus tau diri. Setelah perlakuan lo kemarin, setidaknya lo cukup sadar diri buat ngak nunjukin wajah depan dia” ketusnya.

Jinyoung menggertakkan giginya dengan keras, membuat rahangnya terlihat lebih jelas, “tekak juga lo dikasih tau, malah ngumpan balik” Jinyoung berdecak. “oke, tung—“

“WAITTTT!!, wait wait wait!” sahut Ryujin tiba-tiba, membuat Jinyoung terpaksa berhenti berucap. Bahkan semua anak kelas di sana juga terfokus pada gadis itu.

Sedaritadi Ryujin hanya memandangi, menonton dan mendengar baik-baik setiap perkataan yang kedua laki-laki itu lontarkan. Tapi karena ada sedikit faktor dari otaknya yang suka lambat mengerti, Ryujin sama sekali tidak dapat menyimpulkan apa-apa.

“sebenarnya asal-usul masalah kalian ini apa sih anying?!” tanya Ryujin dengan sedikit kasar, gadis itu hanya geram pada kedua lelaki yang sedaritadi hanya berbicara setengah-setengah.

Sebagai teman dekat Yuna, Ryujin ingin mengetahui masalah yang membelit ketiga orang itu.

Baik Renjun maupun Jinyoung tak ada yang menjawab pertanyaan Ryujin sebelumnya. Mereka hanya saling diam-diaman selama beberapa detik.

shit, gue di kacangin” –batin Ryujin

Jinyoung melihat jam yang melilit pergelangan tangannya, kemudian kembali menatap Renjun, “ngak guna banget gue kesini, gue pikir ada Yuna” ujarnya.

Sejurus kemudian ia berjalan mendekat ke Renjun karena mereka sempat di pisahkan dan diberi jarak yang lumayan jauh. Untuk menghindari baku hantam tentunya. Semuanya diam, hanya terdengar suara langkah Jinyoung dan suara ribut yang terdengar samar dari luar kelas.

My savior & protector : Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang