Chapter 27

8.7K 1.3K 125
                                    

***

Saat pelelangan itu berlangsung, aku tidak bisa menahan untuk tidak berdiri.

Alih-alih menamai tempat ini 'Heaven', 'Hell' adalah istilah yang lebih tepat untuk tempat seperti ini.

'Lelang budak jelas ilegal dan dilarang, tapi mengapa ada begitu banyak orang di rumah lelang?'

"Produk selanjutnya adalah saudara kandung Lunetia. Keduanya memiliki rambut putih bersih dan mata putih. Mereka berdua bisa membaca..." Lelaki bertopeng itu memperkenalkan para budak dengan tersenyum. Tanpa menyadari situasi memuakkan yang dia buat.

Mereka bersaudara diseret ke tengah panggung. Rantai panjang memborgol kedua tangan dan pergelangan kaki mereka. Luka yang tak terhitung jumlahnya mencemari seluruh tubuh mereka, meninggalkan bekas jelek di kulit.

"Bagaimana menurutmu?"

Mendengar kata-kata Isaac, Henry dengan enteng berkata.

"Jika kamu akan membeli satu, beli saja gadis itu. Karena dia bisa membaca, kita bisa membuatnya membaca buku dongeng untuk Leblaine."

Pelelangan berlangsung dan tak lama kemudian mereka berdua dengan paksa ditarik dari panggung.

Giliran budak berikutnya adalah pria jangkung. Rambutnya yang panjang dan lebat menutupi wajahnya. Raungan keluar dari mulutnya, memenuhi seluruh aula, saat dia diseret keluar dari kandang budak.

Sebuah belenggu besi tergantung di lehernya, menghubungkan ke rantai yang tak terhitung jumlahnya yang mengikat seluruh tubuhnya. Penampilannya bahkan lebih buruk dari budak sebelumnya. Mata Isaac berkilau dengan semangat.

"Henry, lihat! Orang itu mungkin bisa menyalakan semua lentera di sekitar kastil setiap hari."

"Tidak. Dia terlalu kejam. Bagaimana jika Leblaine terluka?"

Henry menegur saudaranya. Menggerakkan pandangannya ke arahku, dia bertanya.

"Leblaine, apakah kamu tertarik salah satu dari mereka?"

"....."

"Leblaine?"

"Aku ndak mauk budhak." (Aku tidak mau budak.)

Isaac memiringkan kepalanya dalam kebingungan.

"Kenapa?"

"Meweka terlalu kuwat." (Mereka terlalu kuat.)

"Artinya mereka adalah budak yang bagus. Nenek moyangku mengatakan bahwa menjadi lemah itu buruk."

'Nenek moyang sialan,' aku mengutuk dalam pikiranku.

Mereka pasti memiliki beberapa prinsip yang kacau. Kenapa mereka mengajari anak-anak hal seperti itu? Jika mereka masih hidup, aku ingin mencekik mereka sampai dilupakan oleh sejarah.

"AGGH!"

Raungan marah sekali lagi terdengar dari pria berambut shaggy itu. Penonton hanya bisa ternganga merasakan hembusan angin yang luar biasa yang berasal dari pusat panggung.

Clank!

Di tengah-tengah hembusan angin, rantai pria itu hancur dan jatuh. Suara gemerincing rantai yang mengenai lantai bergema di aula.

Dia kemudian memukul tanah dengan tinjunya dan melompat menuju bagian VIP di lantai dua tempat kami duduk.

Clank!

Suara logam gemerincing terdengar sekali lagi. Pria itu sekarang duduk di pagar pembatas. Memindai sekelilingnya dengan tatapan ganas, ia mencoba mencari jalan keluar dari lubang neraka ini. Sial baginya, tidak ada jalan keluar atau tempat untuk lari. Dia menggertakkan giginya, kegigihan terlihat di matanya dan entah bagaimana pandangannya tertuju padaku.

TBRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang