01 : Castel Lee

37.2K 5K 1.8K
                                    

Suara ketukan langkah kaki dengan lantai kayu, menggema ke penjuru gedung megah dengan bangungan tinggi tersebut.

Tangga dengan karpet merah yang terjulur panjang, segera dipijak oleh si pemilik langkah kaki. Langkahnya ringan, perlahan semakin terdengar jelas tatkala si manis menuruni tangga itu dengan cepat.

"Wow, anak perawan sudah bangun."

"Nuna!" Ketusnya.

Dia lah, Lee Taeyong. Tokoh utama dalam cerita ini. Hari beranjak siang, dan dia baru keluar dari kamarnya setelah semalaman menjalani hibernasi di atas ranjang.

Tidak usah terkejut, karena itulah yang seharusnya dilakukan oleh Lee Taeyong-pemilik, bangunan super megah ini.

Desain interior kuno, perabotan super antik, pernak-pernik berkilauan yang ada dalam setiap sudut ruangan, berdiri gagah karena memiliki lima lantai, sangat sempurna hingga kalian bisa menyebut kediaman Taeyong dengan julukan, Castel Lee.

Bangunan itu, berdiri di tengah lebat belantara hutan, berdekatan dengan pantai. Dibangun oleh buyutnya, yang merupakan konglomerat terpandang pada era 90-an. Sengaja dibangun disana, karena buyut Lee menyukai ketenangan.

Castel itu, dirawat oleh orang terpercaya keluarga Lee secara turun-temurun, yang bekerja disana, dan sudah dianggap sebagai keluarga oleh pemiliknya.

Tinggal lah taeyong di sana, sebagai pewaris Castel Lee generasi ke-lima. Lelaki menggemaskan, si tunggal yang manja, pemilik suasana hati yang berubah-ubah, mengenaskannya, dia adalah seorang yatim piatu sebatang kara.

Sebenarnya, hidup Taeyong tak se-menyedihkan itu.

Dia tinggal bersama dengan Kim Jennie- anak dari kepala maid Kim, yang sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu.

Jennie, dipercayai untuk menjaga si manis Taeyong. Dari pagi hingga petang, dari susah sampai senang, semuanya, Jennie lah yang mendampingi.

Gaji? Jennie tak mempermasalahkan, bahkan yang didapatinya sudah sangat cukup. Lebih dari itu, Jennie berutang budi pada keluarga Lee.

Jika bukan karena buyut Lee yang memungut nenek Jennie dulunya, mungkin Jennie tidak akan bisa menghirup udara Castel Lee yang begitu megahnya.

Bagi Jennie, taeyong sudah seperti adiknya. Adik yang harus ia lindungi. Dan seperti itulah simbiosis antara Tuan Lee dan Nona Kim sampai saat ini.

"Sudah bilang ke pihak sekolah belum?" Si lelaki manis berwajah bantal itu duduk di atas meja makan, menyantap apel yang baru dikupas Jennie.

"Duduk dikursi atau kulempar kau dari atas genteng." Ancam si perempuan yang berumur 30-an itu.

Taeyong menghela. Kaki mungilnya terekspos bebas, karena pakaian favoritnya setiap tidur malam adalah, celana pendek dan kaus tanpa lengan.

Si manis menuruti perintah Jennie, pindah ke kursi, dengan kedua kaki dinaikkan, duduk menyilang.

"Sebentar lagi, aku dan Hanbin kesana."

Hanbin itu, supir keluarga Lee. Sudah bekerja disana selama lima tahunan lebih.

Mendengarnya, Taeyong tersenyum, membuat matanya tenggelam. "Nuna baik sekali."

"Bukankah itu gunanya babu? Berguna untuk majikannya." Jennie menarik sudut bibir, memasukkan potongan apel sekali suapan.

"Huft, nuna. Aku tau, nuna sedang marah padaku karena meminta pindah sekolah padahal semester sudah akan berganti."

"Baguslah kau sadar."

"Nuna~ tempo hari kau sendiri yang bilang padaku untuk mengejar sesuatu yang kau suka." Si manis merengek.

"Kapan?"

Apart to come | Jaeyong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang