Bagian 11

13.4K 1.3K 19
                                    

Satu kebaya yang sengaja dibuat sebagai seragam keluarga besar untuk acara Justin yang berwarna cokelat muda sudah melekat di tubuh Clara. Riasan wajahnya yang dibuat natural membuat Clara terlihat lebih bersinar dibandingkan dengan penampilannya sehari-hari.

Clara merapikan rambutnya sambil berdiri didepan cermin. Memastikan bahwa rambutnya yang disanggul itu terlihat aman. Tadi malam Clara sempat melihat model sanggul medium belah pinggir ala Tatjana Saphira di internet.

Walau agak sulit melakukannya sendiri, akhirnya Clara bisa menyanggul dengan dibuat agak tinggi di kepala, sehingga menciptakan siluet lehernya yang terlihat lebih jenjang. Dia membiarkan anak rambutnya tanpa hair spray sehingga terlihat lebih natural.

Setelah dirasa penampilannya terlihat tidak memalukan, Clara mengambil tas kecil yang berada di atas tempat tidur. Memastikan kembali dompet dan ponselnya sudah masuk kedalam tasnya sebelum keluar kamar.

"Aunty nya Kirana kok cantik banget? Senang ya karena calon Uncle Kirana yang diseberang sudah kembali?"

Cika tersenyum mengejek melihat wajah adik iparnya yang cemberut namun juga terlihat merona. Mungkin cemberut karena diledek atau digoda dan merona ketika nama Kaivan dibawa-bawa dalam godaannya.

Walaupun Cika baru saja berkenalan dengan Kaivan beberapa menit yang lalu, tapi dari seluruh cerita yang didengarnya dari Clara, Cika seakan tau bahwa keduanya memiliki cinta yang begitu besar.

"Apaan sih mbak? Udah ah, kita berangkat sekarang. Nanti terlambat!"

Clara kaget ketika mendapati Kaivan berdiri didepan rumahnya bersama Brian. Keduanya terlibat obrolan seru yang langsung terhenti ketika melihat tiga perempuan berbeda usia sudah berdiri di pintu rumah.

Clara mencoba untuk bersikap biasa saja walaupun Kaivan jelas sudah melihat keterkejutan diwajahnya. Senyum tipis terlihat dibibir laki-laki itu.

"Ibu sama Ayah dimana Mas?" tanya Clara untuk mengalihkan perhatian. Mencoba menutupi kegugupannya karena sejujurnya dia tidak siap dengan keberadaan Kaivan saat ini.

"Sudah berangkat lebih dulu," ucap Brian sambil memainkan tangan mungil Kirana yang kini sudah menggenggam jari telunjuknya.

Clara memperhatikan Brian sebagai cara yang bisa dilakukannya untuk mengabaikan Kaivan. Laki-laki itu kini menatapnya dengan intens dan senyum yang berasal dari bibir laki-laki itu tidak terhenti juga.

Setelah melihat wajah laki-laki itu sekarang, yang terlihat berbeda dibandingkan dengan sore kemaren, Clara bisa menebak bahwa Kaivan pasti sudah tau mengenai status Brian dan Kirana.

Cepat atau lambat, laki-laki itu memang akan mengetahuinya.

"Mbak sama Mas Brian tidak langsung ke gedung ya Ra. Ana harus imunisasi pagi ini. Kami tidak bisa mengantar kamu."

Clara menganggukkan kepala, walau dalam hatinya dia mengejek Cika. Imunisasi? Gadis itu hendak berbalik namun tangannya ditahan oleh Brian. "Mau kemana?"

"Mau ambil kunci mobil, Mas. Tapi Mas sama Mbak Cika gak langsung ke gedung. Jadi, biar aku aja yang duluan kesana."

"Mobil kamu dibawa Ayah karena mobil Ayah kan lagi di bengkel sejak semalam. Kamu bareng Kaivan saja," kata Cika cepat.

Clara menyipitkan mata menatap Cika yang langsung mengalihkan tatapannya. Clara tau, Cika dan juga Brian sudah merencanakan hal ini. Penggunaan alasannya pun sangat tidak sesuai.

Walau begitu, Clara berpura-pura percaya saja.

"Kalau begitu aku pesan taksi aja."

Memang tak ada salahnya untuk berangkat bersama Kaivan. Tapi Clara belum mempersiapkan diri. Bagaimana jika dia melakukan kesalahan sehingga membuatnya belum puas membalas Kaivan?

Welcome My Love [Tamat]Where stories live. Discover now