Chapter 31

17 1 0
                                    

Pria yang menutupi paras tampannya dengan masker berjalan sambil mengendap-ngendap. Matanya menatap tajam pada setiap jalan yang dia lalui. Di tangannya menggenggam sebuah pistol yang setiap saat bisa ditembakkan ke musuh. Suasana koridor yang dilewati tampak sepi dan jauh dari keributan. Mungkinkah tempat ini tidak ditempati para musuh yang siap menghajarnya kapan dan di mana saja?

Selama perjalanan menemukan sosok istrinya, sesekali Alex memeriksa ruangan yang dilewatinya. Namun sayangnya sama sekali tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Angel ataupun musuh. Semua tampak rapih, meja-meja perkantoran dan ornamen lainnya tersusun pada tempatnya. Hal ini membuat pria itu makin curiga, dia pun menghubungi rekannya lewat walkie talkie dan meminta mengikuti dari belakang secara perlahan.

"10-2! Segera susul aku di lantai dua, C65! Ganti!" Alex menghubungi Cleo.

"10-8! Bergerak ke sana, A98! Ganti!" Dari sebrang telepon, Cleo telah siap setelah mendapatkan laporan.

"8-1-3!" Tanpa banyak bicara, Alex memutuskan sambungan walkie talkie. Dia melanjutkan perjalanan mencari Angel dan meninggalkan ruangan yang sedang digeledahnya.

Kemudian Alex berjalan menggeledah ruangan lain untuk memastikan keberadaan Angel di sana. Namun pria itu sama sekali tidak menemukannya setelah sekian kali mencari. Pria misterius berpakaian serba hitam bingung harus mencari entah kemana lagi. Selanjutnya berpindah ke ruangan lain, sesaat dia berteriak memanggil nama Angel. Tetapi yang terjadi adalah pria itu mendengar suara langkah kaki.

"Siapa di sana-" Belum juga Alex menengok ke arah sumber suara dan bersikap waspada, dia ditodong sebuah pistol. Benaknya panik saat moncong pistolnya semakin dekat dengan kepala.

"Jangan bergerak atau kutembak kepalamu!" ancamnya sembari menarik pelatuk pistol. "Kamu pasti sengaja sendirian kemari karena ingin membawa keponakanku, 'kan?"

"Pak Edward!?" Alex memelankan suara dan menengok ke arah belakang. Sebelum terdengar suara pistol menembak, pria itu bergerak cepat merebut pistol dari genggaman Pak Edward. Lalu membalikkan arah tembakan ke arah pemilik senjata.

Pak Edward membelalakkan mata saat menatap moncong pistol. "Kamu!? Rupanya menantunya Yohan. Ya ampun!" desisnya menunjukkan gelagat tidak panik. "Kamu pikir aku akan terkejut? Ha, ha, ha, ha! Jangan harap kamu bisa membawa Angel pergi dari sini dan menghabisiku!"

"Bagaimana bisa kau mengenaliku?" tanyanya terkejut.

"Mungkin penyamaranmu yang bego bisa menipu orang-orang. Tapi, kau tak bisa menipuku. Tatapan matamu yang tajam seperti anjing liar dan di balik sarung tanganmu ada cincin pernikahan membuatku yakin jika kau itu Alex." Pak Edward menatap tangan Alex yang menggenggam pistol.

Alex tidak senang jika penyamarannya menjadi pria misterius terbongkar dengan mudah oleh paman istrinya. Pistol yang diarahkan ke arah kepala Pak Edward beralih ke bahu. Pelatuknya ditarik dan pelurunya mengenai bahu pria paruh baya itu. Lalu menampakkan wajah tanpa melepaskan masker di muka.

Pak Edward memekik kesakitan saat peluru menembus pembuluh darah di bahu. Tangannya menutupi bahu agar tidak mengalirkan darah segar akibat tertembak. Dia mendecak sebal sambil berusaha agar terlihat kuat di hadapan musuhnya. Matanya mendelik tajam saat menatap Alex yang menunjukkan identitas asli sebagai pria misterius berpakaian serba hitam.

"Kurang ajar! Seharusnya dulu aku bergerak cepat dan membuat acara pernikahanmu dengan keponakanku batal. Tapi aku telat datang ke tempat akad nikah sebelum Yohan berhasil menikahkan kalian. Argh!" Pak Edward sudah frustasi, ditambah lagi darah dari bahunya berhasil menembus tangan. "Angel yang bodoh itu mengajakku ke kandang buaya dan membuat semua rencanaku berantakan dengan menerima tawaranmu menikah. Ditambah lagi dengan pria brengsek di depanku ini yang semakin menjauhkan kami."

Mission Attack (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang