[02] Kejutan

89 17 50
                                    

***

Jangan mencoba bermain api, terutama dengan hati. Karena, bisa membuat kita terluka (lagi).

***

"Mah... Pah... Ruby kangen kalian. Andai aja, waktu itu Ruby nggak egois, pasti sekarang Mama sama Papa masih ada bareng Ruby." Ruby mencurahkan isi hatinya, ia tak bisa melupakan kejadian yang sudah merenggut nyawa kedua orang tuanya. Sekarang, air matanya mengalir di atas batu nisan orang yang sangat ia sayangi.

Hari semakin sore, akan tetapi tidak membuat gadis itu beranjak dari posisinya. Jujur, seandainya ia boleh mengulang waktu. Pasti ia akan memilih menggantikan posisi kedua orang tuanya.

"Udah sore, nanti dicariin orang tua Neng," kata penjaga makam.

Ruby menoleh, sembari menghela napasnya. "Mereka nggak akan nyariin saya, Pak. Karena, sekarang mereka udah tenang di alamnya."

"Maaf... Jadi, ini makam kedua orang tua, Neng?" kata Pak Karta. Penjaga makam. Laki-laki paruh baya itu merasa bersalah. Setelah sadar, melihat makam yang ada di depannya.

"Nggak apa-apa, makasih udah ngingetin saya kalo harus pulang." Ruby bangkit, mengangguk ke arah Pak Karta. Setelah itu, ia pergi meninggalkan area pemakaman umum itu.

Ketika ia sedang menunggu angkutan umum, ada seseorang yang memanggilnya.

"Ruby, ayo pulang. Mama sama Papa gue udah nunggu," kata orang itu, dibalas senyuman oleh Ruby. Sembari masuk ke dalam mobil cowok itu.

"Kak Zhafran? Pasti Kakak disuruh nyari aku, ya? Maaf ya, jadi ngrepotin," kata Ruby.

"Nggak kok, langsung jalan aja, ya." Zhafran menyalakan mesin mobilnya untuk pulang menuju rumah.

"Iya Makasih, Kak."

Zhafran menoleh ke arah Ruby, sembari tersenyum. Ruby melihat ada keteduhan dari mata cowok itu, seakan memberi kenyamanan saat ia berada di dekatnya.

***

Waktu terus berjalan, sore menjadi malam. Itulah cara bumi, untuk selalu bisa menjadi tempat bernaung para manusia. Seperti sekarang, Ruby sudah sampai di rumah. Saat ia melewati sebuah kamar, yang sedari kemarin tidak terlihat ada yang menempati tiba-tiba pintu kamar itu sedikit terbuka.

"Kayaknya ada orang di dalam, atau mungkin Kak Zhafran pindah kamar, ya? Hm... Bukan urusan aku juga sih, mending aku langsung ke ruang makan aja. Pasti Om Hendra sama Tante Maya udah nungguin aku," kata Ruby.

Suasana makan malam hari ini cukup hangat, karena semua bisa berkumpul. Biasanya, Hendra tidak bisa mengikuti sesi makan malam karena disibukan dengan urusan kantor. Namun, kali ini berbeda. Senyum laki-laki paruh baya itu membuat hati Ruby menghangat, ia merindukan senyuman sang Ayah yang sudah tidak bisa ia dapatkan. Bahkan, ia tak mungkin bisa melihatnya lagi.

"Makan yang banyak ya, Ruby. Kamu nggak boleh kecapean, kalo butuh apa-apa bilang Om dan Tante. Atau bilang ke Zhafran juga boleh," kata Maya, tersenyum manis ke arah Ruby. Lagi-lagi membuat gadis itu teringat masa lalunya.

"Iya... Tante, Makasih. Maaf, udah ngerepotin." Ruby membalas dengan senyuman tak kalah manis.

Tak hanya ada Ruby dan keluarga Hendra. Ternyata, Rhea sudah berada di sana. Tepatnya, duduk di sebelah Zhafran. Ruby tahu, bila gadis itu adalah kekasih Zhafran. Akan tetapi, ia dan Rhea tak pernah saling menyapa satu sama lain. Kecuali, melempar senyum saat bertatapan. Padahal, mereka satu sekolah.

Saat makan malam mau dimulai, tiba-tiba ada seseorang yang muncul di tangga. Ruby kaget saat melihat orang itu, bagaimana tidak. Cowok itu, berjalan menuruni anak tangga dengan menguap tanda baru bangun tidur.

By Love [Re-Publish] [Completed] Where stories live. Discover now