Part 7 "Rubah Licik"

136 46 9
                                    

Berbuat baik memang dianjurkan. Tapi kalau terlalu baik itu mencurigakan

Hati-hati

Jangan tertipu dengan penampilan. Dia beri bantuan agar dirimu bisa dikendalikan


"Tunggu disini sebentar, Jaksa Vin sedang menginterogasi seseorang." Ucap Crish mempersilahkan Detektif Johan duduk. Dia hanya mengangguk tanpa menjawabnya.

Detektif johan melihat sekeliling ruangan seorang Jaksa. Bukan main, ruangan ini lebih baik dari kantor polisi kami. Semuanya memang sibuk, tapi tetap terlihat segar. Tidak seperti detektif, wajah mereka enak dipandang.

Lagi enaknya memandang ruangan, Johan justru melihat orang yang pernah ia bentak sebelumnya. Astaga, bukankah dia pria tua itu? Johan mengingat kembali apa yang pernah ia katakan kepadanya. Johan tak tahu kalau dia seorang penyidik kejaksaan. Mati kau Johan.

"Bukankah kau polisi yang waktu itu? Ada apa kemari?." Tanya Pak Raj saat memasuki ruangan.

"Maafkan saya pak sebelumnya, saya tidak tahu kalau Bapak adalah seorang penyidik. Jika tahu, mungkin saya akan lebih sopan." Jawab Johan malu

"Alasan saja. Apa kau tak pernah diajari sopan santun?"

"Ada apa ini?" Tanya Jaksa Vin tiba-tiba

"Dia dari kepolisian ingin bertemu anda Pak," Jawab Crish

"Ikut saya keluar sebentar." Jaksa Vin menyuruh Detektif Johan keluar. Dia membawanya ke ruang yang lebih santai.

"Kenapa disini?" Tanya Detektif Johan penasaran

"Cepatlah apa yang kau inginkan. Aku tak punya banyak waktu."

"Hey, kau harus sopan padaku aku ini lebih tua dari mu, meskipun beberapa bulan saja. Dan kita bahkan tak mengenal satu sama lain. Aku hanya ingin tanya, apa kau sudah menyerahkan kasus baru itu ke Pengadilan? Jika belum sebaiknya tunggu dulu. Ada yang aneh dengan kasus itu." Johan menjelaskan sedikit.

"Apa kau mengakui kesalahan investigasi polisi?"

"Ya, aku mengakuinya. Tapi rekan-relanku tak ada yang mendengarkan, bahkan Pak Kapolres. Apa kau juga mencurigai hal yang sama? Kudengar Penyidik Kejaksaan datang ke kantor dan menanyakan investigasi lain? Apa benar begitu?" Tanya Johan bertubi-tubi.

"Kau ini detektif apa reporter sebenarnya? Dari tadi nanya mulu, pantesan jadi detektif nggak berkembang. Kau lebih cocok jadi reporter," Ejek RK ( Jaksa Vin)

Ini pertemuan pertama mereka, tapi seolah sudah akrab saja. Apa ini bagian rencana RK ? Atau mungkin takdir?

"Aku memang menyuruh Pak Raj untuk menanyakan lagi pada polisi, tapi mereka malah menyuruhku untuk investigasi sendiri. Dasar pemalas, padahal itu tugas mereka. Jangan tersinggung, itu kenyataan."

Johan sedikit tersinggung dengan ucapan RK. Pasti lah, polisi mana yang tak tersinggung jika orang lain mengatakan organisasinya pemalas.

"Bukan malas, tapi mereka memang diperintah untuk tidak menginvestigasinya lagi. Hanya aku yang menolak, itu sebabnya aku jarang memiliki teman di organisasi. Aku dianggap bodoh," Curhat Johan.

Suasana berubah menjadi emosional. Apa yang dikatakan Johan tulus. Tak ada yang dilebihkan dan taka ada yang dikurangi. RK menatapnya sejenak, dia tahu apa yang Johan maksud. Selama ini dia sudah mencari tahu tentang detektif di depannya itu.

Tak heran jika sekarang dia lebih akrab denganya. Sebelum menjadi jaksa, RK selalu mencari tahu tentang aparat hukum, baik detektif, jaksa, sampai hakim. Itu sebabnya dia tahu mana yang sering dapat amplop mana yang sering menolaknya.

Tuan Rubah BerdasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang