Bab 32

1K 126 13
                                    

Mengurus diri sendiri setelah beristri itu sedikit canggung ya. Segala semuanya sendiri. Tapi mau bagaimana lagi kalau lagi LDR-an terpaksa harus bersabar.

Setelah menunaikan sholat dhuhur dan rebusan air hangat untuk mandi juga sudah siap. Rasanya sudah tidak nyaman membiarkan kaki ini berlama-lama dalam ikatan kaki palsu. Jika di rendam dengan air hangat rasanya sedikit enakan. Rasa capek bolak balik menaiki bangunan tiga lantai jadi hilang.

Ah, jadi kangen Ayesha. Biasanya dia yang selalu bawel masalah kesehatanku.

"Aa Vino!"

Aku menghentikan kegiatan bersih-bersih. Setelah mendengar panggilan yang sangat familiar.

"Alisa?"

Oh, dia sudah datang ya.

Lanjut dengan kegiatan memijat kaki. Karena tidak bisa terburu-buru aku mengabaikan panggilan itu.

Biarkan saja dia menunggu sebentar. Tapi kalau dipikir-pikir bagaimana bisa Alisa masuk ke rumah. 

Apa aku lupa mengunci pintu?

Ceroboh sekali.

Sayup-sayup aku mendengar keributan di bawah. Posisi kamar berada di lantai atas apalagi tengah berada di kamar mandi membuatku tak bisa mendengar dengan jelas keadaan di luar.

Sama siapa Alisa ke sini?

Hampir satu jam selesai berberes. Kemeja putih sudah membaluti tubuh dan celana bahan hitam tak lupa peci sebagai penutup. Sebelum kembali ke pesantren, aku menyempatkan untuk melihat layar handphone, tumben sekali Ayesha belum menghubungi.

Aku mengulang membaca pesan-pesan terakhir darinya yang di kirim sejak 10 jam yang lalu.

"Assalamualaikum, Aa kangen."

"Suamiku lagi apa? Nanti kalau udah nggak sibuk telfon ya."

Tersenyum membayangkan bagaimana rupa wajahnya ketika mengetik pesan-pesan itu. Aku mencoba menekan gambar telefon, berniat untuk menghubunginya lagi.

Telah rindu ingin mendengar suaranya.

Lama menunggu panggilan itu tak kunjung terhubung.

Ke mana  istriku itu, tumben sekali dia tak mengangkatnya. Biasanya panggilanku langsung dia terima.

"Aa!"

Aku kaget sama panggilan di luar dan hampir lupa kalau ada Alisa di sini.

Bangkit dari duduk mataku sempat memperhatikan waktu di sudut layar.

Sudah lewat jam setengah dua.

Setengah jam lagi aku harus menunaikan janji menerima setor hafalan dengan para santri.

Tak lupa meraih mushaf dan tasbih yang tergelatak di atas kasur. Merasa sudah tidak ada yang tertinggal. Aku buru-buru keluar kamar.

Alhamdulilah aku sudah terbiasa berjalan tanpa tongkat. Meski pelan-pelan lama-lama juga terasa nyaman.

Setelah menuruni anak tangga terakhir aku bertemu pandang dengan Arini.

Sejak kapan dia berada di sini?

Beralih pandang pada Alisa yang terlihat sedang menahan amarah.

"Kenapa, Sa?"

"Aa, kok lama banget sih di dalam!" Aku terhentak dengan bentakan Alisa yang tampak menahan tangis.

Juga sedikit tak terima dengan sikap Alisa yang tidak biasa. Terakhir dia bersikap seperti itu sejak dia masih berseragam SMP.

"Kamu marah karena apa? karena Aa sudah membuat kamu menunggu lama?"

Penantian Ayesha (Lanjut S2)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora