[Bagian 18]

24 3 31
                                    

Hal yang paling sulit adalah saat datangnya orang baru yang membuatmu merasa kembali asing.

|快乐阅读|
-Happy reading-

Dari kata-kata semalam yang Sahla dapat dari Setya juga dari pesan nomor tidak dikenali. Sahla memang terlihat baik-baik saja pagi ini.

Sarapan seperti biasa, berbicara seperti biasa, walau sikapnya sedikit berbeda Sahla masih gadis yang sama. Yang suka berbuat onar di rumahnya sendiri, yang suka berantem dengan Setya dan Sheina.

Luka yang kemarin ia dapatkan juga sudah mendingan, walau bekas itu masih terlihat dan jika dipegang akan terasa sakit. Bazar sekolah sudah menunggunya. Tidak baik jika ia menyia-nyiakan hal itu.

Sheina juga akan bersamanya, tidak peduli sebenarnya, karena ada atau tidaknya Sheina, Sahla masih akan terlihat sendiri. Meski nyatanya berbeda.

Dan juga keputusannya tentang Abyaksa, masih tetap sama! Menjadikan ia sebagai musuh utama. Masih ingat jelas ledekan dari keluarganya waktu itu, dan Sahla gemas dengan hal itu.

"La, mau bareng siapa kamu? Papa, Bang Lingga atau Bang Setya?" tanya Harun pada putrinya saat acara sarapan sudah selesai.

"Aku bareng ...."

"Kayanya Sahla nggak bareng kita deh, Pa," timpal Lingga.

"Loh, kenapa? Ethan jemput, ya? Yaudah sana kamu bareng Ethan," suruh Harun.

Memang benar Ethan yang menjemput? Sahla tak yakin bukannya laki-laki itu seharusnya bersama Alara? Ya, ia masih sedikit kesal dengan fakta yang ia tahu jika dirinya bukan lagi prioritas. Atau sejak awal Sahla memang bukanlah prioritas?

"Bukan deh, Pa. Itu, tuh Abay yang jemput," kata Lingga.

"Kamu punya pacar, La?" selidik Harun. Sahla menggeleng tak tahu, mana ada dia pacar. Gebetan saja tidak punya.

"Yang waktu itu dateng ke rumah itu, Pa. Masa lupa?" kata Setya menengahi.

"Owalah, namanya Abay to?" Harun mangut-mangut. Sahla, Setya dan Lingga menatap Harun lelah. Penyakit lupa Harun memang sudah over dan beruntung pria paruh baya itu tidak lupa diri.

"Aku bareng Bang Setya aja, deh," kata Sahla, ia tidak ingin bersama Abyaksa. Pasti laki-laki itu rese 'kan?

"Enggak bisa, kasian dia udah ke sini. Sana kamu keluar temuin pangerannya," kata Arini. Perempuan itu mendorong punggung putrinya agar berjalan keluar rumah.

"Pangeran kadal, iya," gerutu Sahla. Mana ada pangeran tampangnya seperti Abyaksa.

"Pagi Tante," sapa Abyaksa pada Arini tak lupa menyalimi perempuan itu juga.

"Kamu pagi-pagi udah ganteng aja." Sahla mendengus mendengar perkataan Arini. Gadis itu memakai sepatunya dengan pelan.

"La! Buruan ih, lemot amat kamu, dijemput cogan, kok gak ikhlas. Buat Mama aja kalo gitu?"

"RIN!" Teriakan dari dalam rumah membuat Sahla terkekeh, sedangkan Abyaksa tersenyum, mencoba menahan kekehannya.

"Yaudah, Ma. Sahla berangkat," pamitnya pada Arini, Abyaksa 'pun melakukan hal yang sama.

Aksata [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang