12 : For the second time

158 39 370
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading
.
.

Sekarang aku dan Renjun sedang duduk bersebelahan di kursi panjang yang memang berada di dekat ruang klub melukis. Aktivitas menunggu ini baru di mulai semenit yang lalu.

Semenit yang lalu pula aku sudah menelpon kak Yerin. Memberitahunya tentang perihal kecerobohan ku, yang bukannya membawa kunci klub melukis, aku malah membawa kunci kamar yang tentunya sama sekali tidak berguna untuk saat ini.

Reaksinya kak Yerin? hah, saat aku menelponnya tadi, rasanya gendang telinga ku hampir pecah karena mendengar teriakan hebohnya yang mengelegar. Bahkan aku di ceramai dengan sejuta kalimat. Padahal ceramahnya itu tidak akan membuat kunci kamar ku berubah menjadi kunci klub.

Saat aku mengingatkannya tentang waktu yang terus berjalan, barulah kak Yerin berhenti berceramah dan memutuskan untuk menyuruh anak klub melukis yang lain untuk mengantarkan kunci pada ku.

Aku tidak tahu siapa yang akan mengantarkannya, karena kak Yerin juga tidak memberitahu. Tapi, siapa pun itu, ku harap ia segara sampai disini, karena aku sangat benci dengan aktivitas menunggu.

Untuk memastikan waktu, aku melihat jam yang menggelangi pergelangan tangan ku. Seketika aku mengernyit bingung, karena melihat jarum tipis berwarna merah yang mengambarkan detik itu sama sekali tidak bergerak.

Ah, jam ku macet lagi.

Aku pun memukul dan mengetuk-ngetuk kaca jam tangan ku itu, setelah berkali-kali melakukannya, baru lah jarumnya kembali bergerak. Tapi tentunya sekarang setelan jamnya salah, aku pun mengambil ponsel ku, hendak mengatur ulang jam tangan ku sesuai dengan jam yang ada di ponsel.

"Yun" Renjun tiba-tiba memanggil ku.

"hm?" jawab ku, tanpa menoleh ke sang empunya, masih fokus dengan jam tangan ku.

"hadap sini," pintah Renjun kemudian

"ngomong aja langsung Ren, aku dengarin" jawab ku lagi, dan masih tidak menoleh pada Renjun.

Ku dengar Renjun berdecak kecil, "hadap sini dulu, kalau ngomong tu harus tatap muka"

Aku mengela nafas panjang, "iya bentar," final ku. Setelah aku selesai mengatur jam tangan ku, aku pun langsung menoleh ke arah Renjun, "kenap-"










cekrek!











Ehh?

Aku diam untuk beberapa saat. Otak ku sedang bekerja keras untuk mencerna apa yang baru saja terjadi.

Sejurus kemudian, Renjun menurunkan ponselnya yang tadi sejajar dengan wajah ku. Lalu ia tertawa kecil, kemudian menunjukkan layar ponselnya pada ku.

Aku pun melihat tampilan layar itu, dan seketika aku melebarkan mata, karena ku dapati wajah ku di sana. Iya, wajah ku, dengan ekspresi bengong yang lebih terlihat seperti orang bego pada umumnya.

My savior & protector : Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang