35. Euphoria

369K 30.4K 39K
                                    


⚠️ WARNING ⚠️
Chapter ini mengandung muatan dewasa. Bagi yang belum cukup umur, dianjurkan tidak membaca bagian yang ada tanda 🔞 nya. Harap bijak!

— THANK YOU & HAPPY READING! —

35. EUPHORIA

Rambut biru itu bergerak kala angin berembus. Pandangan Mavi lurus ke depan, memandang lautan luas berhias gemerlap langit malam.

Ia berpijak di dermaga bersama orang asing yang sibuk memotret diri dan sekitarnya dengan benda bernama kamera. Mavi tidak akan fokus ke sana, karena ia sedang memikirkan sesuatu.

Sesuatu yang berhubungan dengan Alaia.

Sejak Alaia dan Langit sibuk melakukan pemotretan di sini, bahkan sampai dua orang itu pergi menggunakan kapal besar, Mavi mengamati dalam diam. Ia melihat semuanya dan memendam tanya sampai sekarang.

Ia ingin memastikan, apakah Alaia dan Langit masih menjalani hubungan terlarang itu? Atau mereka hanya sebatas kenal?

Ah, andai Mavi bisa membaca pikiran orang.

Hal aneh lain yang Mavi rasakan adalah ketika ia melihat Langit. Sebelumnya Mavi merasa biasa saja saat bicara dengan Langit, dan sama sekali tidak memiliki beban untuk melakukan itu. Tapi sekarang, ada rasa segan untuk melakukannya. Seakan dirinya berhadapan dengan sosok yang memiliki kedudukan di atas dia. Seperti antara Mavi dan Alaia.

"Jangan sampai La Luna menantang alam." Batin Mavi berseru.

Tugas Mavi hanyalah mengingatkan Alaia untuk tidak melakukan hal yang merugikan dirinya serta orang lain. Di luar itu, Mavi cuma pengin memiliki hidup bahagia di lautan tanpa adanya kerusuhan seperti serangan siren ataupun hal yang mengusik kedamaian mereka.

Karena sejak Alaia tidak ada, rasa damai itu tak bisa dirasa seutuhnya.

"Pasti nama lo Xabiru ya?" Seseorang mendekat dan langsung bicara seperti itu pada Mavi sambil menyeringai.

"... atau nama lain tapi ada unsur biru-birunya?" lanjut orang itu.

Mavi nengok dan bergeser untuk memberi jarak. Ia paling tidak bisa berjarak dekat dengan manusia, apalagi orang yang tak ia kenal. Rasa trauma belum sembuh, membuat Mavi terkadang merasa akan dilukai oleh manusia.

Orang tadi menatap Mavi dari balik softlens minus yang tertempel di mata. Senyumnya bikin sederet gigi yang berhias kawat itu terpampang. Tiba-tiba ia mengarahkan lensa kamera ke Mavi dan membidik figur tampan tersebut tanpa izin.

"So handsome ...," pujinya, "pasti keturunan Korea atau Jepang, atau blasteran barat dan asia!"

Mavi terganggu dengan kehadiran lelaki ini. Ia tak suka karena orang itu bersikap sangat tidak sopan. Kalau sudah begini, Mavi enggan berbincang padanya karena hanya akan membuang waktu.

Tanpa rasa hormat, Mavi pergi untuk menghindari manusia tadi. Tapi ia harus bersabar karena langkahnya diikuti dari belakang. Hanya berselang detik, orang itu sudah berjalan tepat di samping Mavi sambil memamerkan senyumnya yang ceria tapi tetap menyebalkan.

"Ada apa? Kenapa ikuti saya?" Akhirnya Mavi bicara, saking jengkelnya.

"Boleh kenalan?" Si Lelaki mengulurkan tangan.

Mavi tak semudah itu menerima manusia dalam hidupnya. Maka, ia menggeleng yang artinya sangat jelas bahwa ia menolak berkenalan. Mavi tidak mau.

"Cuma mau temenan kok ... siapa tau kita bisa kerja sama juga. Gue ini fotografer, lo bisa jadi model gue!" Dia berseru antusias.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang