1.2.

1.5K 280 162
                                    

"Sepuluh?" Kyungsoo mengernyit heran, pun dengan sebelas namja lain yang tengah mengerubungi ranjang Taehyun.

"Loh, kalian kenapa kok malah ngerubungi Taehyun seperti itu?" Ucapan Jisoo yang berada di ambang pintu mampu membuat keduabelas namja tersebut serempak menoleh.

"Dokter, Taehyun pingsan lagi. Tadi dia sempat siuman padahal." Ujar Yeonjun.

"Eh, Taehyun siuman lagi!" Reflek Soobin saat tangannya yang berada di pinggir ranjang disentuh oleh Taehyun.

"Gue cuma merem doang, buat melek masih berat. Tapi sebenernya gue gak papa." Ujar Taehyun sedikit tertatih.

"Makanya, tuh mata jangan lebar-lebar! Jadi susah kan meleknya." Celetuk Beomgyu.

"Dokter, tolong periksa keadaan teman kami." Pinta Hueningkai pada Jisoo.

"Iya, kalian semua minggir." Ujar Jisoo yang membuat semuanya langsung menjauh dari ranjang Taehyun.

Stetoskop yang Jisoo gunakan mulai bekerja, diarahkannya alat itu dengan teratur di bagian dada dan perut Taehyun untuk memeriksa kondisinya.

"Bagaimana dokter, apa dia baik-baik saja?" Tanya Hueningkai cepat saat Jisoo baru saja mencopot stetoskop dari telinganya.

"Dia baik. Kondisinya sudah sangat stabil. Mungkin mental dia saja yang sedikit terganggu. Tapi, seiring berjalannya waktu pasti Taehyun akan kembali sehat." Jawab Jisoo.

"Sakit mental? Sakit mental apa?" Hueningkai mengernyit bingung.

"Ya mungkin saja Taehyun itu mengalami trauma sama keramaian, Ning. Secara kan dia dapat musibah saat di keramaian." Ujar Soobin seadanya.

"Lah, iya ya. Udah dasarnya Taehyun itu gak suka tempat-tempat ramai lagi. Dahlah, Taehyun adalah penerus Yoongi hyung." Beomgyu menyeletuk.

"Beomgyu hyung banyak bacot ya!" Sahut Taehyun yang masih setia berada di posisinya, terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tapi meski begitu, aura songongnya masih saja terlihat.

"Loh, lo sadar, Tae? Gue kira pingsan. Untung aja gue belum sempet ngomong yang aneh-aneh, hehe." Yeonjun terkekeh ringan dengan cengiran manisnya.

"Taehyun, saya sarankan kamu tidur saja. Jangan terjaga seperti ini. Rileks kan badanmu." Jisoo menasihati Taehyun.

"Enggak ah, dok. Saya lho mau sekolah hari ini." Sahut Taehyun.

"Taehyun, itu bahaya buat kesehatanmu! Jangan nekat seperti itu!" Jisoo semakin mempertegas ucapannya.

"Taehyun, kondisi lo tidak memungkinkan untuk lo sekolah hari ini. Lo masih sakit, Tae. Jangan maksa, ntar lo malah tambah sakit." Soobin ikut menasihati Taehyun.

"Emm, sepertinya kita harus meninggalkan Taehyun untuk dia sendiri dulu. Ayo semuanya keluar, kita berbincang-bincang di sana saja, supaya Taehyun bisa istirahat lebih tenang di sini." Jisoo mengajak keduabelas namja di ruangan ini untuk keluar, memberikan ketenangan untuk Taehyun beristirahat.

"Dokter, Taehyun benar-benar gak boleh berangkat sekolah, ya?" Tanya Beomgyu.

"Gak boleh, dia masih sakit. Jangan paksa dia untuk berpikir, dan jangan buat dia beraktivitas juga, lebih baik dia istirahat saja selama beberapa hari ke depan. Mungkin hari Senin dia bisa berangkat ke sekolah." Jawab Jisoo.

"Dokter, saya tahu bagaimana Taehyun. Dia terlahir dari keluarga berpendidikan tinggi dan sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Ayahnya seorang dosen di universitas oxford, ibunya seorang psikologis yang sangat populer, dan kakaknya tengah menempuh pendidikan s2 di Universitas Nasional Seoul. Dia dituntut keluarganya untuk menjadi anak yang cerdas, dia tidak boleh bodoh, dan dia harus selalu menjadi nomor 1 di sekolah. Tidak sekolah satu hari saja membuat dia menyesal dan memikirkannya bahkan sampai berhari-hari. Jadi, dengan dia tidak bersekolah lagi hari ini, bukankah akan membuat dia semakin berpikir dan stress?" Ujar Hueningkai memberi tahu informasi terkait latar belakang keluarga Taehyun yang cukup membuat Taehyun terbebani.

Do or Die | BTS TXT (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang