Chapter 12

3.2K 157 3
                                    

Dante berusaha untuk berdiri, namun saat itu kakinya terlalu sakit, ia hanya bisa terduduk diam di lantai menatapi sekujur tangan dan tubuhnya yang memar – memar akibat cambukan amarah ayahnya. Pria yang jauh lebih tua dan tinggi darinya itu berdiri di depannya sambil mengenakan kembali ikat pinggang yang baru saja ia pakai untuk memukul anak laki – laki itu. Ia memandang putranya yang sedang terisak pelan, karena ia tahu bahwa jika ia bersuara terlalu keras, bukan manjaan atau pelukan yang akan dia dapatkan, melainkan cambukan lain.

Setelah selesai mengenakan ikat pinggangnya, ia menarik tangan bocah itu dan menyuruhnya untuk berdiri. Dante berusaha untuk berdiri walaupun kedua kakinya masih sakit, terutama dibagian lutut kirinya dimana ia dipukul dengan sangat kencang.

"Apakah sekarang kau sudah mengerti letak kesalahanmu?" tanya pria itu. Dante kecil hanya bisa mengangguk, ia sudah cukup menerima amukan hari itu dan ia tidak yakin ia akan kuat jika ia harus dipukuli lagi.

"Bagus, jangan mempermalukan aku seperti itu lagi, sekarang pergi dan obati luka – lukamu." Ia mendorong Dante keluar dari ruangan, dimana salah seorang nanny yang mengurusinya sudah menunggu di depan. Ekspresi wanita tua itu terlihat penuh dengan empati ketika ia melihat tubuh kecil bocah itu dipenuhi dengan lebam – lebam.

Ia membawa bocah itu ke kamarnya dan memintanya untuk menunggu sebentar sementara ia mencarikan pakaian untuknya. Di saat nanny itu pergi, pintu terbuka dan ia melihat kakak perempuannya, Sofia berdiri di sana. Sofia terlihat mengenakan gaun tidur satinnya yang berwarna putih polos, rambut pirangnya digerai dan jatuh tepat diatas bahunya, sementara mata birunya menatap Dante dengan ekpresi kaget. Wanita yang sepuluh tahun lebih tua darinya itu terlihat kaget melihat kondisi adiknya yang seperti itu. Ia langsung menghampirinya dan meminta nanny yang saat itu baru datang dengan satu set pakaian baru untuk mengambilkan kotak obat dari kamar mandi.

"Apakah papa melakukan ini padamu?" tanyanya. Dante tidak dapat menjawab, ia terlalu takut, namun Sofia tidak perlu bertanya untuk kedua kali, ia sudah tahu pasti ayahnyalah yang melakukan hal itu. Tentu saja, itu bukanlah pertama kalinya ayahnya memukuli Dante seperti itu, namun karena ayahnya adalah seorang pria yang berkuasa, ia bisa menutupi perlakuan kasarnya dengan baik, keluarga mereka memiliki dokter pribadi yang biasanya dipanggil seminggu sekali atau dua kali untuk mengobati anak itu, kemudian mereka juga memiliki pengacara pribadi yang akan membela ayahnya jika ada yang berani melaporkan. Walaupun disana ada beberapa saksi mata, tidak ada yang berani menyentuh pria itu, karena jika sesuatu terjadi padanya, maka bukan hanya keluarga itu yang akan bermasalah, namun seluruh pekerja di perusahaanya juga akan terkena dampaknya, maka dari itu tidak ada yang pernah berani melaporkannya, walaupun seseorang sepertinya seharusnya berada dibalik penjara.

Nanny tersebut memberikan kotak itu kepada Sofia dan dia langsung mengambil obat merah dan betadine untuk mengobati luka – lukanya. Ada beberapa bagian kulitnya yang sedikit sobek dan berdarah karena terkena bagian metal dari ikat pinggang. Sofia memastikan bahwa ia mengobati seluruh luka dengan perlahan dan hati – hati. Dante sempat mengerang kesakitan ketika ia menyentuh beberapa luka yang agak dalam.

"Apakah ini karena kau belum pulang tadi? Dante, sayang. Kau tidak pantas diperlakukan seperti ini hanya karena itu." Setelah selesai, Sofia memakaikan baju untuk Dante dan memeluk bocah itu. Ia tidak mengerti kenapa setelah bertahun – tahun berlalu ayahnya masih tidak menyukai Dante, padahal bisa dikatakan bahwa Dante adalah salah satu anak termanis yang pernah ia kenal.

Dante bisa merasakan kehangatan dari wanita itu di kulitnya, sejak tadi ia sudah menahan air matanya, namun karena ia sudah tidak kuat lagi, ia akhirnya menangis di pelukan kakak perempuannya. Sofia mengelus rambutnya perlahan lalu bertanya apakah ia ingin sesuatu atau apakah ada sesuatu yang bisa ia lakukan untuk membuatnya merasa lebih baik.

Dante berpikir terlebih dahulu, kemudian ia membalas.

"Bolehkah aku tidur bersamamu malam ini?" tanyanya. Sofia memandang adiknya selama beberapa detik, kemudian sebuah senyuman muncul di wajahnya.

"Tentu saja, ayo, kita pergi ke kamarku." Ia mengajak Dante pergi ke kamarnya, sebelum naik ke tempat tidur, ia meminta Dante untuk mandi terlebih dahulu dan membersihkan tubuhnya, sekali lagi bocah itu bertanya apakah ia bisa memandikannya. Saat itu Sofia terlihat sedikit ragu, adiknya sudah berumur enam atau tujuh tahun dan sudah seharusnya ia mandiri, namun ketika ia melihat ekspresi polos bocah itu, ia tidak bisa menolaknya. Untuk anak seumurannya, dia tidak seharusnya menjalani hal semacam itu, setidaknya ia bisa melakukan hal itu untuknya.

Tidak lama kemudian mereka sudah berada di kamar mandi, Sofia memandikannya hingga bersih sambil berhati – hati ketika sabun menyentuh luka – lukanya.

Sofia tahu persis alasan kenapa ayahnya membenci anak itu, walaupun Dante adalah putra kandungnya, hanya ada satu alasan kenapa seorang yang memperlakukannya dengan sangat baik bisa berubah seratus delapan puluh derajat ketika berhadapan dengan Dante. Karena Dante adalah penyebab ibunya meninggal dunia. Ketika ibu mereka sedang melahirkan anak itu, terjadi suatu komplikasi. Dokter sudah berusaha menyelamatkan mereka berdua, namun hanya Dante yang bisa terselamatkan, ibu mereka meninggal saat melahirkannya dan hal itu membuat ayah mereka sangat terpukul. Karena Sofia tahu bahwa ayah mereka sangat mencintai ibu mereka, baginya, wanita itu adalah salah satu wanita terpenting dalam hidupnya, karena ayahnya juga dulu kehilangan ibunya di usia yang sangat muda.

Saat Dante lahir, ayahnya bahkan tidak mau menatap bayi itu, yang ditatapnya hanyalah tubuh istrinya yang tidak bernyawa. Sofia bisa mengingat ketika ia melihat semua itu terjadi. Setelah melihat adik laki – lakinya hari itu, ia berjalan menuju ayahnya yang langsung mendekap putri perempuan kesayangannya. Sofia memang sejak kecil sangat mirip dengan ibunya, mulai dari rambut pirangnya hingga mata birunya, Sofia benar – benar mengingatkannya kepada ibunya, maka dari itu ayah mereka sangat menyayanginya.

Sofia baru berusia sepuluh tahun ketika semua itu terjadi, ia tidak tahu bahwa kejadian itu akan membuat ayah mereka membenci adik laki – lakinya. Mereka selalu bilang bahwa semua orang tua sayang dengan anaknya, namun hal itu tidak selalu benar. Terkadang ada orang tua yang jahat di dunia ini, mereka hanya tidak mau mengakuinya saja.

Setelah memandikannya, ia memakaikan pakaian ke tubuh mungilnya lalu membimbingnya ke tempat tidur. Setelah mereka berdua berada di Kasur, Sofia memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang.

Yang bocah itu butuhkan adalah kasih sayang, bukan pukulan atau amarah.

Semenjak hari itu, Dante menjadi lebih dekat dengan Sofia, ia menjadi sayang kepada gadis itu, walaupun jarak usia antara mereka terbilang cukup jauh sebagai saudara, namun mereka berdua menjadi cukup akrab. Baginya Sofia adalah satu – satunya orang yang mengerti dengan keadaannya, tidak ada yang mengenal Dante seperti Sofia.

Sayangnya hal itu tidak bisa berlangsung selamanya.

Karena pada akhirnya, Sofia harus pergi dari kehidupannya.

The Devil ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang