BAGIAN 8

235 15 1
                                        

Iblis Gila Dari Timur menyipitkan matanya.
"Bocah! Siapa kau, he?!" dengus orang gila itu.
"Kakek! Apakah kau tidak mengenal cucu buyutmu sendiri? Berilah hormat padaku. Kalau tidak, kutendang pantatmu!" gadis berbaju biru itu mendahului, sebelum pemuda berpakaian rompi putih ini menjawab.
"Bocah Sial! Kurobek mulutmu, he?! Kau kira tengah berhadapan dengan siapa saat ini?!" geram orang tua gila itu sambil menyeringai lebar.
"Kakek Sialan! Kau tidak mau hormat pada cucumu, he?!" balas gadis itu tidak kalah garang dengan mata melotot lebar.
"Hahaha...! Baru sekali ini aku melihat ada seorang gadis yang berani. He, bisa jadi aku suka padamu dan betul-betul akan mengangkatmu sebagai cucuku. Nah! Siapa namamu, Anak Manis...?"
"Eee, malah semakin kurang ajar saja sikapmu? Tidakkah kau mau menghormat juga? Atau pantatmu betul-betul akan kutendang, he?" sahut gadis itu tanpa mempedulikan nada suara Iblis Gila Dari Timur yang mulai ramah. Dia tetap berkacak pinggang sambil terbelalak.
"Anak Geblek! Rupanya kau lebih geblek dariku, he? Biar kuberi pelajaran agar kau mau menghormatiku!" geram orang tua gila itu langsung melompat menyerang.
"Pandan Wangi, awas...!" seru pemuda berbaju rompi putih memberitahu, langsung pemuda yang tak lain Pendekar Rajawali Sakti melesat dari punggung kudanya, memapak serangan Iblis Gila Dari Timur.
"Hiyaaa...!"
"Hah?!"
Gadis yang memang Pandan Wangi terpana. Gerakan orang gila itu cepat bagaikan kilat. Sehingga dia tidak sempat berbuat apa-apa.
Plak!
"Hup!"
Bahkan ketika Rangga memapak serangan, dia masih belum sirna dari rasa keterkejutannya. Sementara, Pendekar Rajawali Sakti tampak terpental ke belakang. Demikian juga si Iblis Gila Dari Timur. Namun keduanya masih mampu menjejak tanah dengan kedua kaki.
"Hm.... Boleh juga kepandaianmu, Bocah! Jarang ada orang yang mampu menahan pukulanku. Siapa kau?!" sentak Iblis Gila Dari Timur.
"Iblis Gila Dari Timur! Kali ini kau berhadapan dengan lawan sepadan. Dialah yang berjuluk Pendekar Rajawali Sakti," kata Ki Sentanu dengan suara terbata-bata. Dia masih bisa tersenyum puas, karena sakit hatinya bisa terlampiaskan lewat tangan Pendekar Rajawali Sakti.
"Hahaha...! Jadi kaukah yang bergelar Pendekar Rajawali Sakti? Hm.... Nama besarmu membuatku iri. Dan paling tidak, aku tidak sia-sia keluar dari persembunyianku setelah mencicipi sedikit kehebatanmu yang belakangan ini amat menghebohkan...!" kata Iblis Gila Dari Timur jumawa.
"Iblis Gila Dari Timur! Apa maksud perkataanmu?"
"Kudengar orang-orang memperebutkan kedua sobekan peta ini," kata Iblis Gila Dari Timur seraya memperlihatkan kedua sobekan peta yang tengah dicari pemuda itu.
"Nah! Kau pasti menginginkannya, bukan?"
"Kisanak! Aku tidak kemaruk pada benda seperti itu. Kedua sobekan peta itu akan kuserahkan pada orang yang berhak!" tandas Pendekar Rajawali Sakti.
"Siapa yang peduli niatmu itu? Phuiih! Meski kau akan robek-robek atau bakar, terserah. Yang jelas, masihkah kau menginginkan kedua benda ini?!" Iblis Gila Dari Timur menegaskan dengan suara lantang.
Rangga terdiam sesaat, sambil memandang Iblis Gila Dari Timur. Sepertinya dia hendak meneliti, apa sebenarnya yang diinginkan orang tua itu.
"Kisanak, apa maksudmu?" tanya Rangga pelan.
"Hehehe...! Bocah pintar. Nah! Kedua benda ini akan menjadi milikmu, kalau kau mampu menahan lima serangan jurus-jurusku!"
"Hm.... Kedatanganku bukan untuk berkelahi. Tapi meminta dengan hormat padamu agar sudi memberikan kedua sobekan peta itu untuk kuserahkan pada orang yang berhak...!" tangkis Rangga.
"Setan alas! Heh! Apakah kau sudah jadi seorang pengecut?! Kata-kataku tidak bisa dibantah. Sekali aku berkata begitu, maka tidak akan berubah. Kau boleh langkahi mayatku, kalau hendak memaksa merebutnya dariku...!" tegas Iblis Gila Dari Timur. Iblis Gila Dari Timur menghentikan kata-katanya. Lalu diraihnya sebuah kerikil sebesar kepalan tangannya. "Atau kedua benda itu akan hancur seperti ini, dan kau tidak akan sempat melihatnya walau barang sekejap pun!" lanjut orang tua gila itu seraya menghancurkan batu dalam genggaman tangannya.
Prakkk!
Rangga menghela napas panjang. Agaknya dia tidak punya pilihan lain. Kata-kata orang tua ini bersungguh-sungguh. Dan yang dikhawatirkan adalah, kalau saja Iblis Gila Dari Timur melakukan ancamannya yang terakhir, yaitu memusnahkan sobekan kedua peta. Maka kalau itu dilakukan, gagallah tugasnya. Dan terbayanglah dia pada si bocah Diah Kumitir yang akan kecewa berkepanjangan.
"Kisanak! Aku terima tantanganmu!" sahut Rangga mantap.
"Hahaha...! Bagus! Bagus...! Nah, mulailah bersiaga...!"
"Tapi ingat! Jika kau bohong, maka aku akan mengejarmu sampai di mana pun bersembunyi!" ancam Pendekar Rajawali Sakti.
"Hahaha...! Baru kali ini aku diancam orang. Tapi tidak apa. He, bisa jadi aku berwatak jahat. Tapi menyepelekan ucapanku sendiri, tidak pernah kulakukan!" sahut Iblis Gila Dari Timur mantap.
"Baiklah. Aku telah siap, Kisanak!"
"Ingat! Hanya lima jurus, maka kedua sobekan peta ini akan kuberikan padamu. Kau hanya perlu menangkis tanpa memberikan perlawanan. Bila kau melawan, maka kuanggap gugur!" ujar Iblis Gila Dari Timur.
"Silakan dimulai...," sahut Rangga mantap sambil mengangguk.
"Heaaa...!" Iblis Gila Dari Timur membentak nyaring. Tubuhnya sudah melompat dengan gerakan gesit bukan main.
Bukan hanya Rangga yang terkejut melihat gerakannya. Malah Pandan Wangi serta seluruh murid Perguruan Naga Jenar yang berada di tempat itu juga sampai terbelalak.
"Hup!"
Rangga langsung mengerahkan jurus 'Sembilan Langkah Ajaib', untuk menjajagi kemampuan lawannya. Tubuhnya cepat meliuk-liuk seperti hendak jatuh. Dan ketika kaki kiri Iblis Gila Dari Timur hendak mengait pinggangnya, Pendekar Rajawali Sakti cepat melenting ke atas. Namun tubuh orang tua gila itu cepat melejit ke atas mengejarnya. Begitu mendarat di tanah, Pendekar Rajawali Sakti segera melebarkan kedua kakinya, sehingga pahanya menyentuh tanah. Lalu dibuatnya gerakan memutar, sambil merendahkan kepala untuk menghindari terjangan kedua kaki Iblis Gila Dari Timur.
"Yeaaa...!"
"Hup!"
Dengan bertopang kedua tangannya, Rangga melakukan lompatan berjumpalitan ke belakang. Namun belum lagi kedua kakinya menyentuh tanah, orang gila itu telah mengejar dengan satu sodokan kaki yang keras. Cepat bagai kilat, Pendekar Rajawali Sakti menjatuhkan diri dan terus bertiarap ketika kedua kaki Iblis Gila Dari Timur menyambarnya dengan deras. Iblis Gila Dari Timur tidak berhenti sampai di situ saja. Kedua tangannya yang terkepal langsung dihantamkan dengan keras, menimbulkan desir angin kencang yang mampu membuat kulit seperti terbakar. Rangga menyadari kalau orang tua gila itu mulai kalap karena belum juga mampu menjatuhkannya!
"Bagus! Kau telah melewati dua jurus. Nah! Sekarang, tahan jurus ketiga dan keempat ini!" desis orang tua sinting itu sambil terus menyerang.
Kali ini Rangga tidak bisa bermain-main lagi. Terpaksa dikerahkannya jurus dari lima rangkaian jurus 'Rajawali Sakti' yang bisa diandalkan.
"Yeaaa...!"
Wusss!
"Uuhh...."
Bukan main kalapnya orang tua itu ketika Pendekar Rajawali Sakti mampu mundur menghindari serangannya. Dan ini membuat amarahnya tak terkendali lagi. Maka tanpa segan-segan lagi, seluruh kekuatannya dikempos untuk menghabisi pemuda itu secepatnya. Seketika dia membuat beberapa gerakan tangan. Lalu pada puncaknya, kedua tangannya dihentakkan ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Heh?!"
Pendekar Rajawali Sakti terkejut ketika Iblis Gila Dari Timur mulai menghantamnya dengan pukulan-pukulan maut yang mematikan. Angin kencang bertiup hangat dan udara mulai panas.
Jdeerrr!
Murid-murid Perguruan Naga Jenar menyingkir agak jauh ketika bongkahan-bongkahan tanah serta pepohonan mulai melayang ke mana-mana terhantam pukulan nyasar dari laki-laki gila itu.
"Iblis Gila! Apa-apaan kau ini?! Kau tidak bertanding secara jujur!" bentak Rangga garang.
"Huh! Persetan dengan segala ocehanmu! Tidak ada seorang pun yang boleh menghinaku!" desis orang tua itu garang.
"Siapa yang menghinamu? Kau telah mengajukan syarat. Dan kini kau sendiri yang berbuat curang!" balas Rangga.
"Tidak ada yang boleh melebihiku! Kau telah menghinaku. Sebab selama ini tidak ada yang bisa bertahan lebih dari tiga jurusku. Kau telah menghinaku! Kau telah menghinaku...! Untuk itu, kau harus mampus!" teriak Iblis Gila Dari Timur seperti kerasukan setan.
"Kakang! Kenapa kau tidak membalas?! Dia hendak membunuhmu! Dia telah berbuat curang! Kau jangan berdiam diri saja!" Pandan Wangi yang sejak tadi mengamati jalannya pertarungan, menjadi khawatir melihat keadaan Rangga yang diserang lawannya.
"Tenanglah, Pandan! Iblis curang ini akan menerima akibatnya!" sahut Rangga geram.
"Banyak mulut! Mampus kau...!" Iblis Gila Dari Timur menggeram. Kembali orang tua gila itu menghantamkan pukulan jarak jauhnya setelah menghentakkan kedua tangannya.
Jderrr!
"Uts!"
Pukulan maut itu nyaris menghancurkan Pendekar Rajawali Sakti kalau saja tidak cepat menjatuhkan diri. Lalu dengan cepat Rangga bangkit dan berdiri tegak. Seketika dia membuat gerakan tubuh. Sebentar tubuhnya miring ke kiri, dengan tangan terkepal di pinggang. Lalu tubuhnya condong ke kanan, setelah kedua tangannya naik ke atas dada dalam keadaan merapat. Setelah tubuhnya tegak kembali, Pendekar Rajawali Sakti cepat menggosok-gosokkan kedua tangannya. Maka seketika, kedua telapak tangannya telah terselimuti cahaya biru.
"Iblis Jahanam! Kau telah mencurangiku. Maka kau akan merasakan akibatnya!" desis Pendekar Rajawali Sakti, dingin menggetarkan.
"Heh?!"
Orang tua sinting itu terkejut ketika melihat cahaya kebiruan pada kedua tangan Pendekar Rajawali Sakti. Namun dengan cepat dia kembali mendengus geram. "Huh! Kau juga harus merasakan aji pamungkasku. Terimalah aji 'Pukulan Gila Topan Badai'! Hiaaa...!"
Iblis Gila Dari Timur langsung meluruk seraya menghentakkan tangannya ke arah Pendekar Rajawali Sakti. Agaknya adu kesaktian tingkat tinggi akan berakhir sampai di sini, karena masing-masing telah mengerahkan aji pamungkasnya.
"Heaaa...!"
Begitu pukulan Iblis Gila Dari Timur hampir menghantam tubuhnya, Pendekar Rajawali Sakti cepat menghentakkan kedua tangannya ke depan, memapak sinar merah yang melesat dari tangan orang tua gila itu.
"Aji 'Cakra Buana Sukma'...! Hiaaa...!"
Seketika dari tangan Pendekar Rajawali Sakti melesat sinar biru berkilauan, menghantam sinar merah pukulan Iblis Gila Dari Timur. Dan....
"Aaaa...!"
Terdengar ledakan hebat ketika kedua pukulan itu beradu di tengah-tengah. Iblis Gila Dari Timur terpekik, begitu tubuhnya terjungkal empat tombak ke belakang. Begitu ambruk di tanah, dia tewas seketika dalam keadaan hangus. Aji kesaktian yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti memang dikerahkan pada tingkat yang terakhir, sehingga akibatnya sangat dahsyat.
"Uuhh..."
Sementara itu, Pendekar Rajawali Sakti hanya terjajar dua langkah, namun cukup membuat dadanya terasa sesak.
"Kakang Rangga, kau tidak apa-apa...?!" tanya Pandan Wangi cemas. Gadis itu cepat berlari kencang mendapati pemuda itu yang terduduk di tanah. Wajah Pendekar Rajawali Sakti tampak pucat dan napasnya turun naik tidak beraturan. "Kakang, bertahanlah. Aku akan membantumu...!" ujar Pandan Wangi, seraya menyalurkan hawa murni ke tubuh Rangga.
Rangga segera bersila. Dia cepat mengatur jalan napas dan peredaran darahnya yang kacau-balau akibat pengerahan tenaga dalam tingkat tinggi tadi. Sementara wajah Pandan Wangi mulai berkeringat. Namun gadis itu tidak berusaha menghentikan penyaluran hawa murni pada Rangga.
"Pandan sudahlah. Hentikan.... Aku tidak apa-apa. Kau bisa mati lemas nantinya...," ujar pemuda itu.
Pandan Wangi menarik napas panjang beberapa kali. Wajahnya tampak pucat, namun senyumnya terkembang ketika melihat senyum Rangga.
"Betul kau tidak apa-apa, Kakang?"
"Ya...," Rangga mengangguk.
"Kalau saja tenagamu tidak cukup kuat, kau tentu akan binasa sendiri...," keluh gadis itu cemas.
Rangga mengangguk pelan. Dipandangnya tubuh lawannya yang telah gosong terkena pukulannya.
"Ah, percuma saja usaha kita. Sobekan peta itu telah hancur bersama tubuhnya...."
Pandan Wangi terdiam. Gadis itu ikut merasakan kegagalan yang dialami. Dan saat itu Sri Kuning, putri Ki Sentanu perlahan-lahan menghampiri. Rangga dan Pandan Wangi memandang sekilas.
"Aku menyadari, kalau saja kalian tidak muncul, maka kami akan binasa di tangan orang sinting itu...," desak Sri Kuning.
"Apa maumu...?!" tanya Pandan Wangi dengan nada datar.
"Apakah kalian masih menginginkan peta itu...?" tanya Sri Kuning.
"Kau hendak menghina kami, bukan?" kata Pandan Wangi, dingin.
"Tidak. Aku bersungguh-sungguh. Tanpa sepengetahuan ayahku, aku telah menyalin gambar peta itu ke tempat lain. Dan tadi, kami telah bermusyawarah. Beliau ingin agar sobekan peta yang telah kusalin, diberikan saja pada kalian...," jelas gadis itu.
"Betulkah...?" tanya Rangga penuh harap. Sri Kuning mengangguk cepat. Namun wajah pemuda itu kembali berubah ketika menyadari satu hal lagi.
"Percuma saja.... Sebab, sobekan peta yang satu lagi tidak bisa diketahui,"
"Kakang! Kenapa tidak kita tanyakan saja pada Ki Mugeni? Kalau pun dia tidak menyalinnya, paling tidak pasti ingat akan isi sobekan peta di tangannya, setelah disatukan lebih dulu dengan kedua sobekan peta yang ada...!" sahut Pandan Wangi.
"Ya! Kenapa tidak terpikir olehku?!" sahut Rangga dengan wajah cerah.
"Kalau begitu, mari kita ambil bersama-sama di tempat kami. Ayahku pasti akan senang sekali, bila kalian sudi singgah dan bermalam barang sehari atau dua hari...," Sri Kuning menawarkan.
Dan Rangga hanya menyambutnya dengan senyum.

***

TAMAT

145. Pendekar Rajawali Sakti : Sengketa Tiga Potong PetaWhere stories live. Discover now