28 : Kecupan senja

15.1K 2.6K 1K
                                    

Jaemin baru selesai melakukan aktivitasnya, memasak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin baru selesai melakukan aktivitasnya, memasak.

Bukan untuknya, melainkan untuk bayi besar yang kini duduk di kursi meja makan menunggu Jaemin selesai memasakkan sebuah hidangan yang membuat rasa laparnya terganjal.

Si pemuda Na, rela izin tidak masuk sekolah, demi menunggu tetangga sekaligus temannya, Lee Jeno.

Menu kesukaan Jeno, bubur abalone.

Pemuda yang wajahnya dipenuhi luka lebam dan beberapa tempelan kassa itu mendambakan bubur abalone sebagai makanan favoritnya.

Semenjak kejadian dimana Jeno dipukuli habis-habisan oleh Mark dan juga Jaehyun, ia mendadak berubah menjadi sosok yang lebih pendiam, cenderung murung pada Jaemin dan bahkan-tak semanja biasanya.

Pribadi Jeno berubah drastis. Ia hanya menanggapi omongan orang-orang yang mengajaknya bicara dengan gumaman dan anggukan sebagai jawaban.

Entahlah, Jeno hanya merasa hampa dan tidak berselera.

"Makanlah, sementara aku akan pulang." Jaemin meletakkan semangkuk penuh bubur yang masih panas di depan Jeno, tepatnya di atas meja.

Yang diajak bicara menyentakkan kepala, menoleh ke arah bubur yang disodorkan Jaemin dan menggumam kecil, "terima kasih."

Jujur, Jaemin juga bingung dengan sifat Jeno yang sekarang. Pun kalau gara-gara masalah Jaemin yang bilang mengenai perasaannya kemarin, seharusnya pihak yang marah sekarang harusnya Jaemin, bukan malah Jeno.

Kenapa ia malah didiamkan begini?

"Kau bisa mandi sendiri?" Tanya Jaemin ke inti.

"Ya."

"Kau yakin?"

"Hm."

Jaemin membuang tatap frustasi, "ck, kau ini kenapa sih? Kenapa kau mendiamiku seharian ini?"

Jeno hanya memainkan jari-jarinya yang menganggur di atas meja. Pemuda berkaus hitam itu menunduk, menghindari menerima tatapan dari Jaemin yang berdiri tepat disampingnya.

"Seharusnya pihak yang marah disini aku, bukan dirimu. Kau bermain-main dengan perasaanku, Jeno."

Ucapan yang dilontarkan Jaemin frontal membuat kepala Jeno terdongak.

"Aku tidak tau, pikiran apa yang memenuhi kepalam sampai-sampai kau berubah jadi pendiam sepeti ini. Tapi, haruskah kau mengabaikanku?" Guratan penuh kekecewaan tercetak jelas di mata Jaemin.

"Kemana dirimu yang brengsek? Kemana dirimu yang kurang ajar? Kemana dirimu yang bengis? Kenapa kau berubah jadi seseorang yang kehilangan raga hanya karena aku mengungkapkan perasaanku padamu-"

"Bukan karena itu." Potong Jeno, menjawab ocehan panjang lebar Jaemin dengan ragu.

"Apa?"

"Bukan karena itu, aku tidak mempermasalahkan dirimu sama sekali."

Apart to come | Jaeyong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang