11. Tentang Lia

1.2K 152 0
                                    

Awkward

Tanpa disangka,secepat ini Lia dan Lino bisa saling berhadapan,duduk di meja kantin yang sama. Ini terlalu cepat,Lia maupun Lino belum siap untuk berada sedekat ini.

Semua berawal ketika Sean mengajak Lia pergi ke kantin. Karena lapar Lia pun mengiyakan ajakan tersebut. Saat dikantin Sean mengajaknya untuk bergabung dengan teman satu kosnya  yang terlebih dahulu berada di kantin. Sean juga mengenalkannya pada mereka, Lino dan Changbin.

Andai saja Lia menolak,mungkin ia tidak akan terjebak dalam situasi yang canggung ini.

"Sebelumnya lo pindahan dari mana Li?" Tanya Changbin.

"Gue masih kuliah di Jakarta."

"Kalo masih di Jakarta kenapa pindah?"

"Gue kurang nyaman aja sama tempatnya."

"Ooh."

Sementara Lino diam terpaku hanya menjadi seorang pendengar. Lino memang bukan orang yang banyak bicara,terlebih pada kaum hawa. Tak ada sama sekali pembicaraan terjadi antara Lia dan Lino,keduanya sedang berperan sebagai orang asing.

Sesekali Lino mencuri pandang kearah Lia,sekedar meyakinkan jika ini nyata bukan mimpi. Lino sebenarnya ingin pergi dari perkumpulan mereka,ia yakin Lia pasti merasa tidak nyaman berhadapan dengannya. Tapi hatinya mengatakan lain,ia ingin tetap didekat wanita ini.


































































































"LIA."

"Mau pulang bareng gak?"

"Makasih Sean,nggak usah! Gue gak langsung pulang mau ke tempat lain dulu."

"Gue anterin!"

"Gak usah,gue sendiri aja."

"Yaudah deh,gue duluan ya!" Dengan sepeda motornya Sean meninggalkan Lia di area parkir kampus. Jelas Lia menolak,ia baru mengenal Sean beberapa jam yang lalu,akan terasa canggung berada di jok belakang motornya.

Langkah demi langkah Lia telusuri trotoar meninggalkan kampusnya. Saat berangkat ke kampus ia melewati sebuah taman kota. Ia ingin kesana siapa tahu bisa menyegarkan pikirannya.

Lia,dia mau kemana?kenapa jalan kaki? - Lino.

Dengan kecepatan rendah ia mengikuti Lia dari belakang. Tak sengaja mengikuti karena jalan yang harus ia lalui sama seperti Lia. Haruskah ia memberi tumpangan pada mantan kekasihnya itu? Tapi apa pedulinya.

Lino dilema dengan dirinya sendiri, seperti ada dua kepribadian yang saling bertolak belakang dalam tubuhnya. Antara mengabaikan Lia atau mengindahkan Lia.

"NO!"

"H-hah?"

"Lo naik motor tapi jalan kayak siput."

"Lo udah balik?"

"Iya,dari rumah gue langsung ke kampus."

Lino mengurungkan niatnya untuk mengikuti Lia,ia menambah kecepatan sepeda motornya meninggalkan Chan, menghindari temannya itu agar tidak menanyainya banyak hal. Saat melewati Lia,ia sempatkan menoleh kearah Lia. Mungkin Lia tidak menyadarinya karena berjalan dengan tertunduk Lesu,tanpa berminat memperhatikan pemandangan sekitar yang ia lewati.

Setelah menempuh perjalanan sekitar satu kilometer Lia sampai di taman kota yang ia maksud. Tak dipungkiri kakinya cukup lelah berjalan sejauh itu, belum lagi cuaca hari ini yang cukup menyengat meskipun sudah memasuki sore hari. Tak masalah,anggaplah ia sedang berolah raga,ini lebih baik dibandingkan harus berdiam diri di dalam kamar. Ia bosan,selama sebulan terakhir ini selalu mengurung diri di rumah mengasingkan diri dari dunia luar.

Ia duduk disalah satu kursi taman menghadap kearah air mancur yang ada di taman tersebut. Ia pejamkan matanya merasakan hembusan angin yang tercipta dari rimbunnya pepohonan. Sepertinya taman ini akan menjadi tempat favoritnya.

Ia tak sendiri. Ada banyak orang di taman dengan aktivitasnya masing-masing. Ada yang sedang menyendiri seperti dirinya. Ada juga yang sedang bercengkrama dengan teman atau kekasih,dan perhatiannya tertuju pada sepasang suami istri dengan seorang anak kecil diantara mereka, terlihat sangat bahagia. Senyuman selalu terpancar dari ketiganya. Mengingatkannya pada saat ia seusia anak kecil tersebut. Dulu ia juga memiliki keluarga yang bahagia, setiap akhir pekan selalu saja ada agenda liburan. Meskipun hanya sekedar berjalan-jalan di taman. Lia merindukan moment indah tersebut hingga tak terasa air mata telah membasahi pipinya.

Hidupnya berubah seratus depan puluh derajat tepatnya dua bulan yang lalu. Tak ada lagi kebahagiaan yang tersisa dalam hidupnya. Sang ayah menjadi tersangka atas pembunuhan seorang debt collector. Awalnya ia tak percaya, tapi ia tak bisa lagi untuk tak percaya saat sang ayah mengakui sendiri pembunuhan yang disangkakan padanya. Dunianya runtuh seketika bagaimana bisa sosok sang ayah yang hangat penuh kasih berani melakukan hal sekeji itu.

Tanpa ia ketahui selama ini ayahnya meminjam uang dalam jumlah besar pada salah satu bank. Tak ada sedikit pun harta benda tersisa untuknya, semua disita oleh pihak bank.

Ibu. Ia pergi meninggalkan Lia untuk selama-selamanya. Ia terkena serangan jantung saat sidang pengadilan menjatuhi hukuman lima belas tahun penjara pada sang suami atas kejahatan yang telah dilakukan.

Penderitaannya tak cukup sampai disitu. Di kampus,tak sedikit mata yang memandangnya sebelah mata. Seolah ia turut andil dalam pembunuhan yang dilakukan sang ayah. Malangnya lagi, teman-temannya pun enggan menerimanya dalam pergaulan,mereka menjauh.

Lelaki yang sangat ia cintai pun pergi sepeti mereka. Selama ini ia keliru,ia pikir laki-laki itu bisa menjadi tempatnya bersandar dan berbagi suka maupun duka seperti yang ia katakan saat mendekatinya dulu.

Ini tidak adil. Ia juga korban tapi mengapa ia diperlakukan seperti seorang tersangka?

Jika saja Lino yang ada di sampingnya, apa dia juga akan meninggalkannya?

Ia sudah sangat jahat pada Lino,ia meninggalkan Lino dengan alasan ada orang lain yang lebih baik darinya. Tapi nyatanya orang lain itu meninggalkannya di saat ia jatuh ke titik yang paling rendah. Ia memang bodoh,meninggalkan Lino yang selalu ada untuknya.










































































































































































Di kosan stray kids...

"Felix belum balik bang?" Tanya Sean.

"Belum."

"Emang ada acara apa bang kok buru-buru pulangnya?" Tanya Ian.

"Gak ada acara apa-apa sih,nenek sama kakek ada di rumah kangen sama cucu katanya."

"Ooh..."

Tbc.

RASA || SKZ × ITZYWhere stories live. Discover now