02. Pertemuan Pertama : Jae bercerita.

581 64 0
                                    

Januari, 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Januari, 2023.

Setelah pertemuan kami untuk pertama kali setelah dua tahun, hidup saya berbeda setelahnya.

Yang saya tau, rasa rindu itu membuat gelisah dan tidak tenang.

Yang saya tau, rasa rindu akan terobati jika dua manusia yang menahan saling berjumpa dan mengobati rasa tersebut.

Yang saya tau juga, rasa rindu itu akan tetap ada jika kita tidak mengatakan dan hanya diam membuat kita jadi menahan rasa seorang diri dan banyak beramsumsi.

Ya, saya menyesal karena tidak menjawab apapun kala itu.

Saya kira wanita itu akan menghindar atau tidak menganggap saya ada saat mata kami saling berjumpa sepersekian detik setelah sekian lama tidak saling pandang, ternyata saya salah, dia menghadapinya.

Saya kira setelah dua tahun, dia sudah melupakan saya, ternyata tidak. Saya kira setelah dua tahun dia sudah memiliki seseorang yang berada di sampingnya, ternyata tidak.

Cantik, dia masih cantik seperti sebelumnya.

Mata, pipi, bibir, semua tidak berubah bahkan setelah dua tahun. Bahkan pipi itu masih bulat dan menggemaskan bagi saya. Sejujurnya saya sedang menahan diri untuk tidak mencubit pipi bulat yang sangat menggemaskan itu, satu hal yang paling saya rindukan.

Hanya satu perubahan yang saya sadar dari penampilannya, surai yang dulu terurai panjang sekarang terlihat pendek. Tidak masalah bagi saya, apapun yang ada di luar dan dalam dirinya saya suka.

Surai pendek dengan poni tipis itu malah mempertegas kesan imut pada wajah Kalea. Saya mengulum bibir, tangan saya tanpa sadar hampir saja terangkat, saya sangat ingin mengelus surai indahnya.

Tidak habis pikir, bagaimana bisa dia selucu ini di umurnya yang akan menginjak 29 tahun di tahun ini?

Tepat hari ini, tepat dua tahun lewat satu hari kami bertemu kembali, entah dalam perasaan yang sama atau tidak dan tanpa rencana apapun kami duduk berhadapan di satu meja yang sama, duduk berhadapan di waktu yang sama.

Saya menyodorkan tangan di udara membuat dia membalas dengan hangat.

"Apa kabar?"

Dia tersenyum. Senyum yang membuat matanya ikut menyipit menyemburkan ramuan yang membuat saya ikut tersenyum setelah melihatnya, pipi bulatnya makin terlihat membesar karena senyuman. Ah, saya sangat merindukan ini.

"Baik, lo?"

Saya menggeleng kecil, "Engga baik."

"Kenapa?" tanyanya dengan raut wajah khawatir, saya menyadari itu.

"Enggak ada lo," jawab saya tanpa ragu.

Kalea hanya tersenyum kecil sebagai balasan. Dia melihat menatap saya lurus, saya tahu dia terkejut karena jawaban saya.

[1] For Us - DAY6 Jae ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang