45. Pikiran dan Hati

407 90 11
                                    

Assalamu'alaikum, Sobat Babegooo.
Fix, ini adalah chapter terpanjang! 😍
Selamat membaca. :))

****

Alea dan Kevin sibuk bekerja di sekolah. Walau hari libur, mereka tetap memiliki keperluan di sekolah, mengingat acara besar yang dipegang Kevin, yaitu bazar, akan diadakan sebentar lagi.

Mengecek ruangan, survei tempat untuk seluruh stan, panggung, sound sistem, tenda, kursi, spanduk, semua keperluan dicek ulang oleh Kevin dan Alea, walau sudah ada panitia. Pasalnya, Kevin sudah berjanji tidak ingin merepotkan rekan-rekannya di hari libur. Beruntung saja, Alea secara suka rela membantunya, jadi ia tidak repot sendiri.

"Jadi benar pastinya segitu? Iya, gak apa."

"Oke, makasih, ya. Assalamualaikum."

Kevin memutuskan panggilan di ponsel. Ia mengusap kasar wajah, lalu mengecek jam di tangan yang menunjukkan pukul setengah lima sore. Tidak terasa waktu berlalu sangat cepat. Apalagi tadi ada masalah perebutan posisi stan, kesalahan kata di spanduk, dan sound sistem sekolah yang lama telah rusak.

"Lima, 'kan? Udah sama gue." Alea muncul dengan lima buah amplop putih di tangan. "Capek banget, ya?" Ia menyerahkan sebotol air mineral kepada pria yang terlihat lelah itu.

Kevin menerimanya, ia terduduk di bangku, lalu minum sebentar. Sebenarnya ia hanya kaget, karena wakilnya, serta beberapa anggota inti OSIS pergi mendadak, dan meninggalkan pekerjaan mereka. Ya, meski anggotanya itu memiliki alasan yang bisa diterima. Bukan karena ia tidak mampu mengerjakan semuanya, hanya saja sedikit khawatir jika acaranya tidak berjalan sempurna, mengingat waktu yang tinggal sedikit lagi.

"Ada lima surat yang harus diantar ke alumni hari ini. Gue pikir si wakil udah nyerahin undangan karena itu tugas dia, ternyata baru tadi dia nelepon gue, dadakan." Ia terdiam sejenak. "Mana mau malam." Ia lalu memadang Alea yang ikut duduk di sampingnya. "Alumni ini biasanya selalu nyumbang uang dalam angka yang besar di bazar. Kita juga gak boleh undang dadakan, sih, takutnya mereka sibuk. Jadi harusnya hari ini."

"Ya, udah, yuk, kita anter. Ke mana?" tanya Alea semangat.

"Depok," jawabnya pelan.

Kedua alis Alea terangkat. Jauh juga. "Minta anterin sopir gue, gimana?"

"Gak. Yuk, ke stasiun."

***

Kevin dan Alea keluar dari masjid yang tak jauh dari Stasiun UI. Sewaktu mereka sampai Depok tadi, azan Magrib telah berlalu, sehingga mereka segera menuju ke masjid terdekat.

"Mari berkelana. Udah siap?" tanya Kevin sambil tersenyum semangat ke arah sahabatnya itu.

Alea tetawa kecil melihat semangatnya. "Semua seniornya udah dihubungi? Kita ke mana?"

"Deket kok dari sini. Pizzeraya Cafe."

"Bang Heru? Wah, beliaukan sibuk banget. Cabang kafenya aja udah banyak di Indonesia."

"Waktu gue telepon, beliau cuma minggu ini aja di Indonesia, jadi kita masih ada kesempatan." Kevin memainkan ponsel, memesan dari aplikasi transportasi online.

Kurang dari sepuluh menit, mereka sudah berada di depan kafe karena jarak kafe dari lokasi mereka memang tak sampai lima kilo. Kafe ini termasuk tempat yang paling banyak digemari, selain tempatnya yang bagus untuk tempat nongkrong, menu yang disediakan juga enak, terutama pizza.

Pertama masuk, desain kafe didominasi warna kayu, seperti lantai, meja, dan kursi kayu. Di salah satu spot juga ada khusus kursi kayu yang menggantung seperti ayunan. Dindingnya tampak berdesain batu-bata yang tersusun rapi, dihiasi gantungan-gantungan artistik.

B A B E G I (✅)Where stories live. Discover now