Chapter 31

748 39 2
                                    

Hari itu jantung Eve berdebar dengan sangat kencang. Ia tidak tahu kenapa namun sejak terakhir ia menginap tanpa rencana di rumah Elliot, setiap melihat pria itu sekarang jantungnya berdebar – debar. Tidak mungkin kan, Eve mulai menyukai pria itu?

Jika iya maka itu adalah suatu kegilaan, ia tidak bisa menyukai Elliot. Pria itu adalah bossnya. Jika sampai ia menyukainya maka pastilah akan terjadi bencana di masa depan. Ya, ia harus menghilangkan pikiran itu jauh – jauh. Ia tidak ingin jatuh cinta lagi dalam waktu yang sangat dekat. Hatinya masih sakit karena Dante. Dia tidak bisa langsung move on secepat itu.

Bisakah? Entahlah, dia masih terlalu ragu. Perasaan manusia tidak bisa diubah – ubah semudah itu. Ya, dia tidak perlu memikirkan terlalu banyak hal yang tidak penting. Yang perlu ia lakukan saat itu hanyalah bekerja dan melakukan aktivitas hariannya dengan baik. Ya, ia tidak perlu memikirkan terlalu banyak hal tentang percintaan. Itu seharusnya tidak menjadi fokus utama dalam hidupnya. Tetapi mau bagaimana, terkadang emosi bisa menghalangi logika. Untungnya Eve adalah seorang wanita yang professional.

Pagi itu ia bangun lebih awal dan melakukan rutinitas paginya, hanya saja hari itu ia menghabiskan lebih banyak waktu berdiri di depan cermin. Ia memandangi dirinya sendiri. Eve terlihat cantik. Ia tahu wajahnya cantik, banyak pria dan wanita yang sudah mengakui kecantikannya, namun apakah kecantikan itu hanya menjadi alasan utama bagi seorang pria untuk mencintainya?

Masa bodoh, wanita menyukai pria kaya, pria menyukai wanita cantik. Hukum alam dari sanannya. Eve hanya perlu mensyukuri kenyataan bahwa wajahnya itu menjadi kunci bagi orang lain untuk menghargai kecerdasannya, karena wanita cantik dan pintar selalu lebih dihargai.

Hari itu ia memutuskan untuk memakai sesuatu yang lebih feminin, ia memakai sebuah gaun kasual berwarna hitam yang jatuh tepat di atas lututnya dan ia melapisinya dengan sebuah trench coat warna burgundy untuk menjaga dirinya dari udara luar yang sedang dingin – dinginnya. Ia menatap dirinya sekali lagi dari cermin, lalu tersenyum. Ya, ia harus selalu tersenyum, tidak boleh menunjukan kepada orang lain bahwa dirinya sedang tidak baik – baik saja, terutama kepada Elliot, karena nanti pria itu akan khawatir lagi.

Eve pikir hari itu akan berjalan dengan biasa – biasa saja, ia tidak memikirkan terlalu banyak tentang apapun. Namun ternyata memang hidupnya tidak pernah dibiarkan biasa – biasa saja. Karena baru saja ia melangkah keluar dari bangunannya, ia merasakan seseorang memegang pundaknya lalu menutupi wajahnya dengan secarik kain yang sebelumnya sudah dibasahi dengan alkohol. Ia berusaha untuk melawan, namun ada sesuatu di dalam kain itu selain alkohol yang membuatnya merasa lebih lemah dari biasanya. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Eve hingga ia kehilangan kesadarannya. Semuanya berubah menjadi gelap. Eve hanya membeku di alam bawah sadarnya, bertanya – tanya kepada dirinya sendiri, apa yang sebenarnya terjadi.

Beberapa saat kemudian, yang bagi Eve terasa seperti beberapa detik, ia membuka matanya secara mendadak dan nafasnya terasa berat. Beberapa kali ia harus menarik nafas pendek untuk menenangkan dirinya sendiri. Entah kenapa ia merasa seperti habis meninggal lalu hidup kembali. Kepalanya terasa pusing, pandangannya masih sedikit kabur. Butuh beberapa detik bagi dirinya sebelum ia bisa melihat kembali semuanya dengan jelas, dan saat hal itu terjadi, ia sedang berada di sebuah tempat yang asing. Ia melihat sekelilingnya dan langsung menyadari bahwa ia sedang berada di sebuah pesawat jet. Ia tahu karena ia pernah melihatnya beberapa kali di media, namun ia tidak pernah melihat benda aslinya.

"Ya Tuhan..." bisiknya kepada dirinya sendiri. Apa yang sebenarnya sedang terjadi, ia juga tidak tahu, tetapi pikirnya, seseorang telah menculiknya. Lalu apa yang akan terjadi sekarang? Akankah ia dijual ke perdagangan manusia, atau lebih buruk lagi, apakah ia akan dijadikan budak atau semacamnya? Pikirannya sudah mengarah ke skenario – skenario terburuk. Tasnya bahkan tidak ada di sana, artinya, dompet, handphone dan segala macam keperluannya tidak ada. Eve merasa sangat takut, ia mulai panik, hingga ia mendengar sebuah suara dari belakang yang memanggil namanya.

"Eve, apakah kau sudah sadar?" ia membalikan kepalanya dan melihat Dante berdiri di sana dengan sebuah senyuman kasual. Mata Eve langsung terbelalak. Ia sama sekali tidak mengharapkan kehadiran pria itu di sana. Ia tidak mengerti apa yang sedang Dante lakukan dan apa yang sedang ia rencanakan. Tetapi apapun itu, ia tidak begitu menyukainya.

"Dante, kenapa aku bisa berada di sini? Apakah kau yang menculikku? Ya Tuhan apa yang sedang kau lakukan? Apa yang kau inginkan? Ini... Ini gila!" katanya tanpa berhenti kecuali di bagian terakhir. Dante menghampirinya Eve mundur.

"Tidak, jangan mendekat. Jelaskan dulu kepadaku apa yang sebenarnya sedang terjadi sekarang? Jika tidak, aku akan lompat dari sini!" Katanya dengan nada mengancam walaupun sebenarnya itu tidak benar. Ia tidak mungkin loncat dari sana walaupun Dante tidak menjelaskan apapun, bagaimanpun juga Eve masih mau hidup, ia berpaling untuk memandang jendela dan melihat bahwa mereka sudah berada beberapa ribu kaki di atas udara.

"Tenanglah, Eve... tenang, tidak ada yang salah, aku tidak akan menyakitimu." Katanya dengan lembut. Ia memakai sebuah kemeja seolah ia akan berangkat kerja, namun hanya Dante dan pilot yang menerbangkan pesawat mereka saat itu tahu bahwa sebenarnya mereka sedang menuju sebuah pulau di Mediterranian. Jadi jas tersebut akan diganti ketika mereka sampai nanti. Saat itu Dante menganggap bahwa Eve tidak perlu mengetahuinya terlebih dahulu.

"Dante, ini gila, aku ingin pulang. Aku tidak tahu kenapa kau melakukan ini atau kemana kau akan membawaku, tetapi aku mohon, pulangkan aku, aku tidak ingin berada di sini!" Pintanya. Dante menggelengkan kepalanya.

"Maaf, Eve sayang, tetapi untuk hal itu, aku tidak bisa melakukannya, kita sudah hampir sampai di tempat tujuan. Kau akan melihatnya nanti dan aku yakin kau akan menikmatinya, tidak perlu khawatir, aku disini, kau akan aman." Eve menggelengkan kepalanya, ia berdiri dan menghampiri Dante, lalu ia melakukan sesuatu yang ia pikir ia tidak akan pernah lakukan. Ia memukuli dada dan pundak pria itu hingga bertubi – tubi, namun Dante tidak bergeming, ia bahkan tidak terlihat marah walaupun wajah Eve sudah memerah dan air mata mulai berkumpul di garis matanya.

"Kau brengsek, Dante! Kau brengsek sekali! Aku membencimu, aku sangat membencimu!" Katanya sambil menangis, pukulannya semakin lama semakin lemah, Dante hanya terdiam menatap Eve. Wanita itu jauh lebih kecil dibandingkan dirinya, walaupun Eve sudah memukulnya sekuat tenaga, namun tenanga wanita itu lebih kecil sehingga Dante masih bisa berdiri dengan tegak, bukan berarti pukulannya tidak berasa, tetapi itu tidak cukup untuk benar – benar menyakiti Dante.

"Aku tahu Eve. Aku tahu kau membenciku, tetapi aku akan membayar semuanya. Aku akan membuat kau menyukaiku lagi. Aku akan membuatmu bahagia dan membayar semua kesalahanku. Akan aku buktikan di perjalanan kita kali ini." Eve tidak bisa membalasnya, ia hanya menyingkirkan dirinya sendiri dari hadapan Dante dan kembali duduk, memalingkan tubuhnya dan menatap jendela, menolak untuk menatap Dante.

"Sekarang kau benci padaku, Eve, tetapi setelah satu minggu ini, kau akan kembali ke dalam pelukanku. Aku berjanji."


The Devil ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang