Tidak apa berbohong. Aku tidak mau kembali lagi kalau Nana tahu aku mencuri tubuh orang lain. Tidak untuk saat ini.
"Kamu percaya reinkarnasi?"
_____
Status: Completed [Prolog + 37 part + Bonus (5 part) + From author (3 part)]
Rating: PG +15
Main pa...
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
.
.
.
Renjun dan Jaemin tengah berada di depan pintu rumah Renjun, lebih tepatnya rumah Chenle. Setelah tiga menit mereka menatap satu sama lain dalam diam dengan tatapan bahagia, akhirnya Jaemin membuka suara.
"Jadi, bagaimana selanjutnya?"
"Mengingat aku ini masih bocah berumur 14 tahun, jadi kita tidak bisa keluar rumah sepulang sekolah. Kita juga tidak bisa sering bertemu di sekolah secara terang-terangan karena aku masih mau sekolah dengan tenang." Jawab Renjun dengan wajahnya yang terlihat sedang berpikir keras.
"Bagaimana kalau kita bertemu di jam istirahat saja di rooftop sekolah? Aku akan membuatkan mu bekal." Lanjutnya sambil tersenyum.
"Baiklah." Jaemin yang mendengar itu punmenanggapi dengan senyuman terbaiknya dengan antusias sembari mengusap rambut kekasihnya.
Senyuman yang sama meskipun sudah delapan tahun berlalu.
"Injun-ie."
"Ya?"
"Bisakah kita seperti dulu? Memanggil satu sama lain dengan nama kesayangan kita. Aku mau sering-sering menyebut namamu dan mendengarmu menyebut namaku untuk melepas rinduku." Jaemin menundukkan kepalanya sambil menyentuh ujung jari telunjuknya dengan ujung jari telunjuk lainnya, khawatir Renjun akan menolak permintaannya karena terdengar kekanakan, karena bagaimanapun usianya sekarang sudah 25 tahun. Tapi, Jaemin tidak bisa untuk tidak manja di hadapan kekasihnya.
"Tentu saja, Nana-ya. Saat kita hanya berdua, aku akan memanggilmu dengan nama kesayangan." Jawaban Renjun berhasil membuat kedua sudut bibir Jaemin naik ke atas, menghasilkan senyum yang sangat manis di mata Renjun.
"Kalau begitu, Nana pulang dulu. Sampai bertemu besok, Injun-ie" Pamitnya kepada sang kekasih sambil melambaikan tangan.
"Chenle." Seseorang memanggilnya saat ia hendak memasuki rumahnya karena sosok Jaemin sudah tidak terlihat lagi. Membuat Renjun balik badan untuk melihat siapa yang memanggilnya.
"Jisung? Ada apa?" Tanya Renjun yang bingung melihat ekspresi Jisung.
Meskipun Jisung memang berwajah datar, tapi kali ini tatapannya berbeda dari sebelumnya. Lebih mengintimidasi.
Jisung sedang menimang-nimang dengan kalimat apa yang seharusnya ia katakan. Sejujurnya, Jisung juga tidak mengerti kenapa ia pergi ke rumah Chenle dan memanggilnya. Padahalpikirannya saja masih kacau akibat kejadian di taman sekolah tadi.
"Mengapa pulang duluan? Aku menunggumu di sekolah tadi." Akhirnya kalimat itulah yang keluar dari mulutnya.
Sepertinya ia harus menahan diri sampai ia memahami situasinya dengan jelas, dan barulah ia membuat keputusan langkah apa yang seharusnya ia lakukan.
"Oh? Kau menungguku?" Renjun sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. Entah kenapa untuk sesaat ia merasa ada hal yang tidak baik, tapi buru-buruia tepis perasaan itu.
Karena tidak ada tanggapan dari Jisung, ia punmencoba memberinya alasan, "Tadi aku pergi ke kamar mandi saat bel pulang karena perutku mendadak sakit. Entah apa yang aku makan tadi sampai bisa seperti ini." Ucapnya sambil mengelus perutnya dengan wajah memelas.
Bohong, batin Renjun.
"Lalu setelah dari kamar mandi, aku pikir kamu sudah pulang karena aku merasa sudah cukup lama berada di kamar mandi." Lanjutnya.
Bohong, batin Jisung.
"Begitukah? Baiklah kalau memang seperti itu. Jangan lupa minum obatmu, dan jangan jajan sembarangan lagi. Lain kali kabari aku jika kau mau berlama-lama di kamar mandi agar aku tidak sia-sia menunggumu sendiri." Ucap Jisung pada akhirnya. Entah untuk memberi perhatian atau untuk membuatnya merasa bersalah.
Renjun menganggukkan kepalanya.
"Aku pulang dulu. Sampai jumpa besok."
"Hmm." Balas Renjun. Kemudian ia berbalik badan untuk masuk ke dalam rumahnya.
.
.
.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.