30. Game

869 110 21
                                    

Suasana tegang menerpa sepasang manusia di dalam mobil yang sudah terparkir di halaman rumah orang tua wonwoo.

"Na, kamu dengerin aku ya... apapun yang mereka omongin nanti, biar aku aja yang ladenin. Kamu cukup berdiri aja di sampingku. Gak perlu jawabin mereka."

"Wonwoo... kamu yakin?"

"Eumm"

"Kamu udah mikirin semua ini mateng-mateng?"

"Eumm"

"Kalo nanti rencana kamu gak berjalan lancar, kamu punya plan B?"

"Gak ada, na. Aku cuma punya satu plan."

"Kalo gagal?"

"Hmm... kalo gagal... kamu gimana? Apa nanti kamu mau ngunjungin aku di penjara?"

"Wonwoo! Jangan ngomong gitu!"

"Jawab dulu... kamu mau ngunjungin aku apa engga?"

Elona menatap wonwoo cukup lama. Hari ini adalah penentuan hidup dan mati keluarganya.

Wonwoo akan menantang orang tuanya secara terang-terangan dan memberi pelajaran yang setimpal untuk mereka.

Cemas dan risau merupakan dua hal yang terus mengelabui pikiran elona.
Harusnya ia mempercayai wonwoo, tapi hati kecilnya begitu takut akan resiko yang bisa dialami wonwoo.

Dengan kekuasaan yang dimiliki orang tua wonwoo, semua serangan yang diberikan wonwoo bisa saja berbalik kepada dirinya sendiri.

Elona tidak mau melihat wonwoo mendekam di penjara hanya demi memperjuangkan keluarga kecil mereka. Begitupun dengan leo yang akan menangisi wonwoo jika harus berpisah untuk kedua kalinya.

"Eumm" angguk elona sembari menunduk, menyembunyikan air matanya.

"Na, kamu mau gak janji sama aku?"

"Janji apa?"

"Tungguin aku sampe aku keluar dari penjara."

"Wonwoo!!!" Air mata elona akhirnya turun membanjiri wajahnya.

Dengan sigap, wonwoo yang duduk di kursi kemudi langsung memeluk elona yang terus menunduk, menangis tanpa mau melihat wajah wonwoo.

"Na, jangan nangis dong. Tadi malem kan kamu udah janji gak akan nangis."

"Kalo kamu hiks belum punya bukti yang kuat untuk hiks nyerang mereka, lebih baik jangan hiks ngelawan dulu, wonwoo!!! Aku gak mau kamu heunggg hiks dipenjara. Nanti hiks aku sama hiks leo hiks hiks hiks gimana?"

Wonwoo tidak memberitahu elona apa-apa saja yang telah orang tuanya lakukan. Kejahatan yang elona tau hanyalah kecelakaan 6 tahun yang lalu.

Kalau hanya satu dan tanpa disertai dengan bukti-bukti valid, mungkin polisi tidak akan berpihak pada wonwoo. Itu yang paling elona takutkan.

"Nana... stop dulu nangisnya ya... Kamu udah janji loh tadi malem... dan aku gak mau kamu terlihat lemah di depan mereka. Lap dulu nih ingus kamu." Wonwoo mengambil dua lembar tisu yang ada di kotak tisu di dekatnya.

"..." elona menuruti perintah wonwoo. Ia butuh sekitar sepuluh menit untuk menenangkan diri.

"Tarik nafas dulu, na. Tiga kali."

"Heeeeeuup haaaaaa.....heeeeuup haaaaaa..... heeeeup udah"

"Udah ya, jangan nangis lagi. Nanti di dalem kamu juga gak boleh nangis. Jangan bikin malu aku. Coba liat dulu gigi kamu. Ada cabe nggak?"

"..." elona mendelik sangar pada wonwoo. Ia tidak mengerti apa yang ada di pikiran wonwoo sampai lelaki itu bisa bercanda di saat seperti ini.

"Iya iya, aku diem." Wonwoo mengulum bibirnya saat merasakan tatapan galak elona.

HIS FORGOTTEN SOULWhere stories live. Discover now