Chapter 34

750 31 2
                                    

Sore itu setelah bangun dari tidur siang, Eve menemukan dirinya merasa jauh lebih baik dari sebelumnya, kombinasi jet lag dan panic karena berada di negara asing dengan pria yang dulu adalah kekasihnya bukanlah suatu pengalaman yang menyenangkan. Setidaknya, ia membawa Eve ke sebuah tempat yang indah, jika ia membawa Eve ke salah satu negara bagian ketiga lalu meninggalkannya sendirian di sana, mungkin akhir kisah ini akan berbeda.

Hal pertama yang Eve ingin lakukan saat itu adalah berjalan ke kamar mandi dan memastikan bahwa dirinya baik – baik saja, bahwa semuanya itu bukanlah sebuah mimpi dan bahwa ia masih hidup. Ia melihat refleksinya sendiri di cermin dan menepuk – nepuk wajahnya untuk memasikan bahwa itu memang adalah sebuah kenyataan.

Tanpa makeup dan skincarenya, Eve terlihat sedikit lelah, hal selanjutnya yang ingin ia lakukan adalah berdandan dan memastikan bahwa dirinya tampil cantik jika mereka memang akan keluar untuk makan malam bersama, akan tetapi ia tidak membawa makeup apapun, hingga matanya mengarah kepada salah satu lemari kecil yang berada di kamar mandi, sejak ia datang ia belum membuka lemari itu sama sekali dan ia tidak tahu apa isi yang ada di sana, jadi karena penasaran ia membuka lemari itu dan melihat beberapa produk makeup yang komplit dengan peralatannya juga.

Ia tidak tahu darimana pria itu belajar mengenai detail kecil semacam itu tetapi ketika ia berkata bahwa ia akan mengurus semuanya, ia benar – benar mengurus semuanya. Tidak ada detail yang terlewatkan dan Eve tidak bisa menyangkal bahwa dirinya mulai kesulitan untuk benar – benar membenci pria itu.

Ia tidak tahu kenapa ia menurut saja dan tidak melawan ketika pria itu membawanya, ia bisa saja mencoba untuk kabur, tetapi apakah keputusan itu akan berakhir dengan baik?

Ah, sudahlah, ia tidak ingin terlalu banyak memusingkan hal itu, ia sudah cukup lelah karena perjalanan panjang, selama pria itu tidak menyakitinya, ia tidak memiliki masalah apapun dengannya.

Dari semua pakaian yang disediakan, ada satu yang menarik perhatiannya. Itu adalah sebuah gaun berwarna navy yang cantik, dipotong berbentuk setengah lingkaran di bagian dada yang cocok dengan bentuk tubuh Eve yang langsing. Eve mengenali dirinya sendiri dan ia tahu gaun itu akan terlihat sangat indah di dirinya.

Ia membiarkan rambut pirangnya tergerai dan ia terlihat lebih murni tanpa perhiasan yang menusuk mata. Hanya sepatu heels hitam dengan Swarovski lining yang menjadi asesorisnya malam itu, bahkan tas pun tidak ia kenakan, karena memang tidak ada yang bisa ia bawa.

Setelah ia siap, tepat pukul enam, ia mendengar suara ketukan di balik pintunya, ia tidak perlu menebak untuk mengetahui siapa yang berada di sana saat itu, tentu saja Dante, maksudnya, siapa lagi yang akan mengajaknya makan malam selain pria itu di seluruh pulau? Ya, mungkin jika ia menyelinap keluar, aka nada satu atau dua pria yang mengajaknya untuk makan malam, tetapi ia tidak mengenal siapapun disana. Kabur bukanlah pilihan yang baik.

Dengan berat hati, ia membuka pintu dan melihat Dante berdiri di sana. Dia terlihat sangat tampan dengan mengenakan kaus polo kasual memeluk tubuhnya dengan sangat pas, memperlihatkan sedikit lekukan abs yang ada di perutnya. Pria itu begitu gagah, terkadang walaupun sudah sering melihatnya, Eve masih merasa sedikit segan dengan Dante karena terkadang pria itu bisa sangat mendominasi.

"Eve, kau terlihat sangat cantik hari ini. Aku senang kau menyukai set gaun dan pakaian yang kuberikan kepadamu. Melihatmu senang juga membuatku senang." Kata pria itu sambil tersenyum, berusaha untuk masuk ke kamar Eve dan menyentuhnya, namun sebelum tangan Dante dapat menyentuh Eve, wanita itu mengambil satu langkah mundur ke belakang, seolah – olah meminta Dante untuk menjauh, karena ia memang tidak nyaman. Bagaimanapun juga, Eve masih kesal dengan Dante dan sialnya, Eve bukanlah wanita yang mudah melupakan amarah dan sakit hatinya.

Wajah Dante sedikit membeku ketika melihat reaksi Eve, tetapi ia berusaha untuk tidak memikirkannya terlalu banyak. Ia sudah menyiapkan rencana selama perjalanan mereka dan hal terakhir yang ia inginkan adalah melihat wanita itu semakin membencinya karena kekesalan emosi sesaat.

"Hari ini kita akan makan malam di villa saja, karena aku tahu kau pasti sedikit lelah. Aku sudah menyewa chef untuk memasakan beberapa hidangan lokal yang sudah disesuaikan dengan seleramu. Aku yakin kau akan menyukainya." Dante berusaha keras untuk menyenangkan Eve dan dia dapat melihat effort yang Dante berikan, hanya saja ia masih sangat kesal dan sakit hati itu tidak dapat hilang hanya dengan makan malam mewah saja.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Eve berjalan keluar dan Dante langsung berjalan di sampingnya, wanita itu bahkan tidak ingin menatap Dante, ketika Dante berbicara, Eve hanya terdiam saja mendengarkan, wajahnya juga cukup dingin, matanya masih menatap ke luar seolah – olah ia berharap bahwa pria itu akan membawanya pulang. Sayang, semua itu hanya pemikirannya semata karena tidak mungkin Dante akan membiarkannya sendiri.

Ternyata makan malam yang Dante bicarakan diadakan di bagian halaman belakang dari villa tersebut dimana sebuah meja telah disediakan di atas sebuah gazebo yang telah dikosongkan dan diatur ulang dengan sebuah meja bundar di tengah dan dua buah kursi yang sudah disediakan untuk mereka. Di atas meja sudah ditata piring beserta peralatan makan dengan style seperti salah satu dari restoran hotel berbintang lima lengkap dengan seorang pelayan pribadi untuk melayani kebutuhan mereka. Sebuah vas kecil dengan tatanan bunga sudah disediakan di bagian tengah meja yang menambah kesan romantis.

Semakin ia mendekat ia bisa mendengar alunan musik klasik, yang sepertinya bercampur dengan jazz yang menambahkan kesan romantis. Eve memang adalah seorang wanita karir tetapi ketika berkencan, ia juga memiliki standar dan kebetulan sekali, Dante adalah salah satu pria yang tahu bagaimana caranya memberikan pengalaman kencan yang benar.

Sang pelayan menarik kursi untuk Eve dan Dante duduk di depannya, ia menatap wajah Eve sambil sang pelayan menyajikan makanan untuk mereka berdua. Eve menatap Dante kembali dengan wajah yang masih sedingin es. Sepertinya kali ini Dante akan banyak bicara, karena jelas bahwa Eve tidak akan banyak bicara hari itu.

"Jadi Eve, apakah kau menyukai makanannya?" Tanya Dante setelah Eve memakan beberapa potong dari hidangan yang disajikan. Namun Eve tidak menjawabnya sama sekali. Dia memberikan Dante "silent treatment" yang semakin lama membuat pria itu menjadi semakin gila. Akhirnya setelah beberapa menit didiamkan oleh Eve, Dante mulai kehilangan kesabarannya, ia berdiri dari kursinya lalu menghampiri Eve.

Ia mengambil tangan wanita itu lalu menariknya, kemudian dengan kecepatan seperti seekor elang, ia memeluk tubuh Eve dan menempelkan bibir wanita itu di bibirnya sendiri, ia tidak peduli jika masih ada beberapa serbuk coklat kecil yang menempel di bibir Eve dari kue yang baru saja ia gigit, pria itu segera melumat bibir Eve seperti tidak ada esok hari.

Eve terkejut hingga membeku, matanya terbelalak melihat gaya Dante yang terbilang cukup agresif. Hingga akhirnya ia mengumpulkan cukup tenaga untuk mendorong pria itu dan dorongan Eve cukup kencang. Hingga tanpa ia sadari, Dante kehilangan keseimbangan dan jatuh ke dalam kolam renang. Mengeluarkan bunyi dan cipratan air yang cukup besar.

UH-OH

The Devil ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang