~05~

2.9K 126 0
                                        

Malam hari yang tenang dengan sinar bulan masuk menerangi salah satu kamar, menembus melalui tirai kain yang tidak menutup sempurna. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 20.00 malam, tetapi Talia masih bertahan didalam selimutnya sejak tadi siang. Dirinya enggan untuk keluar kamar, bertemu dengan yang lainnya.

Cklek

Talia menoleh kaget dan bingung setelah mendengar suara pintu yang dibuka. Seingatnya ia sudah mengunci pintu kamarnya, double lock pula. Dari balik selimut ia melihat seseorang masuk dan menutup tirai kamarnya, membuat keadaan kamar semakin gelap. Talia tidak mengetahui siapa yang masuk kedalam kamarnya, sampai orang itu menyalakan lampu. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan, sampai ia bisa melihat jelas sosok dihadapannya sekarang.

"Apa kau tidak lapar?" Tanya Hana yang duduk di sisi ranjang Talia.

Talia membalik tubuhnya membelakangi Hana, enggan menatap wanita beranak dua itu. Bohong jika Talia tidak lapar saat ini, mengingat ia melewatkan makan siangnya tadi.

"Apa kepalamu masih sakit?, mau Bunda pijatkan??" Tawar Hana.

"Tidak usah, dan berhenti menyebut dirimu bunda. Kau bukan bundaku" ketus Talia.

"Bunda akan ambil makanan untukmu"

Belum sempat Talia membalas Hana sudah lebih dulu keluar dari kamarnya.

"Dasar keras kepala..." gumam Talia.

Sekitar sepuluh menit, Hana kembali dengan sepiring nasi beserta lauknya dan juga segelas air. Hana meletakan makanan itu di meja belajar Talia, lalu segera keluar. Merasa sudah tidak ada orang lain dikamarnya, Talia menyibak selimutnya dan menghampiri makanan yang diletakkan Hana. Ia menemukan secarik kertas yang diselipkan dibawah piringnya.

Dihabiskan, Bunda tidak ingin kau sakit lagi.

Talia meremas kertas itu, dan membuangnya ke tempat sampah di sebelah meja belajarnya.



"Bunda, apa kak Talia masih sakit?" Tanya Jessi yang duduk di samping Hana.

"Iya sayang, kak Talia masih sakit" raut wajah Jessi berubah suram mendengarnya. Gadis sepuluh tahun itu begitu ingin dekat dengan Talia, sejak pertama mereka bertemu.

"Jessi mau ikut ayah tidak? Kita lihat kolam ikan dibelakang" Jessi mengangguk antusias dan mulai mengekori Kris menuju halaman belakang.

"Dia masih belum menerima kita bun?" Tanya Joana yang tersisa di ruang tengah. Jujur ia juga seperti Jessi yang ingin lebih dekat dengan calon adik tirinya.

"Dia hanya belum percaya" jawab Hana tersenyum tipis.

.
.
.
.
.

Dua minggu berlalu, sifat Talia semakin berubah total. Ia semakin sering membantah juga bersikap kasar. Kekesalannya pada mereka semakin menjadi setelah pagi tadi terjadi pertengkaran antara dirinya dan Kris.

Flashback

Pagi ini, Talia yang sudah siap dengan seragam dan tas sekolahnya terkejut melihat Hana dan Kris sudah berdiri di ambang pintu kamarnya. Dua dewasa itu terlihat mencurigakan bagi Talia ditambah Hana yang terus tersenyum padanya.

"Kau sudah mau pergi? Bukankah ini terlalu pagi??" Tanya Kris, melihat jam masih menunjukkan pukul 05.30 pagi.

"Aku ada urusan"

"Duduk dulu, Ayah mau bicara sesuatu padamu" Talia menurut dan duduk diatas kasurnya, sedangkan Hana duduk di kursi belajarnya.

"Ayah pernah bilang kan akan menikah lagi.."

New Family [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora