Niall In Love

227 22 12
                                    

Dedicated to @Hilycandy

Diana POV

Liam masih duduk di atas bed ku sambil menghadap ke arah jendela besar. Tatapannya kosong, mungkin fikirannya sedang mengelana jauh memikirkan keputuskanku untuk kembali ke Wolverhampton.

Tadi aku menemukan Harry di depan kamarku. Ia mencari cincin Kendall, aku tak tau harus bicara apa. Kenapa aku selalu cemburu tiap kali Harry menyebutkan nama Kendall? Padahal, kau tau aku tak berhak sama sekali.

"Bagaimana, Li?" Tanyaku sambil duduk di sebelahnya.

"Semua terserah padamu, Diana. Kapanpun kau siap." Ujarnya tanpa menatapku.

"Kalau begitu secepatnya," kataku lagi. Aku mengelus pundak Liam. "Aku minta maaf karena menyusahkanmu disini. Tujuanku hanya satu, Li. Berhenti menyusahkanmu dan yang lain." Kataku pelan.

Liam beralih menatapku. "Diana, harus berapa kali aku bilang bahwa kami semua menerimamu disini? Kenapa kau masih saja beranggapan seperti itu?" Tanya Liam.

"Aku tak berburuk sangka terhadapmu dan yang lain. Sungguh. Aku hanya ingin membuat kehidupan kalian seperti dulu lagi, tenang tanpa ada aku." Jawabku.

"Jadi?"

"Aku akan kembali ke Wolverhpton. Secepatnya." Jawabku tersenyum.

***
Siang yang lumayan penuh salju di mana mana. Aku tersenyum senang melihat pemandangan di depanku yang penuh dengan salju. Warna putih yang mendominasi serta pohon pohon tanpa daun di mana mana memang kesukaanku. Aku selalu suka winter.

Terlalu bosan hari ini diam di flat, aku sengaja keluar untuk sekedar minum kopi dan menikmati pemandangan luar yang bersalju. Liam dan The boys seperti biasa ada pekerjaan di luar.

Kakiku masih terus melangkah menuju starbucks di depanku. Tangan kananku memggenggam ponsel sementara tangan kiriku menggenggam dompet panjangku.

"Selamat siang."

"Aku pesan 1 hot chapuchinno, atas nama Diana." Kataku pada barista starbucks.

"Ya, silahkan di tunggu, Ms." Katanya sopan. Aku mencari tempat duduk di sekelilingku dan menemukan spot di depan jendela.

Sambil menunggu minumanku aku mengutak atik ponselku. Barista perempuan memanggil namaku. Aku
Mengambilnya dan langsung saja menyeruput hot capuchinnoku sebelum mendingin.

"Um, maaf, boleh aku minta tanda tanganmu?" Barista perempuan itu menyengir kuda memperlihatkan gigi kelincinya yang lucu.

"Maaf?" Tanyaku takut salah mendengar.

"Um, aku penggemar berat One Direction. Kau tau, kau sangat cocok dengan Harry di banding Kendall. Maaf aku lancang bicara seperti itu. Kau adik Liam, kan? Boleh aku minta tanda tanganmu?" Ocehnya padaku. Aku hanya tersenyum kikuk tak biasa dimintai tanda tangan.

"Tapi, kakakku yang--"

"Tak apa. Aku juga penggemarmu. Aku Diarry shipper loh! Hehe bolehkan aku meminta tanda tanganmu?" Katanya memotong ucapanku. Gadis ini sangat semangat saat bicara. Apa dia selalu seperti itu?

"Baiklah." Kataku tersenyum. Gadis di depanku tersenyum senang sambil memberikan secarik kertas kecil berwarna biru muda lengkap dengan bolpoinnya.

"Siapa namamu?" Tanyaku belum mengalihkan pandanganku dari kertas yang sedang ku tandatangani.

"Aku Shiella." Ucapnya girang.

Hm, Shiella, Shiella, Shiella. Aku seperti pernah mendenganr namanya.

"Ini dia, Shiella." Kataku memberikan kertas tadi.

"Terimakasih, Diana. Kau sungguh baik. Dan cantik! Sangat cantik!" Ucapnya lalu teryawa kecil.

Diana ( H.S )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang