28. Pencuri

347 76 0
                                    

"Besok kita akan melakukan tes untuk lomba debat sejarah, soalnya sedang di buat langsung oleh kepala sekolah jadi kita besok bisa langsung tes."

Perkataan itu yang selalu di fikirakan oleh Ines dari pulang sekolah sampai sekarangpun masih memikirkannya, mendadak otaknya langsung yakin bahwa dia tidak bisa mengalahkan Una.

Ucapan Ibu Silvi seolah-olah tertancap di otaknya dan membekas, ingin menyerah namun banyak beban yang mengikat di tubuhnya. Dari Ibunya sendiri, nama baiknya yang dipertaruhkan karena ulah bodohnya yang berani menantang Una adu kepintaran, dan mukanya serta fisiknya harus siap jika benar-benar dia di keluarkan dari kelas Exper Class dan di pindahkan ke kelas paling rendah.

Cewek berkulit putih berambut coklat panjang itu sendari tadi mondar-mandir tidak jelas di kamarnya sambil menggigit kukunya berharap rasa cemasnya cepat hilang dan bisa belajar kembali untuk mempersiapkan tes besok. Buku di mejanya yang berserakan tidak di lirik sama sekali yang ada Ines selalu melirik kearah jam, ntah kenapa matanya tidak mau lepas dari jam yang ada dinding.

Sekelebat ide langsung mampir di otaknya dengan cepat dia menghampiri meja belajar dan menulisnya terlebih dahulu takut lupa.

***

Jefan POV

Semilir angin malam hari entah kenapa lebih sejuk dan membawa rasa damai dibanding angin di sore hari. Keadaan sepi, banyak lampu-lampu yang menyala di beberapa ruang SMA bakti.

Tubuhnya yang tegap kini dibalut jaket andalan Bataritsa sambil membawa berkas-berkas penting SMA bakti yang akan dibawa ke ruang kapsek.

"Duhai senangnya hatiku ini ... SYALALALALAAA!" Jefan menari-nari kecil di sela-sela nyanyian nya.

"Ehhh ngomong-ngomong kok gue hampir mirip jadi duta shampo lain?" monolog Jefan sambil membelokkan langkahnya ketika sudah memasuki wilayah A-class yang letaknya paling atas dan fasilitas nya sungguh berbeda dengan murid-murid lainnya.

"Pas gue coba itu shampoo etdah rambut gue rontok semua coy!" Jefan mulai berekting kesal tidak lupa juga dia menghentakkan kakinya.

"Kesel banget kan," dumel Jefan yang tidak di hiraukan oleh seorangpun. "Dan pas gue sendok itu ke mulut, cuuut ... Itu ngilu nya. Gue sempet kehilangan moments bersama temen-temen gue."

Sebelum belok lagi Jefan menaikkan tumpukan berkas-berkas itu karena mendadak berat kaya beban hidupnya.

"Dari situ gue langsung beralih ke Rinso attack, dengan kekuatan 1000 kali sikat, gigi gue langsung copot semuanya. Terimakasih Malika karena rasanya tidak pernah bohong."

"HAHAHAHHAHAH!"

Bulu ketek Jefan seketika langsung berdiri mendengar suara gaib hati para jomblo yang menertawakan ke bodohannya.

"Ternyata anak IPS kaya gini?" tanya seorang perempuan yang Jefan yakin dia anak IPA, Jefan langsung membalikkan badannya menatap sinis perempuan tadi. "Goblok banget ya ampun ... Bicara sendiri di lorong, kurang obat lo!"

"Heh! Jangan remehin anak IPS ya! Coba lo sebutin sejarahnya gue lahir di dunia ini kaya gimana, gak bisa kan? Makanya jangan remehin anak IPS," cibir Jefan.

"Pft ... HAHAHAHHAHAH." Tawa gadis di depan Jefan itu makin pecah mendengar perkataan Jefan. "Ngapain anak IPS pelajarin cara lo lahir di dunia bego! Kurang kerjaan."

A Lies || EunkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang