Chapter 9

2K 416 33
                                    

Meski mengelak,
Kau tidak dapat mengetahui.
Karena cinta bisa datang kapan saja.

Selagi Beomgyu mempersiapkan alat makan berupa mangkuk, sumpit maupun sendok dari tempat perapian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selagi Beomgyu mempersiapkan alat makan berupa mangkuk, sumpit maupun sendok dari tempat perapian. Mengetahui dari aroma masakan telah matang menyeruak ke penjuru rumah hingga memasuki indra penciuman. Mona kemudian memutar pematik, meletakan dolsot berisikan yukgaejang buatannya ke atas meja makan berukuran sedang, tepat ditengah susunan alat makan sekitar hasil kerja Beomgyu.

"Ta-da!"

Mona berseru riang setelahnya, sembari bertepuk tangan kecil dengan senyum sumringah, merasakan kebanggan tersendiri. Meski berharap Beomgyu bereaksi-- nyatanya, raut wajah lelaki itu memelas, pasang mata sayu, dan helaan napas diakhir membuatnya terlihat seperti tanaman tanpa asupan air selama beberapa hari.

Mona melepaskan celemek melekat pada tubuhnya, meletakan asal di atas meja dengan mata memicing. Lalu berdecak, "Seharusnya kau bertepuk tangan juga,"

Tidak lagi berlama menunggu, Beomgyu menarik kursi dengan santai. "Apa perlu? Kita bukan sedang merayakan juara masakan apapun. Dan bisakah kita makan sekarang?" tuntutnya, secara natural kemudian meraih mangkuk dan menyeduh kuah serta irisan daging yukgaejang yang masih mengepulkan asap tipis.

Bibir mungil Mona bergerak mencibir tanpa bersuara meski Beomgyu terlihat mengabaikan. menyadari lelaki itu sebelumnya telah mengeluh mengenai perut bergemuruh menuntut untuk segera melahap apapun.

Satu suapan daging tipis masuk ke dalam mulut Beomgyu, dan melihat itu Mona yang tengah menyendok kuah ke mangkuk seketika meneguk ludah gugup selagi menunggu reaksi yang keluar setelahnya. Namun raut wajah Beomgyu tetap saja sama meski telah mengunyah terhitung kali ketiga-- pada akhirnya, Mona menyimpulkan dengan kalimat pembelaan,

"Rasanya mungkin tidak begitu enak seperti buatan ibuku, tapi tidak begitu buruk juga. Lagipula aku sudah berusaha dan ini pertama kalinya--"

"Enak,"

Alisnya terangkat heran, Mona sigap mencondongkan tubuh mendekat untuk memastikan pendengarannya. "Apa kau bilang? Coba kudengar lagi?"

Helaan napas terdengar seiring Beomgyu memutar bola mata, "Kubilang yukgaejang buatanmu enak, kau puas?"

Mona tersenyum kegirangan, menghentikan sejenak kegiatan menuang kuah ke dalam mangkuk dan meletakannya. Lalu beralih memukul kecil bahu Beomgyu. Merasa pujian itu terdengar menyenangkan, karena yang mengucapkan seseorang selain Ibu dan Ayahnya.

"Eyy~ Tentu saja sangat puas."

Mendengar suara manis Mona yang terkesan dibuat-buat, membuat Beomgyu melongo selama sedetik dan menahan diri untuk tidak berkata kasar. Seketika merasa menyesal, seharusnya menarik kembali pujiannya.

"Berhentilah berbicara, kau bisa menghilangkan selera makanku." protes Beomgyu, kembali beralih menikmati makanan. Sedangkan senyuman Mona tidak memudar, mengikuti lelaki itu menyantap yukgaejang dan sesuap nasi hangat dimana hujan masih mengguyur di luar sana.

AFTER MEET YOU [JEONGIN]Where stories live. Discover now