58. Amatheia Effect

171K 23.1K 38K
                                    

Biarkan bumi menolakKutetap cinta kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biarkan bumi menolak
Kutetap cinta kamu

58. Amatheia Effect

Sehabis mengantar Alaia ke pantai, Ragas tidak benar-benar pergi. Dia memantau dari kejauhan karena takut terjadi hal yang tidak-tidak. Namun ketika ia lihat gelombang tinggi seakan hendak melahapnya, maka sesegera mungkin Ragas meninggalkan kawasan ini.

Sebelum kembali ke rumah, dia mampir ke sebuah tempat untuk bertemu perempuan yang akhir-akhir ini selalu menjadi alasan Ragas happy. Bila kalian tebak orang itu adalah Lana, maka jawabannya benar. Ragas pergi ke sana membawa sesuatu.

Biarpun takut terjadi bahaya karena keadaan di pantai, ternyata itu tak membuat Ragas mengurungkan niatnya bersenang-senang bersama Lana.

Ketika hampir tiba di kediaman Lana yang nampak selalu sepi, Ragas mematikan mesin motor dari kejauhan agar suaranya tak terdengar oleh sang pacar. Dia memarkirkan motor besar itu di depan pagar dan membuka pagar pelan-pelan, lalu masuk ke pekarangan.

"Ehem!" Ragas berdeham saat dirinya berdiri di depan pintu yang tertutup rapat.

Dengan suara berat yang dibuat-buat, Ragas berseru, "Permisi, ada pengumuman! Sepuluh menit dari sekarang, listrik padam serentak. Mohon persiapkan lilin dan diri Anda untuk lari sekencang-kencangnya!"

Semula hening, sampai tiba-tiba pintu terbuka dan Lana nongol dengan mata sayu serta tampang bingung. Cewek itu makin tersentak saat ia ketahui pemilik suara seperti bapak-bapak itu ialah Ragas. Lana membulatkan mata, kemudian spontan menepak lengan cowok di hadapannya ini.

"Iseng banget, sih!" omel Lana.

Sambil cekikikan, makhluk itu nyelonong masuk sebelum dipersilakan. Ragas berjalan santai dan berkata, "Sini, masuk, Neng. Anggep aja rumah sendiri."

Lana sudah terbiasa mendengar omongan nyeleneh Ragas. Jadi, dia cukup kebal menerima gurauannya. Lantas Lana membiarkan pintu terbuka dan mengikuti Ragas yang bergerak ke arah dapur.

"Aku bawa mie ayam. Katanya kamu ngidam," celetuk Ragas.

"Kapan aku bilang?" balas Lana.

"Ah, anak muda ini pikunan banget." Ragas jahil lagi karena Lana sama sekali tak meminta dibelikan mie ayam.

"Maaf ya, ga ada seblak. Abangnya ga jualan dulu, lagi hajatan." Ragas berkata. "Hayu, makan. Ini mie ayamnya udah aku racunin serbuk-serbuk cinta biar kamu makin kepelet sama aku."

"Maneh makin malem makin ngaco ya mulutnya." Lana mendengkus sembari jalan mendahului Ragas untuk mengambil dua mangkuk.

"Oooh, berarti maneh sadar kalo maneh beneran cinta sama aing, nya?!" Ragas berujar antusias.

Lana mendelik dan menahan tawa. Dia menaruh mangkuk di atas meja makan beserta sendok dan garpu. Pacarnya kini mengamati Lana dengan senyum semringah yang disertai alis bergerak naik-turun.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang