62. Death Note

223K 23.7K 60.8K
                                    

FOLLOW INSTAGRAM AKU: alaiaesthetic & radenchedid (cadangan). Biar engga ketinggalan info tentang ceritaku! 🤍

❝Aku bisa lihat kematianmu,tapi semua tetap atas kuasa Dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku bisa lihat kematianmu,
tapi semua tetap atas kuasa Dia.

62. Death Note

"Suatu hari nanti, Langit bakalan mati karena lo bunuh secara sengaja ataupun ga disengaja." Bintang bercuap lagi. "Gue bisa liat takdir seseorang."

"Kamu siapa?" tanya Alaia.

"Bintang." Dia menjawab.

"Kamu siapa?" Alaia mengulang pertanyaannya.

Bintang tertawa kecil. Ia tertunduk sesaat dan perlahan-lahan aura yang menguar dari tubuhnya begitu gelap dan suram. Ketika Bintang mengangkat kepala, bola matanya berubah menghitam serta di dahinya terdapat simbol semacam salib terbalik.

"Nyx Reaper," jawab Bintang. "Dewa kematian."

Alaia terperangah. Ia mengamati perubahan wajah lelaki itu tanpa buka suara. Ini terasa tak nyata karena sikap Bintang cenderung petakilan dan jahil ternyata memiliki kuasa yang tidak main-main.

Bintang ikut memandangi Alaia lalu memberi senyum tipis. Meski dirinya seorang dewa, Bintang tak mampu melihat simbol istimewa milik Amatheia La Luna. Dia juga tidak memiliki keberanian besar untuk melawan penguasa lautan dan langit tersebut.

Seluruh ukiran di tubuh Alaia perlahan-lahan mengeluarkan sinar perak. Ukiran tersebut menyala, lalu redup, dan berulang seperti itu hingga beberapa kali. Matanya pun memendarkan cahaya putih yang kemudian sirna lagi.

"Lo ga punya aura kematian." Bintang berucap dengan kening samar-samar mengerut.

Alaia memiringkan kepala, meminta penjelasan lebih dari apa yang Bintang ucap.

"Lo abadi," tutur Bintang kembali.

Deburan ombak menjadi pengisi jeda di antara Alaia dan Bintang. Keduanya lagi-lagi bungkam dengan sejuta pertanyaan dalam angan. Bila dilihat dari kejauhan, dua makhluk itu nampak saling melengkapi karena wujud Bintang begitu gelap, sementara Alaia bersinar bagaikan purnama.

"Kenapa orang tuaku enggak abadi?" Alaia bertanya.

Jawab Bintang, "Berarti mereka bukan dewi ataupun dewa."

"Tapikan aku anak mereka. Di dalem diri aku ada darah mereka. Ada nyawa mereka juga," ungkap Alaia.

Bintang terkikik kecil. Ia menggeleng pelan seraya menunduk dan melangkah satu kali lebih dekat ke Alaia. Ujarnya, "Cara mainnya bukan begitu, Alaia."

Lantas Bintang melipir dari hadapan Alaia. Ia bergerak menghampiri buih laut yang menggapai pasir. Alaia mengikuti sembari menatap helaian rambut Bintang yang bergerak-gerak seperti pohon kelapa di sekitar mereka.

ALAÏA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang