37. Forgive Me, Young Master

553 80 9
                                    

Lavi merasa hidupnya benar-benar konyol.

Tidak mengerti berapa lama dia melarikan diri, dia sudah mencapai jalan buntu di dekat hutan. Ada pagar besi tinggi yang berkawat, dibuat untuk menangkal seorang pencuri rendahan atau hewan buas memasuki kawasan.

Di depannya dingin dan kosong, gelap telah memenuhi keseluruhan hutan sehingga pohon-pohon hampir tidak nampak. Tidak ada angin, namun suara jangkrik terdengar di kejauhan.

Lavi berlutut di tanah untuk lepas dari rasa lelah.

Kenangan-kenangan buruk selalu membawa dampak emosional, Lavi merasa dia telah cukup kuat untuk menahan kemarahannya, tapi dia bahkan tidak sekuat itu. Dia menatap sekali lagi pada gelapnya hutan di balik pagar, melempar batu hingga bosan dan merasa pikirannya telah terdistraksi dari rasa marah.

Tiba-tiba, sesuatu melintas dengan cepat. Pandangan Lavi mungkin tidak tajam, namun inderanya yang lain merasakan kehadiran seseorang.

Dia berdiri dan melangkah, setengah sosok manusia berdiri di balik pohon, pakaiannya hitam. "Siapa kau?"

Sosok itu tanpa ragu memperlihatkan diri, dan menatapnya.

"Kakak?"

Lavi melompati pagar dengan mudah untuk menghampiri Karna yang memakai balutan tertutup hingga wajah. Tapi Karna tidak pernah bisa menipu insting seorang adik.

Lavi mengawasi keadaan sekitar sebelum bertanya, "Apa yang kau lakukan di sini?"

Tanpa melepas topeng kainnya, Karna menjawab, "Aku ingin melihat keadaanmu."

Ekspresi Lavi melembut sampai-sampai dia seperti orang yang berbeda. Dia mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan mengajak Karna lebih jauh ke dalam hutan untuk duduk di akar pohon. "Kakak, kau pasti tidak menemuiku hanya untuk mengatakan hal ini, bukan?"

Dua orang saling duduk berhadapan. Salah satu pihak tidak bisa menahan diri untuk mengangkat tangannya dan mengusap pipi halus di depannya. Hal itu terjadi selama beberapa saat. Lavi sengaja membiarkan Karna melakukan apa pun untuk melepaskan kerinduan, karena dia juga merasakan hal yang sama.

"Kami akan menyerang Klan Askara," kata Karna pada akhirnya.

Lavi tersentak dan menatapnya dengan lurus. Dikatakan bahwa Klan Askara memiliki penjagaan lebih ketat dari klan lain, dia menyewa orang-orang dari kemiliteran dan mereka semua prajurit yang terlatih. Mereka semua adalah pasukan veteran di garis depan yang dilatih untuk siap menyerahkan hidup dan mati mereka demi melindungi pulau. Pasukan seperti itu pasti tidak mudah ditembus oleh apa pun.

Dia bertanya, "Apakah kau sudah menyiapkan banyak sekutu?"

Karna sudah tahu apa yang dipikirkan adiknya, tapi tidak memedulikan itu, dan menanyakan hal lain, "Kau ingin ikut?"

"Aku tidak bisa dalam waktu dekat ini." Lavi tidak menatap Karna saat menjawab, "Arsen sudah curiga padaku dan aku tidak leluasa untuk pergi keluar sekarang."

Ini membuat Karna mengingat sesuatu. "Lalu mengapa kau kembali ke istana ini? Ikutlah denganku, dan balaskan dendam leluhur kita."

Lavi sama sekali tidak bisa menjelaskan situasinya sekarang, atau Karna bisa meledak dan marah besar.

Identitasnya memang tidak terbongkar. Saat berada di gubuk tua di hutan, Lavi yang dalam keadaan emosional telah mengungkapkan sesuatu yang salah, namun itu tentang dia bersekutu dengan Nero. Arsen mungkin telah mengetahui lebih banyak dari yang bisa Lavi pikirkan, lalu berpura-pura tidak mengetahui apa pun, bersikap seperti orang bodoh. Lavi yakin Arsen pasti menyembunyikan sesuatu juga.

Sampai saat ini dia tidak bisa menebak apa yang direncanakan Arsen.

"Apakah dia mempersulitmu?" tanya Karna saat tak mendengar Lavi menjawab setelah beberapa saat.

BLACK MASK [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang