jendral anargya,

205K 18.9K 8.5K
                                    

[⚠️] BXB
[⚠️] DILARANG MEMBAWA LAPAK LAIN
[⚠️] TRIGGER WARNING!

[⚠️] BXB [⚠️] DILARANG MEMBAWA LAPAK LAIN[⚠️] TRIGGER WARNING!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Perkenalkan, namaku-jendral anargya.

Kalian bisa memanggilku dengan nama pendek, jendral. Terdengar sangat gagah bukan? Haha, nama itu.. bunda yang berikan padaku.

Waktu aku lahir dulu, bunda berharap bahwa aku kelak akan menjadi seseorang yang tak terhingga nilainya, sama seperti arti namaku, anargya.

Bunda dulu sangat senang, kelahiran anak keduanya yaitu aku membuat bunda bersyukur kala itu, walau hanya sebentar. Ya, hanya sebentar-sebelum senyuman bunda dan ayahku luntur seketika, mendengar penuturan dokter yang mengatakan bahwa anaknya tuli.

Haha, setidaknya aku pernah membuat bunda dan ayahku tersenyum walau hanya sebentar.

23 april 2003, tahun itu sudah kulewati begitu jauh hingga aku tumbuh menjadi remaja pada umumnya seperti sekarang. Duduk di bangku SMA, menikmati alunan waktu yang mengantarku untuk belajar belajar dan belajar, mendapatkan sesuatu yang mungkin berguna bagiku kelak.

Kata bunda, "belajar kamu yang lebih giat lagi! Gak malu kamu sama kakakmu bara! Lihat juga sagara adikmu! Mereka belajar mati-matian demi bisa bahagiain bunda!"

Bunda.. padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin, tapi apa daya, kemampuanku sudah di ambang batas, aku tak sepandai kak bara, tak juga secerdas adikku sagara.

Kata ayah, "jendral jendral... gimana mau jadi pemimpin rumah tangga kalau kamu sudah besar nanti? Kerjaannya dari kecil sampai sekarang ngerepotin orang tua mulu."

Maaf ayah, aku minta maaf. Aku sudah menjadi anak durhaka secara tidak langsung karena tidak bisa mencapai apa yang ayah inginkan.

Di dunia ini, semua orang tua memang tak lepas dari kata menuntut menuntut dan menuntut. Maka dari itu aku tak akan menyalahkan mereka jika mereka ingin aku menjadi anak yang baik bagi bunda dan ayah.

Tapi...

Pernahkah bunda dan ayah sekali saja berpikir, tentang diriku?

Tentang bagaimana duniaku berjalan...

Tentang bagaimana aku yang ingin sekali saja mendapat belas kasih tanpa dibanding-bandingkan, aku ingin merasakannya, sungguh... demi tuhan.

Kalau aku mau, aku juga tidak ingin terlahir sebagai jendral yang cacat, yang tuna rungu, yang tidak pintar, yang menjadi pecundang paling menyedihkan, tidak.. aku sama sekali tidak ingin.

Namun bagaimana bunda? Bagaimana ayah? Aku ini ciptaan tuhanmu. Se-mengerikannya aku, aku ini tetaplah anakmu.

Kumohon,

Lihat aku sejenak saja...

Jika kalian berjalan beriringan, kumohon tolehkan kepala kalian ke belakang, lihat aku yang masih jauh tertinggal. Aku ingin juga berjalan bersama kalian, telapak tanganku kalian genggam, berjalan menapaki tanah musim gugur sembari bercerita tentang hal sederhana.

Aku, sangat menginginkannya...

Padahal hanya itu saja keinginanku bunda, permintaanku sangatlah sederhana ayah...

Aku tidak meminta motor baru seperti kak bara...

Aku juga tidak meminta dibelikan ponsel baru seperti adikku sagara..

Aku hanya ingin...

Perhatian dari bunda dan ayah...

Kapan itu terjadi?

Kumohon, aku tidak ingin kalian terlambat menyadari betapa berartinya pemberian tuhan yang cacat ini bagi kalian...

Aku tak ingin kalian menangis menyesal...

Sungguh, aku tidak ingin...

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Anargya | Jaeyong & Nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang