Sabtu bosan.

56 3 0
                                    

Bosan. Gumamku.

Sudah hampir satu jam aku berleha-leha di ruang tv. Rumah besar ini terasa begitu kosong ketika hanya ada aku seorang diri di dalamnya. Bunda sudah berangkat ke Bandung dari satu jam yang lalu, rindu ayah katanya. Lalu bagaimana dengan Minari? Kenapa dia tidak berada di sini denganku?

Minari, dia sudah keluar rumah sejak pukul tujuh pagi. Aku dengar semester lima itu tergolong masa yang berat dalam menjalani perkuliahan. Harus rela ke kampus demi kuliah. Memaksimalkan jatah SKS, belum lagi harus melibas semua mata kuliah yang nilainya kurang. Ah, jadi khawatir. Kalau Minari sakit bagaimana? Aku tidak mau melihatnya sakit.

Melirik ke arah jam di dinding adalah kegiatan lainku selain menggambar. Karena bosan aku mengambil peralatan gambarku, kertas-kertas dengan gambar urakan itu kubiarkan berhamburan di lantai.

Kuletakkan kuas lukisku di atas meja. Aku lapar. Ku langkah kan kaki ke arah dapur. Berharap dapat menemukan makanan di sana. Namun tidak kudapati apa pun di dalam kulkas berpintu dua itu.

Bunda mau anaknya modar kali ya? Nggak ada makanan sama sekali anjir.

Aku mendengus sebal. Kuraih ponsel yang sedari tadi tergeletak di atas meja, lalu merebahkan tubuhku di atas sofa panjang. Oh. Rupanya ada pesan masuk.

3m ago
Mahlukterkadang:
Woi cebol! Gue tahu lo lagi kelaperan sampe mau mati, pas banget gue lagi di Farmers Market nih. Mau gue bawain apaan?

1m ago
Anjim! Kok lo tahu sih gue hampir mati kelaperan di sini?!

1m ago
Mahlukterkadang:
Tahulah, gue kan belahan jiwa lo bantet.

1m ago
Bangsat.

1m ago
Mahlukterkadang:
Buruan babi, lo mau gue beliin apa?

1m ago
Sabar dong nyet.

Typing......

1m ago
Mahlukterkadang:
Lama lo yee babi hutan, ayam bantet, babi, gue beliin apa aja dah sesuka gue.

1m ago
Yodeh nyet iyee.




Aku melempar ponselku sambil tertawa. Tzuyu memang terbaik!
Sembari menunggu kedatangan Tzuyu, aku kembali mengambil kertas kosong yang masih belum terkena cipratan cat air. Gambar apa ya?

Sekitar dua puluh menit tenggelam dalam menggambar, telingaku mendengar suara ketukkan pintu. Akhirnya. Gumamku senang. Bergegas aku bangun dan berlari ke arah pintu. Gadis dengan postur tubuh tinggi itu melemparkan senyumnya padaku. "Yo cebol!" Sapanya dengan riang.

"Bangsat." Aku menyikat dua buah kantong plastik yang dipenuhi makanan dari kedua tangannya. "Jangan lupa kunci pintunya." Aku berjalan lebih dulu ke ruang tamu. Membiarkan Tzuyu untuk mengunci pintu rumahnya.

Hari ini waktu berputar dengan lambat. Berkali-kali aku melirik ke arah jam di dinding. Kenapa masih jam segini aja sih?! Gerutuku sebal. Kulihat kantong plastik yang awalnya penuh kini sudah mulai mengempis. Snack sebanyak itu sudah mau habis?! Kita berdua ini perutnya terbuat dari apa sih...

"Gue mau nanya dong."

Aku menoleh ke arahnya. "Apaan?" Aku meneguk susu coklat Greenfields dari gelas yang sudah ku tuang.

She Is My WifeWhere stories live. Discover now