Menjadi pacar yang baik harus?

55 2 0
                                    

"Bisa berhenti nggak pukulin kepala gue pakai buku tebel lo itu?! Kasihan orang mau duduk malah lo ambil kursinya."

"Nggak usah bikin gue malu bisa nggak sih?"

"Sadar diri dong nyet kalau lo itu cebol."

"Tzuyu!!!"

Jam di dinding menunjukan pukul 11:45. Sedikit lagi. Lima menit lagi. Gumamku sudah tidak sabar menunggu bel istirahat berbunyi.

"Satu kelompok terdiri dari dua orang ya, minggu depan akan kita bahas bersama materinya. Kelas bapak tutup untuk hari ini, terima kasih dan selamat siang!"

Selesai juga.

Aku memasukan asal peralatan belajarku kedalam tas. Tzuyu masih santai sambil menatapku. "Buru-buru banget sih lo." Ucapnya.

"Gue laper anjir, nggak kebagian tempat duduk nanti. Tahu sendiri kantin sekolah lo udah mau ngalahin pasar loak padetnya."

"Hookay."

"Buruan babi, masuk-masukin itu buku lo."

"Gue bawa bekel kok."

"Sejak kapan lo bawa bekel? Bisa masak lo?"

"Idih, dimasakinlah sama pacar."

Mendengar kata pacar dari mulutnya membuatku kesal. Membuatku mengingat kembali kejadian dua minggu lalu di kamar Minari. Iritasi sekali rasanya. Aku mengambil buku tebal yang masih tergeletak di depan wajah Tzuyu, lalu memukulkan buku itu ke atas kepalanya.

"Ya Tuhan, terus aja pukulin kepala gue yang nggak berdosa ini."

"Abisannya lo malu-maluin gue."

"Malu-maluin gimana sih babi? Salah mulu gue di mata lo."

"Hidup lo kapan nggak salah sih bangsat?"

"Ada masalah hidup apa sih lo babi? Bipolar bener jadi manusia."

"Nggak tahu ah, pokoknya lo udah malu-maluin gue di depan dia."

"Dia? Dia siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan kak Sana ya bangsat." Saking gemasnya aku mencubit lengan Tzuyu dengan sepenuh tenaga.

"Sakit bangsat..."

"Lo tuh kesambet apaan sih nggak ada angin nggak ada hujan ngajak cewek yang baru pertama kali ketemu buat pacaran?!"

"Daripada gue jadi jomblo ngenes kayak lo."

"Kalau ngebunuh nggak dosa udah gue cekek leher lo."

"Emang nyampe?"

"Tzuyu!!!"

"Gila, suara lo cempreng banget. Telinga gue sakit anjir dengernya."

Sialan. Mulut gue dibungkam pakai sandwich.

"Enak nggak sandwichnya? Itu Sana yang buat loh."

Aku hanya mengangguk, karena sandwich yang dipaksa masuk ke dalam mulutku masih tersisa banyak.

"Dua minggu ini gue di manja banget sama dia, seneng deh."

"Nggak usah pamer lo."

"Idih, iri aja yang jomblo."

"Jomblo begini juga ada yang ngurus ya babi. Tiap pagi ada yang bangunin gue, bikinin gue sarapan, bantuin ngerjain PR, ngajak jalan, jagain gue ketika sakit- " Aku terdiam sebentar.

"Pacar yang baik kayak gitu kali ya?"

"Kayak gitu gimana?"

"Kayak yang kak Mina lakuin ke lo gitu."

Aku kembali terdiam. Pacar yang baik ya?



•••

She Is My WifeWhere stories live. Discover now