Catatan dari Anak Ilmu Kimia (part 3)

55 4 0
                                    

18. Tugas akhir atau skripsinya ngebahas apa kak? Wkwk bisa di ceritain..

((SEBELUMNYA MAAF KALO PANJANG BGT KAYAK BAB V SKRIPSI)) Tadinya aku mau ngambil projek dosen buat membiasakan diri ngelab sebelum skripsian, karena lama ga dibahas dan gak dikonsulin jadilah projeknya itu skripsiku wqwqwqwqwq~

Inti skripsiku adala menguji formalin dengan metode elektrokimia dengan elektroda yang dibuat sendiri dan dimodifikasi sama nanopartikel ZnO. Tadinya mau pake elektroda emas yang dimodifikasi nanopartikel ZnO. Tapi karena permukaan emas batangan nggak ada yang rata sehingga khawatir mempengaruhi hasil uji (padahal mah karena harga 1 batang emas seuprit bisa setara dengan biaya nyewa toga plus kebaya dan make up-nya, beli Samir, dan masih cukup buat bayar ambil ijazah), ngajadi pake emas deh (hufffttt dompetku bernafas lega).

Akhirnya diganti dengan elektroda grafit yang dimodifikasi nanopartikel ZnO. Nanopartikel ZnO-nya sendiri mensintesis dari kulit jeruk. Itu sintesis sendiri ada satu bulan keknya dan waktu itu lancar-lancar jaya, hasil sintesisnya bagus dan aku seneng bgt bgt bgt. Padahal itu belum ada setengah jalan skripsiku.

Kebetulan skripsianku ada di semester setelah KKN tapi aku curi start, sambil persiapan KKN aku udah mulai masuk lab, adaptasi, dan mulai sintesis. Karena ceritanya liburan semesterku tersita sama KKN, selesai KKN aku pengen liburan dulu; pulang ke rumah.

Pas mau balik lagi ke jogja, bapak tiba-tiba nyuruh kakakku ngelamar pacarnya which is aku jadi lebih lama di rumah. Setelah itu balik jogja, kembali ngelab, agak gabut –karena udah gak ada kuliah jadi sehari-hari Cuma ngelab- jadi aku iseng-iseng apply Jelajah Toleransi, eh, malah lolos; pergi ke Poso, Sulawesi Tengah, selama 10 hari. Alhasil absen ngelab lagi wqwq harusnya skripsian kok malah banyak kemana-mana dasar aku. Abis itu beneran gak kemana-mana lagi kok muehehe kecuali weekend biar fresh.

Komitmen sama diri sendiri buat fokus skripsi, gapapa setiap hari ke lab juga. Kalo liat metode penelitianku sih, kayak "Cuma gitu doang". Iya, Cuma sintesis nanopartikel ZnO, diuji pake instrument, kalau hasilnya bagus dimodifkan ke elektroda grafit, diuji ke larutan K3/K4, kalau bagus diujikan ke formalin. Apalagi tahap awal, yaitu sintesis, bisa berjalan mulus kayak pantat bayi. Jadi aku menargetkan bisalah ikut wisuda bulan Desember (setelah fokus ngelab mulai dari Oktober), saling menyemangati dengan teman agar supaya kami bisa wisuda bareng. Oh ternyata tida semudah itu kodok zuma.

Bolak balik bikin elektroda grafit aja hasil uji CV-nya jelek banget, kayak akhlak mantanmu hehe. Ternyata oh ternyata ada metode yang salah. Ketahuan salahnya setelah pak dosbing ngajakin temennya yang pro di bidang elektrokimia buat mantau kami (karena aku ber-tim dengan temanku) membuat elektroda grafit.

Bapak dosbingku Cuma ketawa karena dari bulan November nguji elektroda grafit baru dapet hasilnya bagus di Januari. Padahal beliau sendiri yang menginstruksikan lihat metode membuat elektrodanya dari mahasiswa bimbingan PKM-nya. Hadeeeeh, pak. Jadi aku harus say goodbye pada targetku sidang desember.

Oke deh, gapapa. Kata pak dosbingku, "kalo buru-buru nanti gak bisa eksplor apa yang salah". Lagian masih bisa kok mengejar target sidang secepatnya agar bisa wisuda bulan februari. Ada "Oh ternyata" episode 2 nih gaes.

Oh ternyata terusannya tidak lagi semulus pantat bayi. Rekan timku sampai merasa stuck karena hasil uji elektroda grafit yang dimodif ZnO NPs kami jelek bgt bgt bgt sampai tiap kami menghembuskan nafas yang keluar itu bukan gas karbondioksida melainkan 'hadeeeh'. Dia sampai malas ke ngelab lagi wkwkwkwkw tapi aku tetap berjuang.

Gapapa dia istirahat dulu, kalau nggak salah dia sampai sakit juga. Jadi aku ngelab sendirian.

Selama dua bulan. Bolak balik menguji elektroda grafit yang dimodif ZnO NPs ke formalin. Sampai pak dosbing menyuruh ganti instrument ke lab temennya yang pro elektrokimia di cerita sebelumnya. Sampai temannya pak dosbing juga garuk-garuk kebingungan. Lalu kami bingung bertiga (aku, dosbingku, dan temennya dosbingku), "kok formalinnya nggak kedeteksi terus?". Pak dosbing bilang, "apa ganti analit aja ya?", sambil ketawa sih. Aku juga ikutan ketawa. Karena lucu aja gitu, udah hampir selesai semuanya masa ganti analit alias nulis skripsinya harus ngulang dari awal dong bosssss.

Aku udah stuck juga, sama seperti rekan timku. Tapi kalo kita lelah itu harusnya berhenti untuk istirahat, bukan berhenti untuk menyerah. Sambat itu boleh kok, yang nggak boleh itu putus asa. Saat itu sudah masuk awal februari, kalau mau wisuda februari ya harus sidang secepatnya. Sedangkan penelitianku masih gitu-gitu aja.

Setiap capek ngelab dan tidak membuahkan hasil uji yang bagus, mampir ruang diskusi, bertemu dengan teman yang sedari awal ngelab saling menyemangati dan janjian wisuda bareng tapi dia juga masih ngulang-ngulang penelitiannya.

Sambil makan siang bareng dan bercerita hal-hal nggak penting, kami juga suka karokean lagu Kangen Band dan lagu-lagu jaman SD buat self-healing. Begitu setiap hari.

Malam minggu adalah waktunya video call sama ibu dan adik di rumah. Cerita-cerita sampai ngomongin hal gak penting. Tapi dari semua vc di malam minggu bersama ibu, malam itu adalah malam dimana aku gak kuat nahan air mata pas ibu nanya "jadi sidang kapan?". Kameranya aku arahin ke atas kepala biar ibu nggak liat aku nangis.

Tapi suaraku ga bisa bohong. Ibu nanya, "loh kok malah nangis? Gapapa loh kalo gabisa wisuda februari". Aku Cuma diam sambil terisak. Hehe malu sama ibu.

Tapi gimana ya, penelitiannya nggak kelar-kelar. Duh, padahal tadinya nggak mau pake acara nangis, tapi ibu memang tempat terbaik ketika kita nggak baik-baik saja. Tambah nyes lagi beberapa hari sebelumnya pak dosbing abis ngirim 30 jurnal bacaan sambil bilang "so sorry, sabar ya, harus lebih banyak baca lagi".

Belum juga teman-teman yang selalu mendukung. Ah, aku dikelilingi support system yang baik. Aku harus terus semangat!

Aku masih terus ngelab, setiap hari, walaupun ekspresi udah kayak Squidward. Lalu suatu hari aku merasa lab udah merasa bosan melihatku setiap hari mengunjunginya alias omg akhirnya formalinnya kedeteksi pen nangis seneng bgt! Dengan hati berbunga-bunga seperti Taman Bunga Nusantara, aku melaporkan hasil uji hari itu pada pak dosbing. Pak dosbing juga sampai bilang "alhamdulillah akhirnya". Tapi tapi tapi, yaaah kok ada tapinya sih. Pak dosbing nyuruh coba uji lagi buat nentuin presisi, akurasi, LOD, LOQ dsb dkk dll alias duaarrrr hatiku yang sedang berbunga patah sekali lagi duarrr dapet bonus duarrr duaaarrr.

Pengen nolak karena di awal konsul judul, seminar proposal dan sekian lamanya ngelab, beliau nggak bilang penelitianku sampai ke pengujian presisi dkk. Tapi gak enak alias yaudah iya aku ngelab lagi. Mana nggak sekali berhasil juga, ditambah corona udah mulai masuk ke Indonesia. Terdengar kabar juga pondokku mau lockdown, semua santrinya nggak boleh keluar –kampus juga jadi kegiatan daring-, kalau mau keluar ya silakan tapi jangan balik lagi alias pulang aja sekalian.

Waduh, bingung. Beruntungnya, di hari Jumat, hari terkahir lab buka dalam tiap minggunya dan juga hari terakhir santri boleh keluar dari pondok sebelum lockdown, semua uji presisi dkk-ku berhasil! Yes, tinggal olah data dan nulis pembahasan skripsi. Tapi pondok mengeluarkan keputusan baru; memulangkan semua santrinya. Jadi aku menyelesaikan penulisan skripsi di rumah.

Setelah konsul, latihan sidang bersama pak dosbing dan rekan-rekan seperbimbingan, akhirnya sidang juga. Tapi online wkwkwkwkwk. Jadi nggak bisa ngerasain gagap presentasi di depan penguji, bingung harus ngapain kalo pertanyaan penguji susah, atau deg-degan sambil nangis nunggu hasil lalu disambut bahagia oleh teman-teman sekelas di depan ruang sidang, kemudian digiring ke depan fakultas dan foto-foto pake slempang dan banner yang udah dibikin sengaja buat merayakan sidangtulation anak sekelas.

Sejujurnya, sedih banget. Ngerjain skripsinya mati-matian, sidangnya online. Berusaha sabar dan setia menunggu wisuda offline agar nyeseknya "terbayar", tapi sampai aku menyelesaikan tulisan ini, kurva positif corona di Indonesia masih terus naik alias yaudahlah wisuda onlen aja gapapa mau gimana lagi /emot menangis 33x/

__

Bersambung..

Catatan Kuliah Bagian 2Donde viven las historias. Descúbrelo ahora