Chapter 13

885 137 6
                                    

Mew menyentuh pipi bagian kanan yang terasa nyeri akibat ulah Gulfi tadi. Gulf memukul Mew dengan keras hingga meninggalkan bekas di sana.

"Ouch... Pipiku jadi sakit sekarang gara-gara ulahmu. Kau sungguh-sungguh memukulku tadi. Lihat, wajah tampanku sudah kau rusak. Huh, untung sayang. Coba kalau enggak, pasti sudah ku—" kesal Mew sambil mengomel sepanjang perjalanan mereka. Mereka berdua berjalan di lorong menuju kelas mereka masing-masing.

"Apa, kau ingin apa? Memukulku?" jawab Gulf emosi. Sorot matanya tajam hingga menusuk ke mata Mew.

"A—ah, tidak. Aku cuma bercanda."

"Yaudah, diem mulutnya."

"Iya-iya, tuan sok pengatur. Aku akan mengunci mulutku rapat-rapat hingga kau tidak akan—"

"Bacot!"

Mew mematung seketika dengan pandangan yang lurus ke depan.

"O—oke" kata Mew tersekat.

Sementara Gulfi terus melangkahkan kakinya tanpa berhenti sedikitpun. Gulf tidak memperdulikan Mew yang sudah berhenti sejak dua detik yang lalu.

"Heh, bajingan!"

Tiba-tiba terdengar suara dengan penuh amarah. Dan yang mereka tau, suara itu berasal dari Jack. Jack menghampiri Gulf dengan tatapan penuh kebencian, sorot matanya tajam hingga bisa menembus apapun yang ia lewati. Namun itu tidak membuat Gulf merasa takut atau apa. Gulf hanya memasang wajah flat.

"Apa yang kau lakukan pada kekasihku, hah?" Jack menarik kerah baju Gulf dengan tangan kanannya. Jack menarik kerah baju Gulf kuat-kuat hingga mempersempit jarak di antara mereka.

Dan sekali lagi, Jack menatap tajam ke arah rivalnya itu. Ia bahkan bersiap untuk meludah jika ia sudah kehilangan kesabaran.

"Haha, aduh, Jack. Kamu ini bicara apa, sih? Aku ga paham," ucap Gulf sambil menyeringai.

"Jangan pura-pura bodoh, sialan! Aku tau kau melakukan yang tidak-tidak pada Antonieta tadi. Kau pikir aku akan diam saja saat melihat kekasihku diperlakukan seperti itu oleh pria bajingan sepertimu?"

"Aduh, jangan marah-marah seperti itu, dong. Aku kan jadi merasa bersalah," ucap Gulfi santai menanggapi perkataan Jack. Bahkan Gulf terlihat seperti merendahkan Jack secara tidak langsung.

"Apa-apaan si brengsek ini? Jaga ucapanmu. Jangan membuatku jijik dengan sikap sok lembutmu ini. Aku tau, kau sedang menghinaku, bukan? Setelah merendahkan Antonieta, sekarang kau ingin merendahkanku juga? Orang sepertimu memang harus diberi pelajaran."

Dari kejauhan, Mew terus mengawasi Jack dan Gulf. Mew tau, Gulf bisa mengatasi Jack seorang diri. Gulf itu kuat, dia tidak akan kalah dengan orang seperti Jack sekalipun.

Namun kali ini berbeda. Gulf tidak melawan atau membalas ucapan Jack dengan emosi. Dia terlihat tenang. Namun di balik sikap tenangnya tersebut, Gulf juga mampu membuat Jack naik darah.

Dengan segera Mew menghampiri kedua orang paling bermasalah itu.

"Lepaskan dia atau kau akan tau akibatnya!" titah Mew sambil mencengkeram pergelangan tangan Jack.

Gulf menatap ke arah Mew yang datang secara tiba-tiba. Gulf merasa bingung. Baru pertama kali, Gulf melihat Mew begitu marah dari ekspresi wajahnya. Dia bahkan mencengkeram tangan Jack kuat-kuat hingga Jack terlihat ketakutan dibuatnya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Jack melepaskan tarikannya akan Gulfi dengan terpaksa, atau dia akan kehilangan tangan kanannya karena ulah Mew.

"Aku tidak akan melupakan ini, kau mengerti?"

Dan dengan begitu Jack pergi meninggalkan mereka berdua. Mew melihat kepergian Jack, sedangkan Gulf berusaha mengambil napas dalam-dalam. Ia sempat tercekik tadi.

"Hey, kau tidak papa?" tanya Mew.

"Gapapa. Aku baik-baik saja," jawab Gulf santai namun beberapa saat kemudian ia batuk.

"Ayo, aku antar kau ke asrama!" ajak Mew pada Gulf. Gulf hanya mengiyakan ucapan Mew.

Mew dan Gulf menghentikan langkah kaki mereka ketika sudah sampai di depan pintu asrama. Gulf merogoh kunci pintu di dalam saku celananya kemudian dibukalah pintu asrama tersebut.

"Buka bajumu!" kata Gulfi pertama kali setelah mereka memasuki kamar asrama.

"Hah, apa?" tanya Mew meminta pengulangan.

"Aku bilang, cepat buka bajumu!" ucap Gulfi sekali lagi. Dan lagi-lagi membuat Mew tersentak kaget dengan apa yang baru saja ia dengar barusan.

Mew menutupi wajahnya yang memerah seketika.

"Hah? Kau ingin melakukannya sekarang?" tanya Mew lagi. Gulf memutar bola matanya malas.

"Apa yang kau katakan? Buka bajumu itu, aku akan mencucinya sekarang."

"O—oh kukira kau mau anu—"

"Jangan berpikiran yang tidak-tidak."

"Iya, aku gak akan berpikir yang macam-macam, kok. Kalau tidak dipancing, sih."

"Orang gila"

Beberapa saat kemudian, Mew membuka baju yang ia kenakan. Gulf mengambil alih baju yang semula ada di tangan Mew lalu melemparkannya pada mesin cuci di sana.

"Ini, kau bisa memakai bajuku untuk sementara waktu!" Gulf menyodorkan baju miliknya pada Mew. Sebuah baju polos tanpa motif sedikitpun.

"Terima kasih. Tapi aku lebih suka tidak pakai apa-apa saat bersamamu," goda Mew dengan suara serak. Sementara Gulf memutar bola matanya malas.

"Oh, jadi tidak mau pakai, ya?" 

Gulf melempar baju yang ia pegang ke wajah Mew. Lemparan tersebut sukses mengenai wajah tampan Mew.

"Ouch. Apa yang kau lakukan?"

"Makanya jangan sok berlagak keren di depanku. Aku bukan seorang gadis, kau tau!"

Mew meraih baju yang ada di wajahnya sambil mengusap kedua matanya yang perih.

"Memang siapa yang bilang kalau kau itu seorang gadis?" tanya Mew untuk menyudutkan Gulf.

"Ya itu— eum. Ya pokoknya tanpa kau bilangpun, dari caramu memperlakukanku itu sama saja seperti cara seseorang memperlakukan seorang gadis."

"Contohnya?"

"Ah, udahlah, terserah. Lebih baik aku pergi dari sini," ancam Gulf tidak main-main. Gulf benar-benar melangkahkan kakinya untuk segera pergi dari sini.

"Hey, terus bajuku bagaimana?" Mew mencoba mencegah Gulf agar tidak jadi pergi meninggalkan dirinya.

"Kau cuci saja sendiri. Aku sudah tidak punya hutang budi padamu lagi."

"Gulf—"

Mew menghentikan ucapannya ketika seseorang masuk ke dalam kamar Gulf. Orang itu adalah Sean. Orang yang satu kamar dengan Gulf, sekaligus sahabat karibnya.

Gulf menatap tajam ke arah Sean, sementara Sean hanya memalingkan muka. Sean berjalan melalui Gulf dan Mew tanpa sepatah kata apapun.

Gulf melihat ke arah Sean yang tengah memilah-milah baju miliknya. Dia tampak seperti orang yang ingin bepergian dari rumah.

"Aku akan tidur di asrama Steven dan Bill. Mew, tolong jaga dia untukku. Jaga agar dia tidak berbuat sesuatu yang bisa membuat orang lain terluka dengan ucapannya. Kumohon jaga dia untukku. Dia adalah temanku, sahabatku, sekaligus saudara bagiku. Aku percaya padamu," ucap Sean panjang lebar tanpa menatap ke arah Gulfi sekalipun.

Sean berjalan melalui mereka berdua lalu menghilang saat sudah di ambang pintu.

"Apa maksud si sialan itu?"

GULFI - MEWGULFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang