Graduation

1.3K 171 9
                                    

Keadaan [Name] mulai membaik namun, [Name] masih berada di kediaman Mikasa. Setelah ia rasa hatinya sudah kuat untuk menerima semuanya, [Name] meminta Mikasa untuk mengantarnya ke pemakaman teman-teman yang meninggal di kecelakaan itu.

Di pemakaman ia hanya terdiam memandangi baru nisan tanpa ada ekspresi di wajahnya, hanya mengikhlaskan kepergian mereka yang bisa [Name] lakukan.

Teman-temannya menjenguk [Name] ketika ia tidak sadarkan diri dan ketika [Name] sadarkan diri ia memberitahu pada temenan-temannya agar tidak perlu menjenguk dia lagi.

"Aku tidak ingin merepotkan mereka, dan juga pasti mereka sedang mempersiapkan untuk masuk Universitas" Pikir gadis itu.

Setelah ia rasa tubuhnya sudah membaik ia berpamitan kepada Mikasa serta kedua orang tua Mikasa yang mau merepotkan diri merawatnya.

Keluarga Mikasa sudah sangat baik pada [Name] semenjak ia kecil, bahkan tuan Ackerman ayah dari Mikasa pernah menawarkan [Name] untuk menjadi anak angkat pasangan itu namun, dengan sopan [Name] menolaknya dengan alasan bahwa ia masih memiliki seorang ibu. Padahal dengan jelas terlihat ibunya tidak mempedulikannya bahkan ia tidak mencari anaknya setelah tidak pulang ke rumah selama dua minggu lamanya dan ini sudah sering terjadi sedari [Name] kecil.

Mikasa juga sebagai sahabatnya sering bertanya padanya apa alasannya sebenarnya dan dia hanya menjawab "Seandainya aku bisa." Dan jawaban [Name] itu selalu membuat Mikasa bingung.

Kini [Name] sedang berbaring di dalam kamarnya, menghela napas, mencerna apa yang sudah terjadi akhir-akhir ini.

Suara notifikasi terdengar dari handphonenya, ia melihat pesan dari wali kelasnya yang memintanya datang ke sekolah untuk mengambil hasil kelulusannya, yang seharusnya sudah ia dapatkan di hari yang lalu seandainya kecelakaan itu tidak terjadi dan seadanya ia sadarkan diri.

Ia menganti pakaiannya dengan seragam sekolah yang biasanya ia pakai di hari senin, setelah itu ia langsung melangkahkan kakinya keluar dari rumah.

Ia sudah pergi meninggalkan rumahnya lagi bahkan ia belum sempat bertemu ibunya (ibunya sedang tidak berada di rumah).

Di jalan dan di stasiun tidak terlalu ramai seperti biasa ia berangkat sekolah, karena ini sudah mulai siang, bukan waktu nya seseorang untuk pergi ke sekolah atau kerja di jam ini namun, ini adalah waktunya untuk mereka bersekolah dan bekerja.

Beberapa mata tertuju ke arah [Name] dengan berpikir bahwa dia adalah siswi yang membolos, [Name] hanya mengacuhkan pandangan mereka dan fokus dengan jalannya sendiri.

Sesampainya di sekolah terlihat lapangan yang sepi, kelas yang di isi dengan banyak murid yang terlihat ada seorang guru yang sedang mengajar di setiap kelasnya dan lorong kelas 3 yang terlihat kosong.

[Name] memasuki ruang Guru dan melihat walikelasnya melambaikan tangan ke arahnya, Guru itu memberikan hasil kelulusan pada [Name].

"Selamat atas kelulusan mu." Ucap guru itu dengan senyuman yang mengisyaratkan sebuah kesedihan.

"Arigatou¹ Sensei." Balas [Name] sambil berusaha tersenyum.

Setelah itu ia berpamitan dan meninggalkan ruang guru, ia memasuki kelasnya yang sepi, ia duduk di bangku yang bisanya ia duduki.

Perasaan nostalgia menyelimuti hatinya, bayangan di mana teman-teman kelasnya yang selalu membuat kelas ini ramai membuat ia meneteskan air mata.

Kelulusan yang mereka nanti-nantikan tidak seperti yang mereka harap kan, hanya kesunyian yang (name) rasakan. Canda dan tawa, tidak akan lagi mereka semua rasakan, karena kehilangan separuh dari anggota mereka.

Must Make You Happy (Levi X Reader) ENDWhere stories live. Discover now