126. Anakku Yang Lain.

132 7 0
                                    

5 Bulan kemudian...

Hari dimana sudah waktunya cek up, sekalian mengenali jenis kelamin sang bayi, dita dan devit kembali ke rumah sakit setelah mengantar anak-anak sekolah.
"Gimana han." Tanya dita penasaran dengan anaknya.
"Belum keliatan mba, nih anak pemalu sekali ya. Tapi ikut kaya siapa si.
Bapaknya pemberani emaknya suka exsis." Ujar hana.

"Kakeknya, dady sangat pemalu sama kaya frans." Sambung devit.
"Ouhlah, jangan-jangan anak ini laki-laki nih." Ujar hana.
"Belum tentu juga han, yasudah hana kalo belum keliatan lain kali saja kita USG lagi, mungkin kali dia nggak mau. Aku sama mas dev biar tebak-tebakan saja iyakan mas." Tanya dita.

"Hah! Mau laki-laki atau perempuan sama saja, apapun jenisnya yang jelas mereka anakku juga kan. Akan aku terima apa adanya mereka, yang penting proses melahirkanmu lancar dan selamat itu saja." Ujar devit.
"Uh~~~So sweet banget si suami mba ini, jarang banget denger ucapan romance dari pria cool kaya mas dev loh mba." Ujar hana.

"Masa sih, kamu ini bisa saja deh hana." Ucap dit yang tak percaya.
Tiba-tiba saat hana memfokuskan kembali ke monitor ada segelibat bayangan yang menampakan diri. "Heh? Apa itu tadi." Ujar hana kaget.
"Kenapa hana, anakku baik-baik sajakan." Tanya dita khawatir.

"Ya ampun~ kenapa aku tidak menyadarinya dari tadi, jika mba dita akan melahirkan anak kembar, selamat ya mba." Ujar hana yang kaget melihat penampakan janin lainnya yang tiba-tiba muncul.
"Benarkah, mana han." Tanya dita yang penasaran.
"Ini mba tuh, ini kepalanya dan ini saudara lainnya, uh dia manis banget jadi gak sabar ingin mereka segera lahir kedunia ini." Ujar hana yang antusias.

"Kenapa jadi tiba-tiba anak kembar, ya ampun aku tidak bisa bayangkan jika cover dita jadi banyak bagaimana aku mengurusnya satu saja sudah bikin 7 keliling pusingnya." Dumal devit dengan keras.
"Ouh jadi begitu, kau tidak senang jika aku melahirkan anakmu ya mas." Ucap dita.
"Bukan begitu, bagaimana jika anak itu memiliki sikap ngambek mu yang sulit aku kendalikan itu."
"Awas saja kamu ya mas kali iya kau tak mau mengakui anakmu dan meminta tes DNA seperti anakmu lainnya, aku bikin rendang kamu." Ujar dita dengan acaman.

Keesokan paginya devit sedang mengatar anak-anak ke sekolah, sedangkan dita di tinggal di rumah karena kondisi dita tak mungkin saat ini untuk mengurus anaknya.
Ketukan pintu membuat dita harus bangkit dari sofa nyamannya.

~Tok~Tok~Tok~

"Iya sebentar, sedang jalan ke pintu." Ujar dita seraya susah apaya bangun dari sofa.
Setelah membuka pintu betapa kagetnya dita melihat kedua pasangan separuh baya berdiri di depan pintu rumahnya.
"Ouh ibu melia pak herlambang. Silakan masuk." Menyilakan kedua orang itu masuk kedalam tapi selangkapun mereka tidak bergerak dari posisi.
"Kami datang kemari bukan untuk mertamu ke rumahmu, tapi kami ingin menjemput cucu-cucu kami, di mana mereka." Tanya bu melia.
"Mereka sekolah, mas dev baru saja pergi untuk mengatar mereka ke sekolah." Ujar dita menjawab pertanyaan itu.

"Sepertinya kau sudah merasa bahagia di atas derita keluarga kami, anakku masih dalam penjara dan kau berbahagia dengan cucu-cucu kami, kau sangat jahat sekali." Ujar pak herlambang dengan amarah yang tertahan.
"Dan malah saat ini kau sedang berbadan dua dan hidup bahagia di atas rasa sakit kita, baiklah kami ucapkan selamat atas kehamilanmu, tapi jangan salahkan kami jika kau akan..." belum sempat melanjutkan ucapannya, herlambang sudah di tarik agar berhenti oleh bu melia.

"Ayo kita pergi buang-buang waktu kita saja berurusan dengan wanita ini, kita jemput cucu-cucu kita lalu pergi dari tempat ini. Aku sudah tidak kuat lagi dengan tempat yang di tinggali dengan wanita yang telah membuat putri kita di penjara." Ujar melia.

Dita hanya bisa menahan air matanyanya, walau matanya saat ini sudah berkaca-kaca karena ingin menangis.
"(Bukan kah anak kalian yang selalu jahat padaku, kenapa hanya aku yang di salahakan oleh semuanya, kenapa harus aku yang menanggung deritanya.)" Dumal dalam benak dita yang hanya tuhan yang bisa mendengarnya.

Malam harinya devit yang baru pulang dari kantor melihat dita terduduk di sofa sambil melamun, melihat istrinya begitu devit langsung mendekatinya.
"Ada apa honey." Seraya mencium kening dita.
"Tidak ada apa-apa." Ujar dita yang menitihkan air matanya.

"Anak-anak sudag tidur." Celingukan mencari keberadaan anak-anaknya.
"Mereka di bawa nenek kakeknya tadi siang." Jawab dita yang merasa tidak rela jika mereka membawa anak-anak pergi.
"APA!!" Mendengar hal itu devit sangat terkejut.

"Kenapa kau tidak bilang padaku dulu, bahwa mereka akan di bawa hari ini." Ujar devit merasa kesal.
"Mereka (kedua orangtua) membawa frans franda juga secara paksa mas, anak-anak tadinya tidak mau ikut cuman neneknya mengancam jika mereka tidak menurut maka akan mereka tidak bisa lagi bertemu denganku, jadi mereka terpaksa ikut dengan nenek dan kakek mereka." Penjelasan dita, melihat kejadian tadi siang saat kedua orang tua vina mengambil mereka saat di sekolah.

"Jadi sekarang bagimana, merekan kan baru saja masuk sekolah masa harus keluar lagi." Ucap devit binggung dengan alasan yang akan dia gunakan masalah sekolah frans dan franda.
"Memangnya mas tidak akan menjenguk mereka dan mengambil mereka kembali." Tanya dita yang menginginkan agar devit mengambil mereka kembali dari tangan kakek neneknya.

"Mereka juga berhak atas hak asuh frans ftanda dita, aku tidak bisa melarang mereka agar tidak menemui cucu mereka, karena mereka juga masih berhak atas kedua cucunya kan." Ujar devit.
"Mungkin aku juga akan merindukan frans franda mas." Ujar dita.
"Kapan-kapan kita juga akan menjenguk mereka." Sambung devit.

Semalaman dita tak bisa tidur dengan tenang kepikiran ftans dan franda, kedua anak tirinya itu membuat dita tak tenang, hingga membuat devit yang tidur di sampingnya merasakan kegelisahan dita.
"Honey kamu tidak bisa tidur, apakah si junior membuat ibunya sulit untuk tidur nyenyak."  Tanya devit sambil mengelus-elus perut buncit dita.

"Bukan itu mas devit, aku merindukan frans franda, biasanya kalo hujan begini mereka selalu datang berlari kemari dan ingin tidur di sebelahku frans tidur denganmu, aku sangat merindukan mereka." Ucap dita sambil terseduh-seduh.

"Honey, biarkan lah dulu kamu jangan terbawa emosi begiti dong, pikirkan dua nyawa lainnya di perutmu saat ini, coba kamu pikirkan jika mereka tahu ibu ya peduli pada kakak-kakakny apakah nanti mereka tidak iri."  Ujar devit.

"Aku akan mendidik mereka agar dita punya perasaan iri pada saudaranya lainnya, walau kakak-kakaknya bukan sekandung tapi aku ingin mereka hidup aku dan saling menyanyangi." Harapan terbesar dita.
"Aaamiinnn~~"

Bersambung....

TERIMAKASIH YANG SUDAH MENGIKUTIKU.

Rabu 18 November 2020.

Adikku Adalah Istriku: Kaulah Wanitaku(TAMAT) (DALAM MASA REVISIAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang