"Kenapa? Kenapa lama sekali?"Chenle di buat bingung oleh sosok besar di hadapan nya ini. Tetesan air mata itu terus mengenai pipi nya, sebab wajah nya yang mendongak.
Sosok itu masih menunduk. Enggan menunjukkan rupa nya pada si manis.
Ruangan gelap itu membuat Chenle tidak bisa melihat jelas rupa sosok di hadapan nya ini, sinar bulan pun terhalang oleh debu yang menempel di jendela kastil.
Tanpa di duga sosok besar itu mengambil pedang yang tergeletak di lantai.
Membuat Chenle membelalakan mata nya karena terkejut saat benda tajam itu di seret mendekat ke arah nya.
Tetesan darah yang masih mengalir di pedang tersebut mengenai hanbok yang di kenakan Chenle.
Bau amis yang sampai di indera penciuman nya membuat ia sedikit pusing.
"Aku memang ingin membunuh diriku. Rasanya sakit. Aku tidak tahan. Dan kau datang disaat yang tepat."
Sosok itu merendahkan tubuh nya. Tangan besar itu mengusap lembut wajah Chenle serta surai si manis yang lepek akibat terkena hujan.
Chenle memejamkan mata nya. Merasakan kehangatan saat tangan besar itu mengusap wajah nya yang terasa dingin akibat hujan.
"Kenapa? Kenapa kau ingin membunuh dirimu sendiri?"
Usapan itu terhenti dan sosok itu menarik tangan nya kembali. Dia membalikkan tubuh nya membelakangi Chenle.
Mata nya menatap isi lemari kaca yang sengaja dia jatuhkan. Beberapa bingkai foto itu dia tatap dengan sendu.
Sudah bertahun-tahun dia hidup dalam kesendirian. Kebahagiaan yang dulu dia rasakan lenyap begitu saja saat penyihir mengutuk dirinya hingga menjadi seperti ini.
Gelak tawa yang dulu selalu dia dengar kini hanya kesunyian menemani nya. Lampu kerajaan yang dulu selalu menyala kini redup di dalam kastil nya.
Semua itu lenyap. Itu karena dirinya yang mengusir penyihir aneh yang saat itu menganggu nya saat sedang merayakan pesta ulang tahun nya.
"Aku putus asa."
Satu kalimat itu sudah cukup membuat Chenle mengerti. Memang banyak di luar sana orang-orang yang merasa putus asa dan berakhir mengakhiri semua dengan bunuh diri.
Chenle menatap punggung besar itu. Rasanya ia ingin menepuk lembut guna memberikan kekuatan pada sosok besar itu. Tapi perbedaan besar badan dan tinggi badan membuat Chenle kesulitan.
"Jika kau butuh teman bercerita, aku siap mendengarkan. Aku akan datang ke kastil mu setiap hari agar kau tak kesepian."
Kalimat yang Chenle ucapkan membuat sosok itu menoleh, hanya sedikit agar rupa nya tidak terlihat oleh si manis.
Chenle menggaruk belakang kepala nya. Ia ragu ingin mengatakan ini.
"Aku akan pulang sekarang. Kau baik-baik saja kan?"
Mungkin Chenle sudah gila mengatakan ia akan pulang sekarang. Pasalnya langit yang sudah menggelap dan jalan pulang yang sangat jauh pasti akan membuat Chenle kesulitan.
Belum lagi jika ada hewan buas yang akan mengejar nya nanti.
Sosok itu tak bergerak sedikit pun. Membuat Chenle seperti mendapat jawaban iya dari nya.
Tak lama Chenle membalikan tubuh nya dan mulai melangkah menuju pintu kastil.
Namun di tengah langkah nya Chenle membalikkan tubuh nya manatap punggung besar itu yang masih diam di tempat nya.

YOU ARE READING
The Beast [jichen] END
FanfictionSalah Chenle yang bermain ke dalam hutan seorang diri karena dia merasa bosan. Dan berteduh di sebuah kastil kuno besar yang seharusnya tidak dia datangi. Sosok menyeramkan. Bunga. Dan takdir.