Jawa, dengan beragam budaya, tradisi, mitos, juga cintanya. Tuban, menjadi satu kota indah dengan dia di dalamnya. Pemilik senyum manis, pemilik hati lapang, juga pemilik vibes yang tenang.
Di hidup Nata, cinta itu cukup sekali. Tidak ada orang baru, ataupun orang lama. Tidak ada sakit, tidak ada keraguan. Karena melangkah bersama, adalah hal terbaik yang harus diperjuangkan.
"Ivena, beri Mas Nata waktu buat ngeyakinin sampeyan, nggeh? Keraguan itu, hanya pikiran yang berlebihan. Realita mboten seburuk niku, Vena,"
"Ubur-ubur, ikan lele. Mosok le?" jawab Ivena, dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Selain cinta. Di hidup Nata, makhluk halus adalah makhluk sepele, tidak perlu dihargai, ataupun ditakuti. Bagi Nata, manusia adalah penduduk utama bumi.
"Piye, pengen tak seblakno pocong ta?"
‧₊ ᵎᵎ 🍒 ⋅ ˚✮
✭ Mohon Dikoreksi Jika Ada Kesalahan🙇🏻♀️🙇🏻♀️
✭ Vote Comment Sebagai Moodbooster🧚🏻♀️🧚🏻♀️
✭ Terimakasih Sudah Membaca!
‧₊ ᵎᵎ 🍒 ⋅ ˚✮
Dicintai dan diberi kasih sayang oleh seorang ayah itu mahal, kan?
Ya, benar. Mahal sekali.
Terutama, untuk mayoritas yang belum pernah mendapatkannya. Belum pernah merasakannya.
Tapi, sepertinya tidak oleh Alula Alvasya Arnawera.
Gadis beruntung berusia empat belas tahun ini, sepertinya sangat dicintai oleh ayahnya. Farzan Adipta Arnawera. Yang meskipun sederhana, tetap mau mengerahkan segala kekuatan dan kebaikannya. Apapun bentuknya.
Dirinya yang berprofesi sebagai Pemulung selama tiga tahun, ternyata tak menghalangi putrinya untuk masuk ke Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Budi Luhur, Surabaya. Ia, tetap bisa membiayai sekolah putrinya setelah satu tahun lebih tak sekolah.
Apapun bentuknya, seluruh cintanya hanya untuk putri kecilnya. Putri yang dimatanya selalu terlihat mini dan menggemaskan.
Namun.. apakah ia bisa selamanya dicintai?
Mengapa Farzan sesayang itu padanya?
Apa alasan Farzan mau mencintainya sedalam itu?
‧₊ ᵎᵎ 🍒 ⋅ ˚✮