Balas Dendam Seorang Sahabat
  • Reads 115
  • Votes 45
  • Parts 5
  • Reads 115
  • Votes 45
  • Parts 5
Ongoing, First published Mar 11
Hani dan Erlin bersahabat sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Mereka tumbuh bersama hingga bersekolah yang sama sejak SD hingga saat ini mereka telah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Selama bersahabat, baru kali ini mereka berdua satu kelas di kelas 11 (2 SMA). Erlin yang terkenal jago basket  terpaksa berhenti dari kegemarannya itu karena mengalami cedera berat di kakinya. Sementara itu, Hani sejak kecil selalu belajar dan selalu mendapat peringkat 3 besar di kelasnya. Hani menyemangati dan memotivasi agar Erlin kembali bangkit dan menata hidupnya. Namun, seiring berjalannya waktu Erlin semakin mendapati dirinya luar biasa dalam bidang akademik. Seiring berjalannya waktu, nilai tugas dan ujian Erlin meningkat hingga menyamai peringkat Hani yaitu ranking 3 besar. Hani berusaha untuk tidak menganggap Erlin sebagai saingannya, tapi tiba-tiba ada sesuatu yang terjadi hingga ia membenci Erlin dan tidak mau lagi bersahabat dengannya.
All Rights Reserved
Sign up to add Balas Dendam Seorang Sahabat to your library and receive updates
or
#8fiksidewasa
Content Guidelines
You may also like
Falling Pieces  by cweetcobeyi
11 parts Ongoing
💌haloo usahakan jangan menjadi pembaca gelap yaa, berikan vote jika kamu suka dengan ceritanya, karena itu berarti buat bunbeyii, okeeii, sankyuu bunbun yg maniss🍰🌷 ♟️FALLING PIECES🧩 Seberapa jauh kau akan pergi untuk menemukan kebenaran? Malam itu, adikku menghilang tanpa jejak. Pintu kamar terbuka, jendela tak terkunci, dan di atas meja hanya ada selembar kertas dengan tulisan samar. Tak ada tanda perlawanan, tak ada suara yang terdengar-hanya keheningan yang mencekam. Kami mencoba mencarinya. Aku dan saudaraku menelusuri jejak yang ia tinggalkan, tapi semakin jauh kami melangkah, semakin banyak hal yang tak masuk akal. Bayangan di sudut mata, pesan-pesan yang muncul entah dari mana, dan rasa seolah-olah seseorang selalu mengawasi. Lalu, satu per satu nyawa mulai terenggut. Apa yang awalnya hanya pencarian biasa berubah menjadi permainan yang lebih besar. Sebuah permainan di mana kami hanyalah bidak, dan sejak awal, seseorang telah memastikan bahwa tidak ada yang bisa keluar dengan selamat. ⚠️Peringatan cerita ini mungkin mengandung unsur sensitif bagi beberapa pembaca harap bijak dalam memilih bacaan. Terimakasih⚠️ ‼️Sebagai pemberitahuan sekali lagi, cerita ini murni dari ide dan pemikiran sy sendiri, jika ada kesamaan dalam nama tokoh, latar, ataupun alur cerita, hal itu benar-benar tidak disengaja. Bunbeyi disini menulis cerita murni terinspirasi dari kasus Stanley Milgram - Milgram Experiment (1961) tidak dari novel atau karya manapun‼️
You may also like
Slide 1 of 10
DRAZEL || ON GOING  cover
Thistledale cover
The Billionaire Prison cover
Puisi Ayah (Terbit) cover
YURA (ON GOING) cover
Hujan Bawa Aku Menangis [11/11 END] cover
GANG5AL : Kutukan Si Bungsu cover
Sister, I'm Sorry cover
Pembalasanku (Harem BL) cover
Falling Pieces  cover

DRAZEL || ON GOING

3 parts Ongoing

"Drazel Orion Vesper..." Sierra menggerakkan tangannya dengan lembut, membentuk nama itu dalam bahasa isyarat. Drazel mengangkat kepala, matanya mengikuti gerakan tangan Sierra dengan penuh perhatian. "Pernahkah kau membayangkan dunia tanpa suara?" tanya sierra, jari-jarinya menari di udara, sementara ekspresi lembut menghiasi wajahnya. Drazel menghela napas, lalu mengangkat tangannya, membalas dalam bahasa isyarat dengan ragu. "Aku tidak perlu membayangkan. Kau mengalaminya setiap hari." Sierra tersenyum, bahunya bergetar kecil dalam tawa yang tanpa suara. Kemudian, ia mengeluarkan HP dari sakunya dan mengetik sesuatu sebelum menunjukkan layarnya pada Drazel. "Benar. Tapi aku ingin tahu, bagaimana rasanya bagimu?" Drazel menatapnya dalam diam. Dunia tanpa suara? Ia tak pernah benar-benar memikirkannya. Tapi... Ia menatap Sierra yang menunggu jawabannya, sebelum akhirnya ia menggerakkan tangannya, menandakan, "Aku rasa... dunia tanpa suara tetap indah. Selama aku masih bisa melihatmu." Sierra menatapnya, matanya membelalak sesaat. Kemudian ia tersenyum lagi, tapi kali ini dengan sorot berbeda di matanya.