Cassie Jovanca, cewe tomboy ceria yang asbun nya tingkat dewa, definisi dari ngomong dulu baru mikir.
Bertindak sesuka hati, selama ga ngerusak ternak warga dan ngabisin beras dirumah menurut Cassie sah-sah aja, toh dia ini bandel bukan tukang bully atau jenis nakal yang menyusahi makhluk bumi, ia hanya mencari kebebasan yang tidak ia temui jika pulang kerumah.
Tawa yang menutup luka, Cassie berbahagia di sekolah sedangkan dirumah ia menjadi sasaran empuk untuk pukulan sang Ayah.
Cassie bukan lesbi namun ia tak tertarik dengan makhluk bumi, gambaran ayah yang selalu kasar terhadapnya membuat Cassie berpikir kalau cinta itu hanyalah kebohongan semata.
Setidaknya itu pikiran dia dulu sebelum ke-asbun-an nya membuahkan petaka atau mungkin anugrah didalam cerita putih abu-abunya?
"Gue bukan lesbi njir, gue cuma ga minat aja sama spesies adam dimuka bumi ini. Nih ya, walau kalian suguhi bentukan Harizal Putra Pangestu atau bahkan Raga Jhone Lesmana, tetap aja hati ini ogah buat bercinta."
"Dih? Lo pikir gue selera sama bentukan tepos kek lo?" Harizal Putra Pangestu.
"Lo siapa?" Raga Jhone Lesmana.
Mampus!
Copyright by @MarsKaizad, momamars.
Kesungguhan menjadi manusia diuji ketika mereka menjejal tanah sakral bagian selatan Pulau Jawa. Manusianya yang berbuat, tempatnya yang dikambinghitamkan.
Siapa yang akan menyangka jika mengikuti Proyek Membangun Desa akan menghadapkan mereka pada pilihan, hidup atau mati. Ketika pengampunan tak didapat, mari ucapkan selamat datang pada sesal yang merajai dari sebuah tragedi.