Frozen Time
  • Reads 17
  • Votes 8
  • Parts 4
  • Reads 17
  • Votes 8
  • Parts 4
Ongoing, First published Apr 19
2 new parts
Cerita ini ditulis untuk memenuhi tugas yang diberikan sebagai bentuk ketaatan akan kewajiban menjadi anggota komunitas BPC. 

Saya Nana dari asrama Actioner, membawakan prompt kecil yang diberi tema "Waktu, Janji, Alam" ini, sebagai wujud kecintaan dan ketaatan pada BPC tercinta.

Terima kasih yang sudah membaca, dan ... sampai ketemu lagi~
All Rights Reserved
Sign up to add Frozen Time to your library and receive updates
or
#113alam
Content Guidelines
You may also like
MUKTI by senjaynri
33 parts Ongoing
Kata orang, mahasiswa adalah suara perubahan. Mereka yang berdiri di garis depan, berteriak di jalanan, menuntut keadilan yang kian memudar. Mereka yang tak takut pada pentungan aparat, gas air mata, atau stigma "pemberontak" yang dilekatkan pada mereka. Namun, tidak semua orang bisa turun ke jalan. Lara adalah salah satunya. Mahasiswi matematika yang lebih akrab dengan angka-angka dibanding orasi di tengah terik. Namun, meskipun kakinya tak melangkah ke barisan demonstran, pikirannya tak bisa diam. Ada sesuatu yang harus ia suarakan. Sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Ia memilih cara lain. Dengan kata-kata, Lara menciptakan senjatanya sendiri. Puisi-puisi yang ia tulis bukan sekadar untaian kalimat indah, melainkan suara perlawanan. Kritik yang tajam, menusuk ke pusat kekuasaan yang korup. Awalnya, ia hanya ingin berbicara. Tapi kata-katanya ternyata bergema lebih jauh dari yang ia bayangkan. Akunnya, Lar24merdeka, mendadak menjadi pusat perhatian. Ada yang mendukung, tetapi lebih banyak yang membenci. Para buzzer menyerangnya, melaporkan akun-akunnya hingga terhapus. Namun, itu bukan yang paling ia takuti. Yang membuatnya ragu adalah keluarganya. Orang tuanya takut. Mereka mengingat masa lalu yang kelam, tentang para aktivis yang "dihilangkan" tanpa jejak. Mereka tak ingin Lara menjadi bagian dari sejarah yang sama. Di satu sisi, Lara ingin menjadi anak yang baik, yang tidak membuat keluarganya khawatir. Tapi di sisi lain, bagaimana mungkin ia diam ketika melihat negaranya perlahan runtuh? Kini, ia berdiri di persimpangan. Haruskah ia berhenti menulis dan menjalani hidupnya seperti mahasiswa biasa? Atau terus bersuara meskipun ia tahu risikonya semakin besar? Jawaban itu belum ia temukan. Yang ia tahu, diam bukan pilihan yang mudah.
You may also like
Slide 1 of 10
Mengejar Cinta si Biang Kerok  cover
Gevan (BL) cover
MAJA cover
My Hijab Noona cover
Varsha & Ancala (ON GOING)  cover
BLOOM IN YOUR HEART  cover
Area Terlarang cover
Patah Hati Dahulu, Pahat Hati Kemudian  cover
MUKTI cover
Zio or Sky? [END] cover

Mengejar Cinta si Biang Kerok

10 parts Ongoing

Candra Kirana Dewi, 25 tahun, masih jomlo. Belum berniat menikah, calonnya aja enggak ada! Prinsipnya hanya satu: hidup hanya sekali, rugi kalau tidak mengikuti kata hati. Sayangnya, hatinya tidak cukup bagus untuk diikuti. Ia pada akhirnya terjebak pada keputusan orang tuanya yang memberi pilihan, ingin mencari sendiri calon suaminya atau dijodohkan dalam kurun waktu sesingkat-singkatnya. Mirip proklamasi, dong! Eits, bukan Kirana namanya jika tidak berani menerima tantangan. Harus punya calon suami sebelum ulang tahunnya yang ke-26, siapa takut?