Kami sekelas.
Tapi, percayalah, aku tidak pernah berbicara dengannya.
Dengan si pembuat onar di kelas.
Dengan si murid paling urakan di sekolah.
Suatu hari, dia menggedor pagar rumahku.
Wajahnya memar, terdapat darah di ujung bibirnya.
Dia babak belur, si pembuat onar itu.
Hari itu, kubiarkan dia masuk ke rumahku dan kubiarkan dia menceritakan semuanya.
Sebelum kejadian itu, tidak ada yang kuketahui tentang dirinya selain namanya; Revano.
Dia menceritakan semua hal yang belum pernah diceritakan pada siapapun.
Setelah kejadian itu, dimana dia menggedor pagar rumahku dan meringis di hadapanku, aku mengetahui satu hal tentangnya; dia tidak seperti yang kukira selama ini.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan