1. I Choose You

776 51 17
                                    

She changed my life, but you changed my world - Timeflies

=STEP FORWARD=

Hampir dua bulan telah berlalu sejak hari dimana aku benar-benar harus melepaskan sosoknya dari hidupku. Tapi mengapa rasanya sesulit ini? Di hari bahagianya, yang seharusnya aku turut berbahagia, justru aku merasa sesak. Begini sakitnyakah ketika harus merelakan seseorang yang kita cintai memulai hidup baru dengan seseorang yang lebih baik dari dirimu?

Tidak seharusnya aku masih saja memikirnya perempuan yang sekarang sudah berstatus menjadi istri laki-laki lain. Tidak seharusnya aku mengharapkan semua ini hanyalah mimpi. Tidak seharusnya aku larut dalam kepatah-hatian yang entah kapan berakhirnya. Tidak seharusnya--

Argh! Memikirkannya saja sudah membuat kepalaku pusing dan paru-paruku sulit bernapas. Mulai sekarang aku harus berusaha untuk merelakannya. Ia sudah bahagia sekarang.

Revita Pradipta. Ia sudah menemukan cinta sejatinya.

Aku menatap nanar kotak beludru yang dalam posisi terbuka, memperlihatkan sebuah cincin berlian yang sangat cantik. Dan akan semakin cantik kalau saja ia memakainya. Aku mendengus pelan ketika pemikiran yang sama selama beberapa tahun ini terlintas dalam otakku. Sebenarnya dulu aku berencana untuk membuang cincin itu. Tapi karena sayang, akhirnya aku mengurungkan niat tersebut.

Benar-benar bodoh!

"Kiara, lo denger gue ngomong dulu bisa nggak sih?!" Sebuah suara berat yang setengah berteriak menarik perhatianku. Ah, ternyata bukan hanya aku saja. Hampir seluruh pengunjung di BitterSweet mengalihkan perhatiannya pada seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berada di sudut kafe. Yang lebih tepatnya di belakangku.

"Gue nggak mau." Ujar si perempuan dingin. Setelah itu, tanpa peduli dengan laki-laki di hadapannya, ia menjejalkan barang-barangnya ke dalam tas dengan asal-asalan. Perempuan itu pun memilih untuk melengos pergi tanpa mengindahkan laki-laki yang sedang mencoba untuk mengajaknya berbicara tersebut.

"Ra? Kiara!" Seru si laki-laki mencoba untuk menghentikan gadis yang sudah tidak peduli dengan sekitarnya itu.

Entah kenapa di mataku semua yang kulihat mendadak seperti adegan dengan efek slow motion. Terutama ketika perempuan itu melewati mejaku untuk menuju ke pintu keluar. Aku bisa melihat wajahnya dari samping. Kepalanya yang memandang lurus ke depan terlihat seolah menandakan kalau ia benar-benar tidak ingin melihat laki-laki yang kini berusaha untuk mengejarnya itu. Bahkan tanpa sadar kepalaku mengikuti setiap geraknya hingga ia keluar dari BitterSweet.

Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasa aku tidak asing dengan wajahnya. Rasanya aku seperti sudah pernah bertemu dengannya, tapi entah di mana. Juga dengan suaranya. Terdengar familiar di telingaku. Kapan dan dimana aku pernah bertemu dengannya?

Aku masih berusaha untuk mengingat sampai akhirnya kedua mataku tidak sengaja melihat sebuah benda persegi berwarna cokelat muda dengan gambar beruang di dekat kakiku.

Aku memungut benda yang ternyata sebuah dompet itu. Ah, pasti dompet ini milik perempuan tadi. Sepertinya sekarang aku harus mengembalikan dompet ini pada pemiliknya. Aku membuka dompet itu berusaha untuk mencari kartu identitasnya.

Aku cukup tercengang melihat isi dompet tersebut. Pantas saja lumayan tebal. Untuk ukuran gadis yang berpenampilan seadanya, tak kusangka dompetnya seperti mengatakan kalau ia adalah orang berada. Ada banyak macam kartu kredit dan juga kartu debit di dalamnya. Ada uang tunai lima lembar seratus ribuan. Juga ada foto berukuran 3x4 yang menampilkan sosok laki-laki yang sedang tersenyum lebar dengan merangkul seorang perempuan yang menjulurkan lidahnya ke arah kamera, seperti mengejek. Tampaknya foto itu diambil beberapa tahun yang lalu karna di dalam foto itu mereka terlihat lebih muda. Setelah kuamati wajah perempuan itu, aku menjadi benar-benar yakin kalau aku pernah bertemu dengannya sebelum ini. Tapi dia siapa?

Step ForwardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang