chapter 06

824 123 9
                                    

Sepanjang jam pelajaran berlangsung, Shafa jadi sedikit tidak fokus. Walau matanya memandang papan tulis, pikirannya sedang tak dikelas. Ia memikirkan ucapan Keeanu, mengenai dirinya yang sudah move on atau belum.

Shafa berkali-kali menghembuskan nafasnya, kenangan buruk mengenai hubungannya dengan Mahesa kembali berputar. Itulah yang membuat dirinya trauma untuk menjalin hubungan, ketakutan akan perlakuan pasangannya yang kasar.

Keeanu menoleh, lalu menepuk pelan pundak Shafa, "Kamu kenapa deh dari tadi ngehela nafas terus? Kepikiran omonganku yang tadi, ya?" Shafa menggeleng, ia hanya sedang bingung dan juga ... takut.

Bel pulang berbunyi, Shafa dan Keeanu bergegas membereskan barang dan pergi keluar. Keeanu menepuk pelan kepala Shafa, lalu tersenyum hangat. "Aku tuh bilang gitu, karna tau kalo Arga tuh baik. Dia gabakal kayak mantan sialanmu itu, percaya deh sama aku. Walaupun dia bocah, tapi pikirannya dewasa. Contohnya aku, nih buktinya aku baik-baik aja pacaran sama Riki, walau dia kadang nyebelin sih," ucapnya menenangkan.

Shafa terkekeh, "Heleh kamu bilang dia nyebelin tapi tetep sayang, 'kan?" tanyanya menggoda.

Keduanya terus mengobrol hingga sampai di perempatan lorong, Keeanu harus segera pergi ke ruang mural dan Shafa mengerucutkan bibir ketika Keeanu pamit. "Dah sana pulang, ekskul kamu 'kan besok, dadah!"

Shafa mencebikan bibir sembari berjalan menuju halte, menunggu supir jemputannya datang. Namun, yang datang bukan supirnya.

"Hai, dek."

Melainkan mantannya, Mahesa Leana.

Shafa membelak, ia mundur beberapa langkah. "K-kak Mahes?"

────────────

Sharga mengayuh sepedanya dengan malas, menuju sekolah untuk latihan dance siang ini. Jika saja bukan karena melihat Riki sebagai teman, ia sudah pasti menolak dan memilih tidur siang di rumahnya.

Ketika ia hendak melewati Smansa, ia dapat melihat Shafa seperti sedang beradu argumen dengan seseorang. Dan tak lama, netra Sharga membelak ketika Shafa seperti ditarik paksa oleh orang itu.

Sharga mengayuh dengan cepat, dan ketika sampai ia langsung membanting sepedanya dan menghampiri Shafa. "Gausah kasar-kasar, bisa gak lu?" ucap Sharga sembari menarik tangan Shafa dan menyembunyikan tubuhnya di belakang punggungnya.

Mahesa mengernyit, ia memandang remeh bocah di hadapannya. "Lu siapa? Gausah ikut campur bocah, mending lu minggat," ucapnya dingin lalu mendorong bahu Sharga.

Sharga bergeming, menatap Mahesa dengan tatapan dingin dan menusuk. Tubuhnya yang lebih tinggi dan besar dari Mahesa membuatnya terlihat lebih seram dan mengintimidasi.

"Lu yang minggat, sebelum bogem gua mendarat dimuka lu itu. Lu belum pernah ngerasainkan? Kalo lu gak minggat, lu bakal ngerasain sekarang juga," ucap Sharga dingin.

Mahesa berdecih, memandang Shafa dengan tatapan tajamnya. "Gua belum selesai sama lu, dek."

Tak lama ia pergi, masuk ke dalam mobil dan meninggalkan halte. Shafa menghela napas lega, dan Sharga dengan sigap menahan tubuh si kakak SMA ketika akan ambruk.

Sharga mendudukan tubuh Doyoung di kursi halte. "Kakak ngga papa? Dia ngapain aja tadi selain narik paksa gitu?" tanya Sharga lembut, tak lama bahu Shafa bergetar hebat, menangis tersedu-sedu sembari menutup wajah merahnya dengan kedua tangan.

"Mahes anjing, lu apain doi gua ampe dia nangis gini," batin Sharga.

Ia merengkuh tubuh Shafa, membawanya ke dalam pelukan hangat. Mengusap pelan rambut halus Shafa, sembari melantunkan lagu-lagu acak agar fokusnya teralihkan.

Dan ternyata berhasil, bahu Shafa sudah tidak bergetar dan tangisannya pun mereda. Shafa mengusap pelan mata dan hidungnya, merasa malu menangis di hadapan Sharga.

"Maaf ya, kakak bikin baju kamu basah gara-gara air mata," ucap Shafa serak dengan bibir yang mengerucut lucu.

Sharga tertawa pelan lalu menggeleng. "Gapapa kali kak, santuy aja kayak ke siapa aja," ucapnya sembari mengusak pelan rambut Shafa.

Shafa bersemu, ia berdehem agar jantungnya kembali normal. "Kamu mau ke mana jam segini?" tanyanya sembari membenarkan letak kacamata.

"Mau ke sekolah kak, ada latihan dance," jawab Sharga dengan lesu. Shafa menoleh, mengusap pelan rambut Sharga, "Semangaatt! Ayo gih ke sekolah, nanti ditungguin yang lain."

Sharga bergeming, telinganya memerah dan jantungnya berdetak kencang. "I-iya, kakak gamau aku temenin? Sampe supir kakak dateng, takutnya bajingan tadi balik lagi?"

Shafa menggeleng, "Gapapaa, udah sana kamu ke sekolah." ucapnya dengan senyum manis.

"CAKEP BANGET ANJRIT! YA ALLAH!" batin Sharga berteriak.

Sharga mengangguk, lalu berjalan menuju sepeda kesayangannya. Menaiki si besi, lalu mengayuhnya hingga di hadapan Shafa.

"Kak, follback instaons aku ya, dadah!" pamitnya sembari mengayuh sepedanya, menjauhi halte menuju sekolah.

Shafa tertawa pelan, ia menoleh ketika mobil jemputannya sudah datang. Membuka pintu dan langsung masuk. Menyandarkan tubuhnya pada kursi empuk, sembari memikirkan kejadian manis tadi.

All My Love ┊ hwanbby [discontinued]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora