01

29 6 1
                                    

Seluruh langit ditutupi oleh awan kelabu. Seolah rintik hujan akan jatuh membasahi tanah yang pecah dimana-mana. Namun, setiap sel tubuh Momoi tau, hujan bukanlah pertanda baik. Mungkin itu akan menjadi awal keburukan bagi semua orang.

Petir menyambar dikejauhan, sementara didekatnya suara seruan dan pekikan terdengar kencang. Tubuh Momoi menegang. ‘Akankah ini semua akan berakhir?’ pikirnya tolol. Giginya bergemeretak, sementara kedua tangannya terkepal erat, kakinya hampir lemas. Terlalu takut akan masa depan.

Awan kelabu dilangit bertahap berubah, seiring dengan terdengarnya guntur yang kian mendekat. Langit terlalu menyeramkan, tapi bumi lebih seperti neraka. Di planet ini, sudah tidak ada tempat aman lagi.

“Semua pasukan, jangan lengah!" pengeras suara itu menjerit kencang, sebelum gemerisik aneh terdengar, dan semuanya menjadi hening.

Air mata berkumpul diujung mata Momoi. Dia tidak tahu, apakah kehidupan selama dua puluh tahun itu nyata atau tidak. Ataukah hal-hal yang berlangsung selama lima tahun ini lah yang nyata adanya. Jika pepata ‘hujan sehari mampu menghapus kekeringan setahun’ benar adanya. Apakah dengan memenangkan pertempuran ini semuanya akan berakhir? Apakah dengan kemenangan ini semua akan kembali seperti semula? Dan esoknya dia akan tertawa sambil bergurau kalau kejadian lima tahun ini hanya prank semata???

Momoi tidak tahu.
Atau Momoi tahu, tapi tidak mau percaya. Dan bukan hanya Momoi, seluruh dunia juga.

.
.

🍔

.
.

Dengan dentuman kencang dia datang. Tubuhnya tegap dengan kilatan petir bercampur dengan lapisan es tipis yang melapisi tubuhnya yang tinggi. Kulitnya berwarna gelap dipadu dengan rambut hitam yang terbasuh oleh darah, kaku dimana-mana, sehingga tidak mungkin mengetahui warna rambut aslinya. Kedua tangannya yang kokoh berkuku hitam, cairan berwarna merah menetes diujungnya, membuat bunyi ‘plop plop' ringan namun jelas terdengar di tempat yang sunyi. Setengah wajahnya tidak terlihat, ditutupi oleh kain putih seolah menyegel apapun yang ada didalamnya, hanya sedikit bibir tipis dan seringainya yang lebar yang agak terlihat setelah kain putih itu terangkat oleh angin.

Jika dulu, mungkin dia akan dipuja, tapi sekarang, hanya orang tidak waras yang akan bilang dia tampan. Bahkan dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana panjang compang camping sosoknya terlihat bagus. Terpahat sempurna. Namun, tidak akan ada yang ingin mengakuinya. Karena itu tidak berguna. wajahnya kotor terbungkus kain putih hanya memperlihatkan seringai kejam dengan gigi panjang.

Tanpa peringatan suara gemuruh itu terdengar lagi. Sebuah cambuk guntur terlilit ditangan kirinya, sementara ditangan kanannya bilah tipis terbuat dari es yang transparan terlihat.

Senyumnya semakin lebar. Dan tanpa peringatan, dia menerjang maju. Bersama hembusan angin, dan deru guntur dikejauhan.

.
.

🍔

.
.

Lebih dari lima puluh ribu orang melawan tiga orang. Secara logis harusnya tidak mungkin kalah. Tapi mungkin karena sejak awal dunia sudah berjalan menajuhi batas normal dan menerobos kerasionalan, semua hal yang terjadi semakin jauh dari kata logis.

“Ini mungkin tidak berhasil." suaranya pelan, hampir tertiup angin. Tapi semua orang dengan kemampuan spiritual, mana mungkin tidak terdengar. Bahkan kekehan ringan pria kokoh dengan cambuk petir pun dapat terdengar dari jarak ratusan meter.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 04, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[BL] M O N O C H R O M E [AoKaga] KNBWhere stories live. Discover now