Aplikasi Madam Rose

470 93 2
                                    

#Gadis_Dalam_Gambar.

#KarosPublisher
#MadamRose
#MatchMaker

Part 8. "Aplikasi Madam Rose"

Tindakan berani Andin yang dilakukannya di rumah Panji waktu itu ternyata berlanjut. Gadis itu bahkan berani mendatangi kantor Panji. Cindy sang sekretaris  kehabisan akal mencari cara mencegah wanita itu agar tak bisa masuk ke ruangan bosnya. Nihil, Andin justru mengancam akan memecat Cindy jika ketahuan  berbohong.

Tanpa mengetuk pintu Andin yang kali ini menggunakan pakaian lebih sexy masuk ke ruangan Panji. Laki-laki yang tengah fokus pada laptop melirik sekilas siapa yang berani masuk ke wilayah pribadinya tanpa permisi.

"Keluar atau saya suruh security menyeret kamu pergi dari sini," ucap Panji tanpa menoleh.

Andin tak gentar ia justru mendekat, gadis itu duduk di sofa dengan menyilangkan kaki berniat menggoda, dari tempat Panji duduk jelas terlihat betapa mulus paha wanita itu. Sayangnya ia tak tertarik, dan justru muak. Masih dengan senyum nakal Andin berusaha menarik perhatian bos besar itu, tanpa ia ketahui jika tangan Panji menekan sebuah tombol.

Tidak lama muncul laki-laki berbadan kekar  dengan seragam hitam muncul di ruangan Panji. Sang manager cukup memberi kode pada security tadi dengan menjetikkan jari, ia sangat paham jika bosnya tak nyaman dengan sosok yang tengah duduk di sofa tersebut. Andin berontak dan berteriak-teriak mencaci maki dan mengumpat laki-laki di balik meja kerja itu ketika tangan kekar itu menarik dengan paksa kedua lengan mulusnya.

Jam makan siang tiba, Panji tak berniat turun hanya untuk mengisi perut,  ia benar-benar tak berselera makan akhir-akhir ini. Ketukan pintu membuyarkan lamunannya yang tengah mengenang kebersamaan dengan kekasih hatinya, Cantika. Rasa rindu itu tiba-tiba hadir entah sebab apa. Panji tahu pengirim chat malam itu pasti si dosen cantik,  ia yang masih merasakan sakit hati langsung memblokir nomor tak dikenal itu.

Malik, sahabat Panji datang berkunjung dengan menenteng goodie bag dengan label salah satu resto pavorite mereka.

"Ck! Ngelamun aja. Makan yuk!" ajak Malik saat tiba di dalam.

Panji berjalan menuju sofa di mana Malik tengah membuka makanan. Ritual mengisi perut sesekali diselingi obrolan serius mau pun bercanda. Dari dulu hanya sahabatnya ini yang sangat mengerti keadaan Panji.
Makanan telah tandas lalu keduanya kembali melanjutkan obrolan.

"Lo masih mikirin cewek gak tahu diuntung itu?"tanya Malik.

Meski hubungannya dengan Cantika sedang buruk ia tetap tak terima jika wanita yang telah mengisi hatinya disebut seperti itu. Panji menatap tajam ke arah Malik yang justru tertawa, bukan tertawa lebih tepatnya senyum mengejek.

"Udah lupain, deh. Lo bisa dapat 100 Cantika kalau mau," ucap Malik lagi.

"Eh, lo coba download Aplikasi "MADAM ROSE" deh."

"Apaan itu." Kali ini Panji membuka suara.

Malik menjelaskan dengan gamblang aplikasi perjodohan yang tengah naik daun, laki-laki berambut cepak itu berani menawarkan pada sang sahabat sebab telah banyak yang berjodoh dari sana, dan sampai saat ini mereka langgeng. Ia tak ingin melihat Panji terus-terusan didera stres dan galau yang tak berkesudahan, hingga membuatnya kacau parah.

Dua Jam berada dalam ruangan Panji, Malik akhirnya berpamitan, sebelum melangkahkan kaki keluar ia kembali meminta sahabatnya itu mempertimbangkan usulnya dan mempelajari aplikasi yang disebutkannya tadi.

Sepeninggal Malik, Panji kembali melanjutkan aktivitasnya, membaca kembali file-file yang masuk dari beberapa cabang perusahaannya. Pukul 16.00 Sang Manger terlihat berkemas, tubuhnya yang letih menuntut haknya untuk berbaring.  Panji meninggalkan kantor dan langsung pulang ke rumah, dari dulu ia memang tidak suka menghabiskan waktu di luar rumah, dan memilih menghabiskannya dengan berolah raga.

Tengah malam Panji terbangun, setelah pulang kerja tadi ia memutuskan mandi dan langsung tidur. Jadilah pria itu terbangun di tengah malam dan tak dapat tidur lagi, ingatannya kembali pada ucapan Malik tadi siang tentang aplikasi perjodohan, meraih gawai di nakas dan mulai mencari tahu tentang Aplikasi bernama "MADAM ROSE" . Setelah ketemu hal pertama yang dilakukannya adalah membaca ulasan para pengguna jasa, ternyata semua memberi bintang 5 bahkan beberapa komentar mengaku puas.

Meski ia bukan golongan cowok-cowok bucin tidak ada salahnya mencoba, benar kata Malik ia harus move on. Aplikasi telah didownload, ada pesan otomatis dari admin  yang mengharuskan si pemakai jasa mengisi identitas dan syarat lainnya. Panji belum melakukan regristasi karena ia menemukan hal yang lebih menarik. Matanya menyipit seolah mengingat sesuatu saat membaca alamat yang tertera.

'Bukankah kantor yang mereka sewa ini, salah satu bangunan milikku?" Pikir Panji'.

"Kalau bisa langsung mendatangi kantornya kenapa harus repot-repot mengisi biodata? Ah, bikin harga diri turun aja, emang gue udah gak laku banget, ya?"  Panji berbicara sendiri.

Pagi-pagi sekali Sang Manager berangkat ke kantor, ia ingin menyelesaikan cepat semua pekerjaannya dan akan mendatangi kantor cabang "Madam Rose" yang berada di kota Surabaya. Entah kenapa, sejak semalam rasa penasaran begitu membuncah, ia bahkan tak pernah se-kepo ini sebelumnya.

Meski semalam tidurnya kurang hal itu tak membuat ketampanan Panji berkurang. Satpam dan karyawan yang berpapasan dengannya pagi ini sedikit merasa aneh, sebab sedari tadi senyum selalu terkembang di wajah kakunya.

Sebelum jam 12 pekerjaan Panji beres, ia langsung menyambar kunci mobil yang berada tak jauh dari tempatnya duduk, bos besar ini sengaja tak membawa supir tadi pagi, dia ingin kunjungannya ke Madam Rose tak diketahui orang lain, termasuk Malik.

Mengendarai Fortuner putih Seater SUV Panji menuju Kantor jasa online itu, tak butuh waktu lama ia telah tiba di sana.  Bangunan berkonsep minimalis yang terletak di dekat pusat kota ini terdiri dari lantai tiga dengan jumlah 20 ruangan, sebelum turun ia membaca dulu beberapa "Banner" yang terpasang mencari tahu di lantai berapa kantor yang ia tuju berada.

"Lantai dua," gumamnya.

Masih menggunakan kaca mata hitam lengkap dengan Jas serta dasi ia turun dari mobil. Siapa pun yang melihat pesonanya pasti akan berdecak kagum, sebagian sudah ada yang mengenal siapa sosok itu kegagalan pernikahannya beberapa waktu lalu membuatnya menjadi berita portal di berbagai media.

Aroma "BULGARI MAN" menguar ke seluruh ruangan yang Panji lewati menuju lantai dua. Semua mata fokus menatap padanya saat ketukan sepatu terdengar, hal itu mengundang perhatian beberapa pengunjung lainnya, ia sempat kesal sebab tak ada fasilitas lift di gedung ini, sang bos mengumpat dalam hati.

Setibanya pada tempat tujuan Panji disambut salah satu OB laki-laki yang tengah mengelap meja." Silakan masuk, Pak. Atau mau bertemu siapa, biar saya panggilkan," sapa OB tadi.
Panji tak menjawab dan hanya melepas kacamatanya. "Bisa bertemu ownernya?" tanyanya.

Belum sempat si OB tadi menjawab, seorang gadis dengan hijab merah maroon memasuki ruangan dengan satu kresek hitam ditangan kanannya. Petugas kebersihan itu mendekat pada sosok yang baru saja tiba itu.

"Mbak Billa, masnya ini cari si Bos," ucapnya.

Gadis dengan riasan natural itu mengangguk seraya tersenyum pada tamunya sebagai tanda hormat. Namun, berbeda dengan Panji, ia justru merasakan desiran aneh ketika wanita mungil dihadapannya ini memberikan senyuman padanya. Laki-laki berpostur tegap itu menatap manik mata sang gadis, wajah polos tanpa make up membuatnya terlihat unik, Panji suka.

"Ehhmm ...." Panji berdeham menutupi rasa grogi. "Siapa nama ownernya?" tanya Panji.

"Bu Nindy."

"Oh, iya. Bisa saya bertemu?"

Gadis di hadapan Panji mengatakan jika bosnya sedang keluar, dan mungkin kembali ke kantor sore hari. Memang seperti itu biasanya, lalu ia memberikan kartu nama  Mbak Nindy tadi, dalam kartu nama tertera nomor ponsel owner dan tiga admin lainnya.

"Terima kasih, emm ...." Panji menunjuk memakai kode meminta gadis ini menyebutkan namanya.

"Nabilla, saya Admin di sini, Pak."

Panji sedikit membungkukkan badan setelah mendapat nama jelas gadis yang sempat membuat gelenyar aneh dalam hatinya tadi. Ia kemudian pamit, selama menuruni anak tangga sudut bibirnya sedikit terangkat sebab ada nama Nabilla dalam kartu nama di tangannya ini.

Gadis Dalam Gambar(Ready Ebook Dan Karya Karsa)Where stories live. Discover now