Bel Kereta

27 1 0
                                    

'ting ting ting'
Bunyi itu nyaring, bergema diseluruh ruangan itu. Disuatu stasiun kecil dipinggir kota, tak banyak orang memang disana, ada beberapa pasangan suami istri, kemudian seorang wanita tua dengan barang bawaan yang banyak, pria gagah dan berkumis dengan tas besar.

'ting ting ting'
Bunyi itu selesai bergema, bunyi yang selalu aku benci, tak terhitung berapa kali bunyi itu merampas sesuatu hal yang sangat berarti untukku, waktu.

"Keretaku sudah datang" katanya, sembari membereskan barang bawaannya yang sangat banyak.

Aku diam, tak menjawab kata-kata itu, namun aku membantunya. Lama kami diam, sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Kami duduk kembali setelah selesai

"Aku tadi dapat hadiah" ia membuka pembicaraan setelah hening itu.

"Wah, kau dapat apa ?"

"Ini" sembari tersenyum, ia menunjukkan kepadaku 2 gelas minuman dingin. Aneh memang, hari itu sangatlah dingin, tapi dia membeli 2 minuman dengan es yang sangat banyak. Setelah itu ia membuka pembicaraan lagi,
"Jadi tadi ada promo, beli satu dapat satu hehe" jelas saja, aku tak heran mengapa ia membawa 2 minuman dingin dihari yang sangat dingin ini.

"Awas saja sampai kau flu, simpan saja yang satu, minum punyaku saja", kataku sedikit jengkel

"Yah yah, baiklah"

Ia adalah orang yang aneh, sangat aneh, padahal aku sudah kerumahnya yang berada diluar kota, namun saat aku akan pulang malam itu ia malah memilih menemaniku, bukankah itu aneh ? Apalagi malam saat kita akan pulang, hujan turun, tidak deras namun cukup untuk membasahiku hingga sampai ke kotaku, aneh kan ? Sangat aneh. Aku tidak habis pikir akan pikirannya. Kakinya sakit saat kita berhenti untuk makan malam itu, karena dingin. Aneh bukan ? Ia tahu dikotaku dingin, hujan pula, aku masih bisa saja tahan akannya, tapi dia ? Sungguh aneh, sangat aneh. Kemudian aku mengantar ia ke penginapan temannya, sementara besok aku masih harus bekerja, bukankah ia akan aku tinggal kerja ? Sangat aneh. Lalu sepedaku dipakainya untuk berkeliling kota, sementara aku bekerja, sedangkan banyak mall, atau toko yang belum buka pagi itu, sungguh aneh. Setelah itu, saat jam istirahatku, ia aku antar ke stasiun.

"Hei ?" Katanya, membuyarkan lamunanku, ketika aku membayangkan betapa anehnya dia

"Iya ?" Jawabku, yang terkejut

"Kau menangis ?"

"Aku ? Untuk apa ?"

"Haha sudahlah akui saja, kau memang cengeng"

"Terserah saja" kataku mengelak, memang rasanya mataku pedas saat itu. Kemudian ketika kereta sudah berhenti dengan sempurna, dan orang lain akan antri untuk naik, ia membuka pembicaraan.

"Oh iya, ini pas fotoku hahaha, kau simpan saja satu, terserah juga mau kau apakan. Simpan saja di dompetmu"

"Aahh umm baiklah" sembari aku melihat foto itu

Rambut yang panjang difoto itu berbeda dengan rambut pendeknya yang sekarang, mata yang sedikit sipit, dengan pipi yang besar dan bentuk wajah yang bulat, hidung kecil, dan beberapa jerawat dipipinya, tahi lalat diatas hidung, tepat ditengah antara matanya itu, tak luput dari penglihatanku, hingga serasa ada yang mengalir melintasi pipiku, air mata ?

"Hei kan ? Kau menangis" ia mengusapnya, kemudian berkata lagi
"Pasti, kita akan bertemu lagi, pasti"

"Aku, aku menunggu saat itu" kataku terbata bata

"Kalau begitu sampai nanti" katanya tersenyum, kemudian berjalan menjauh. Sesekali ia melihatku yang masih terpaku disini, dan matanya mulai berkaca, dan mengalir satu tetes air mata lewat pipi kanannya.

Aneh bukan ? Ia memang wanita yang sangat aneh.

Kubang KeruhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang